Karena wasiat yang ditinggalkan oleh sang Kakek, Wisnu Wardana diminta menikahi wanita pilihan dari sang Kakek, jika ingin mendapatkan warisan perusahaan besar yang bergerak di bidang perbankan.
Sayangnya wanita yang ingin dijodohkan dengannya adalah seorang gadis desa bernama Annisa Salsabila, jauh dari tipe wanita idamannya. Belum lagi ia juga mempunyai kekasih yang tidak mungkin ia tinggalkan begitu saja hanya karena harus menikahi Annisa.
Selain diminta menikahi Annisa, ia juga diminta untuk tinggal selama setengah tahun di desa tempat tinggal Annisa untuk beradaptasi dengan kampung halaman asal leluhurnya terdahulu.
Apakah Wisnu akan menerima wasiat dari sang kakek, demi harta warisan milik kakeknya itu? Karena jika ia menolak, bukan tidak mungkin perusahaan perbankan yang ia incar akan jatuh pada sepupunya yang juga menginginkan warisan milik kakek mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Licin Seperti Belut
Wisnu
Aku memilih meninggalkan Annisa di kamar hotel, karena merasa kesal wanita itu tidak mau mengembalikan lima puluh persen kepemilikan saham Royal Bank, padahal sudah aku tawarkan penggantian senilai sepuluh miliar rupiah.
S!al
Aku pikir dia itu wanita lugu, ternyata dia wanita licik. Wanita mana pun jika sudah tergiur dengan materi, akan muncul sikap aslinya. Dan Annisa termasuk salah seorang wanita yang bersembunyi dibalik keluguannya, tapi ternyata licin seperti beluk.
Bahkan Annisa berani mengancam akan memberitahu mama tentang yang aku inginkan darinya. Kalau sampai mama tahu aku meminta kembali maskawin itu, mama pasti akan marah padaku. Bukan tidak mungkin mama akan membatalkan warisan kakek untukku.
Aku memilih menghabiskan malam di cafe hotel. Tak perduli jika saat ini orang-orang menatapku aneh karena aku memakai piyama. Tak kuhiraukan juga pegawai cafe yang memperhatikanku, karena mungkin mereka mengenaliku jika aku pengantin baru yang menyewa kamar mewah yang didekorasi dengan nuansa pengantin di hotel itu. Mungkin mereka bertanya-tanya, kenapa aku tidak menikmati malam pertama dengan istriku? Tidak, aku tidak pusingkan apa yang mereka pikirkan. Karena kepalaku sudah cukup pusing memikirkan bagaimana caranya agar Annisa mau mengembalikan saham Royal Bank itu.
Aku memesan segelas Americano coffee. Aku bukan peneguk minuman beralkohol, jadi tidak mungkin aku memesan minuman yang memabukkan dan merusak kesehatanku.
Tiba-tiba kurasakan sebuah tepukan menyentuh pundakku. Sontak kepalaku menoleh ke belakang ingin tahu siapa yang menepukku tadi.
"Wah, wah, wah, apa yang pengantin baru lakukan di cafe malam pengantin seperti ini sendirian?"
Aku kembali memaliskan wajah. Ternyata Bayu yang memergokiku duduk termenung di cafe ini. Bayu bersama orang tuanya datang sejak pagi dan ikut menyaksikan acara prosesi akad nikahku bersama Annisa. Dan aku yakin, sebentar lagi Bayu pasti akan mencemoohku karena maskawin itu.
"Kenapa kau meninggalkan mempelaimu sendirian di kamar, Bro? Kalau ada orang yang menculik dia, bisa-bisa separuh kekayaan Royal Bank benar-benar akan hilang dari tanganmu." Kata-kata Bayu diakhiri dengan seringai di sudut bibirnya.
Aku mendengus kasar. Tepat seperti dugaanku, Bayu pasti akan menyindirku.
"Hei, kalau kau memang tidak menginginkan pernikahan ini, berikan istrimu itu padaku, sekalian sisa saham Royal Bank yang masih ada padamu. Kau tenang saja, aku pasti akan menjaga gadis desa itu dan perusahaan kakek dengan baik." Bayu tertawa lebar, seakan puas sekali mengolokku.
"Jangan bermimpi! Kau tidak akan pernah mendapatkan Royal Bank." Aku pastikan jika perusahaan perbankan milik kakek itu tidak akan pernah jatuh pada Bayu.
"Oh ya, bagaimana kabarnya Monica? Apa kau akan mengundangnya saat pesta di Jakarta nanti?" Tentu saja Bayu mengenal Monica, sebab aku selalu membawa serta Monica setiap ada acara pesta keluarga dari pihak mama ataupun papa.
"Apa kau tidak bisa menyingkir dari hadapanku!?" geramku, merasa terganggu dengan kehadiran Bayu yang tidak bisa menyumpal mulutnya agar tidak banyak bicara.
"Hahaha ... sebaiknya kau lampiaskan rasa kesalmu ini dengan mengajak istrimu itu berduel di ranjang, Bro!" Bayu kemudian bangkit dan kembali menepuk pundakku. "Oh ya, apa aku boleh berkunjung ke kamarmu? Siapa tahu aku bisa menemani istrimu yang kesepian karena ditinggal pergi suaminya," sindir Bayu kembali.
"Ck ...!" Dengan berdecak kusingkirkan tangan Bayu di pundakku secara kasar.
"Jangan terlalu malam di luar, Bro. Atau kau ingin aku beritahu Tante Kartika, kalau mempelai pria meninggalkan istrinya di kamar?" Suara tawa kecil Bayu masih terdengar, melengkapi kalimat bernada ancaman tadi.
"Jangan ikut campur urusanku! Urus saja urusanmu sendiri!" hardikku karena Bayu mengancam akan melaporkan apa yang aku lakukan pada mama. Aku yakin mama akan percaya pada kata-kata Bayu, karena Bayu adalah salah satu keponakan kesayangan mama dan sepupuku itu pandai mencari muka di depan mama.
"Hahaha ... Wisnu ... Wisnu ...."
Ekor mataku melihat langkah Bayu yang berjalan menjauh dariku. Syukurlah, gangguan itu menghilang dari hadapanku.
Kuusap kasar wajah dan berakhir dengan memijat pelipis. Aku stres mengetahui sebagian saham Royal Bank dijadikan maskawin tanpa sepengetahuanku. Jika Annisa tidak mau menyerahkan saham itu padaku, mana mungkin aku bisa menceraikan Annisa.
Jarum jam berputar terasa cepat. Saat ini jam hampir menyentuh angka dua belas malam. Suasana di cafe itu sudah nampak sepi. Hanya tersisa dua atau tiga pengunjung saja selain aku di sana. Aku sudah menghabiskan dua cangkir kopi sejak tiba di cafe itu.
Sebelum pukul 00.00 aku memilih kembali ke kamar. Sejujurnya tubuhku terasa penat, sebab sejak pagi tadi harus duduk di pelaminan menerima tamu-tamu undangan yang tak henti datang memenuhi undangan dari pihak keluarga Annisa.
Saat kutarik handle pintu, ternyata pintu kamar hotel tidak terkunci. Keningku berkerut, berpikir jika Annisa belum tertidur. Aku masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Pandanganku mengarah ke spring bed besar yang terlihat masih rapih dengan hiasan angsa yang belum berpindah tempat. Tak ada Annisa di sana. Tatapanku kini mengarah ke arah sofa, ternyata Annisa berbaring di atas sofa dengan mata terpejam.
Ceroboh sekali dia itu. Tidur di kamar hotel tanpa mengunci pintu. Bagaimana jika ada orang jahat yang masuk dan mengambil barang-barang berharga milikku dan juga miliknya? Atau, bisa saja ada orang jahat yang tergoda memperk0s4 karena melihat kecantikan Annisa.
Aku mendengus kasar melihat sikap teledor Annisa. Rasa kesalku pada wanita itu kini mulai berganti dengan rasa benci. Karena kekerasan hati Annisa yang tidak ingin menukar maskawin akan menjadi penghalang rencanaku menikahi Monica.
Aku berjalan mendekat ke arah Annisa. Terlihat wajah wanita itu memerah dengan mata sembab di kelopak dan lingkaran matanya.
Tiba-tiba kulihat air mata mengalir dari ekor matanya yang terpejam. Bahkan kini terdengar suara cegukan Annisa karena habis menangis.
Astaga, apa dia tadi menangis? Kenapa dia bersedih, seharusnya dia senang mengetahui nilai saham Royal Bank itu sangat besar, dan itu sudah menjadi miliknya.
Mengingat akan hal itu membuat hatiku kembali kesal. Aku berjalan menjauh meninggalkan Annisa dan menghempaskan tubuhku yang terasa penat di atas spring bed hingga membuat beberapa kelopak mawar yang berbetuk hati itu berserakan karena tertimpa tubuhku.
Kaki kubiarkan menjuntai ke lantai hotel yang beralaskan permadani tebal. Sedangkan kedua tanganku kupakai untuk memijat pelipisku. Aku benar-benar tidak bisa berpikir saat ini. Rasa lelah, marah, kecewa dan benci kini bercampur menjadi satu. Sampai tak kuperdulikan kondisi Annisa saat ini. Tak kuhiraukan juga bagaimana reaksi mama besok pagi jika mengetahui mata sembab Annisa karena menangis. Yang kubutuhkan saat ini adalah beristirahat, karena benar-benar merasa penat. Bahkan dua gelas kopi yang tadi kuminum tak mampu menghalau rasa kantuk yang tiba-tiba saja mulai menyerangku saat ini.
*
*
*
Bersambung ...
lanjut kak
aku yakin sebenarnya wisnu tuh udah jatuh cinta sama anissa
pasti ingin saling mencintai bukan?
hasil dri di jodoh kan punya suami...