Gubrakkk
Nala Casandra memegang kepalanya, dia baru saja membaca sebuah novel dan sangat kesal. Dia marah sekali pada seorang antagonis yang ada di novel itu. Sangking kesalnya, dia melemparkan novel itu ke dinding, siapa sangka novelnya mental kena kepalanya, sampai dia jatuh dari sofa.
Dan siapa sangka pula, begitu dia membuka matanya. Seorang pria tengah berada di atas tubuhnya.
"Agkhhh!" pekik Nala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Satu Masalah Hilang, Satu Muncul
Beberapa hari berlalu, Nala masih mondar-mandir di kamarnya. Dia mencoba menghitung, seperti kata Raja Ulzhan. Yang menginginkan nyawanya hilang bukan hanya satu, dua, atau tiga orang.
"Aku pasti terlalu berlebihan, kalau bukan satu, dua atau tiga, pasti hanya empat kan? empat orang kan? aku rasa tidak akan lebih dari empat orang! ya ampun! satu musuh saja sudah susah sekali bernafas di istana ini. Apalagi empat!" dia terus mengeluh.
Matanya kembali melebar.
"Iya kalau hanya empat, kalau lebih bagaimana? Ratih Jayengwati..."
Nala menggunakan jarinya untuk memperkirakan siapa saja yang lebih dari empat orang itu.
"Bibiku tersayang itu, dia juga pasti ingin aku khekk..." Nala meletakkan telunjuknya dan mengarahkan dari arah kanan ke kiri.
Sumi dan Welas, memang tidak berada di kamar Nala. Nala minta mereka berjaga diluar. Dia butuh ketenangan. Ketenangan untuk memikirkan, siapa yang kira-kira ingin dia the end.
"Aku rasa hanya dua orang itu! kenapa jadi empat atau lebih. Memangnya siapa lagi, hah... jangan-jangan Galuh Parwati. Astaga, tapi aku bahkan tidak terbukti bersalah kan waktu itu, pelayan Ratih Jayengwati itu yang mencelakainya. Atau, jangan-jangan ibu mertuaku, atau Sekar Mirah, karena dia tidak berhasil mempesonakan Raja Ulzhan?"
Nala terus menduga-duga. Tapi semakin dia menduga-duga. Pikirannya justru semakin kacau sepertinya.
"Ini mengerikan! ya ampun ini sangat mengerikan!"
"Sekar Nala"
Nala menoleh, pangeran Arga Yudha Kertajaya berada di belakangnya. Dan entah kenapa, karena takutnya, Nala sampai berlari ke arah suaminya itu, suami Nala yang asli tentunya. Dan memeluknya.
Tangan pangeran Arga Yudha Kertajaya juga segera memeluk erat Nala.
Jarang sekali, Sekar Nala punya inisiatif memeluk suaminya seperti itu. Tentu saja pangeran Arga Yudha Kertajaya tidak akan melewatkannya.
"Jangan takut, Raja Ulzhan dan para tentaranya sudah kembali ke kerajaan mereka. Tidak akan ada lagi yang menganggu mu..."
Mendengar apa yang dikatakan oleh pangeran Arga Yudha Kertajaya. Nala malah menarik dirinya dari pelukan suaminya itu.
"Kamu ini ada disana kan? saat Raja pembaca pikiran itu mengatakan, jika di dalam istana kerajaan Girinata. Tidak hanya satu..." Nala mengeluarkan telunjuknya, "dua..." Nala menunjukkan hari tengahnya pada pangeran Arga Yudha Kertajaya, "tiga..." berikutnya Nala mengeluarkan jari manisnya di depan wajah pangeran Arga Yudha Kertajaya, "orang yang ingin aku koid!" kata Nala dengan ekspresi kesal.
Sebenarnya dia pikir, Raja Ulzhan itu bukan ancaman. Hanya saja kestabilan dan ketenangan kerajaan akan terganggu. Ancaman yang sebenarnya adalah orang yang saat ini ingin menghabisinya yang ada di dalam istana.
"Koid?" tanya pangeran Arga Yudha Kertajaya.
"Hais, kenapa aku harus menjelaskannya padamu?"
Nala sudah merasa sangat gelisah.
"Tuan putri, Jenderal Mahesa Wulung minta bertemu!" kata Sumi yang berseru dari luar pintu kamar Nala dan pangeran Arga Yudha Kertajaya.
Nala melihat ke arah pintu, dia ingin keluar. Tapi pangeran Arga Yudha Kertajaya menghalanginya.
"Kenapa jenderal Mahesa Wulung ingin bertemu denganmu? apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya pangeran Arga Yudha Kertajaya penuh selidik.
Nala mendengus kesal.
"Kamu tahu kan pangeran, sejak Raja Ulzhan memberitahu padaku, nyawaku terancam di istana ini. Aku tidak pernah keluar kan? Lalu darimana aku bisa bicara dan bertemu jenderal Mahesa Wulung, hingga bisa menyembunyikan sesuatu darimu? lebih baik sebagai seorang suami, dan calon ayah. Kamu pikirkan keselamatanku. Beri aku lebih banyak penjaga!" kata Nala sedikit kesal.
Dan Nala pun segera pergi dari kamar itu bertemu dengan jenderal Mahesa Wulung.
"Jenderal, ada apa?"
"Sembah pangabekti Gusti pangeran, tuan putri!"
Sekar Nala menoleh ke belakang, ternyata pangeran Arga Yudha Kertajaya mengikutinya. Pantas, jenderal Mahesa Wulung segera memberikan hormat yang sangat formal seperti yang itu.
"Iya iya, katakan ada apa?" tanya Nala yang melihat wajah jenderal Mahesa Wulung begitu serius.
Sebenarnya setiap kali juga wajah jenderal Mahesa Wulung memang kerap kali serius. Tapi kali ini, wajahnya benar-benar seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu yang penting dan mendesak.
Dengan sikap kedua tangan yang masih hormat. Jenderal Mahesa Wulung segera memberikan penjelasan.
"Tuan putri, Resi Barata pernah mengatakan padaku. Tuan putri adalah orang yang mempu mengatasi masalah pangan yang akan terjadi beberapa waktu ke depan..."
"Aku?" tanya Nala menunjuk ke arah hidungnya.
"Benar tuan putri, Resi Barata yang mengatakan. Tadi pagi, beberapa utusan dari desa yang ada di selatan kerajaan, melaporkan bahwa telah terjadi kesulitan pangan. Hujan tak kunjung turun, membuat rakyat kehabisan air dan mata pencaharian. Mungkin jika terus seperti ini, beberapa bulan ke depan. Wilayah juga juga akan mengalami hal yang sama" jelas jenderal Mahesa Wulung.
Pangeran Arga Yudha Kertajaya mendekat ke arah jenderal Mahesa Wulung.
"Jenderal, hal seperti ini bukankah seharusnya kamu datang pada kanda Putra Mahkota Arga Jaya Dirgantara?" tanya pangeran Arga Yudha Kertajaya.
Dan jenderal Mahesa Wulung kembali menunjukkan sikap hormat.
"Aku hanya berusaha mencegah sesuatu yang tidak baik. Resi Barata sudah memperingatkan. Tuan putri, bisakah tuan putri jelaskan padaku Apa yang tuan putri pikirkan setelah aku mengatakan semua ini pada tuan putri?" tanya Jenderal Mahesa Wulung lagi.
Dia juga ingin memastikan kalau tuan putri Sekar Nala, percaya pada ucapannya.
Nala mengangguk paham.
"Hujan mulai jarang, artinya kita harus memanfaatkan sumber air yang ada dengan baik. Gunakan seefisien mungkin, jangan boros. Dan pangan yang bisa tumbuh tanpa harus di siram...." Nala memikirkan sesuatu dengan sangat seksama.
"Ah aku tahu, ayo ikut aku jenderal!" kata Nala yang segera bergegas ke gudang makanan yang ada di istana melati.
"Sekar Nala, jangan berlari! kamu sedang mengandung anak pangeran!" pekik Pangeran Arga Yudha Kertajaya.
Nala pun menghentikan larinya. Dia tersenyum canggung dan berjalan dengan anggunly.
"Oke oke, aku jalan ya. Jangan marah pangeran!" kata Nala.
Jenderal Mahesa Wulung yang mengikuti dari belakang. Hanya bisa menundukkan kepalanya.
'Tuan putri, kamu terlihat sangat baik. Aku ikut senang untukmu!' batinnya. Sungguh pria yang begitu tulus.
***
Bersambung...
CLBK
😍😍😍
kena prank🫠🫠🫠
jehong udah mewek2 malah bercyandaaahhhh🤣🤣🤣
yg tegar y nala, otw balas dendam aq dukung koq😤😤😤