NovelToon NovelToon
SECRETS

SECRETS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi
Popularitas:680
Nilai: 5
Nama Author: FairyMoo_

Kisah ber-genre fantasi yang menceritakan seorang anak konglomerat di suatu negara yang terjebak hubungan dengan dosennya sendiri. Violia Lavina seorang mahasiswi yang agak "unik" yang entah bagaimana bisa terjebak dengan dosennya sendiri, Leviandre. Dalam hubungan sakral yakni pernikahan.
Katanya terkait bisnis, bisnis gelap? Unit Pertahanan negara? Politik? SECRETS, mari kita lihat rahasia apa saja yang akan terkuak.


Violia said:
Demen ya pak? Tapi maaf, bapak bukan tipe gw.

And Leviandre said:
Berandalan kayak kamu juga benar-benar bukan tipe saya.


Disclaimer, cerita ini adalah cerita pertama dari sayaa, oleh karena itu isi novel ini jauh dari kata sempurna. Serta cerita ini memiliki alur yang santai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FairyMoo_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter Eleven

  Vio sudah masuk ke dalam rumah dan lansung menuju kamarnya untuk beristirahat ia sudah banyak menguras tenaganya untuk hari ini. Saat ia tiba di lantai 3 tepat di antara kamarnya dan kamar sebelah, terdapat Levi menyandar di dinding pemisah antara kedua kamar itu.

"Pak Levi?" ragu Vio, ia heran kenapa Levi berdiri disana.

  Levi mendekat ke arah Vio dengan perlahan, tatapan matanya kian tajam dan dingin saat mendekat ke Vio.

"Pak! Apa-apaan sih?! Gausah deket-deket!" kalut Vio, ia takut jika di hadapannya ini bukanlah manusia, dari auranya saja sungguh menegangkan, apalagi sekarang ia tak bisa mundur lagi karena telah menabrak ganggang pagar di tepi lantai itu.

  "Dari mana aja kamu? Menghilang dari pagi, ga kuliah, dan baru pulang saat dini hari? Ngapain aja kerjaan kamu?" ucap Levi dingin yang berhenti satu langkah di depan Vio.

"Pak ini buk-" "Apa? Bukan urusan saya?!" potong Levi menaikkan intonasinya.

  "Emang iya!" sentak Vio. " VIOLIA LAVINA! " sentak Levi di hadapan Vio. Vio terkejut tiba-tiba Levi membentaknya.

"Kamu ga pulang seharian dan pulang dini hari dengan di antar banyak lelaki Vio!! Pakaian seperti itu, abis jual diri kamu hah?!" Sentaknya lagi.

  "PLAK!" Vio sontak menampar Levi. "Gila lo?! Apa maksud lo ngomong gitu ha?!" Vio ikut meninggikan suaranya dan menatap lawannya nyalang. Atmosfer di antara mereka menegang.

"Vio!" seketika Levi mengangkat wajah Vio dengan mencengkram dagunya. Vio meringis karena kekuatan lawannya. "Jangan teriak di depan saya!" ujarnya tegas.

  Vio menatap lawannya itu nyalang dan cengkraman Levi di wajahnya makin kuat. "Bilang sama saya?! Kamu abis jual diri-" "LEVIANDRE!!" teriak Vio di depan wajah Levi dan kembali menamparnya.

"VIO! Jika kamu tak mau jujur kita cerai aja, saya ga bisa ngehadapin pelacur-" "LEVIANDRE EVANDER!! Lo udah kelewatan!! Lo kira gw juga mau hidup ama lo hah?!" marah Vio.

  Levi tersadar saat melihat ekspresi Vio yang sudah sangat marah dan matanya mulai bergelinangan air.

"Gw juga ga mau hidup sama lo!! Gw juga mau cerai ama lo!! Gw ga mau hidup ama laki-laki gak berperasaan seperti lo!! PERGI!!" teriak Vio mendorong Levi kuat dan langsung masuk ke kamarnya dan membanting pintu.

  "V-violia, Vi!" kalut Levi sambil memukul pintu kamar Vio. "Saya terbawa emosi Vi." ucapnya lemah sembari menyandarkan kepalanya pada pintu kamar Vio. Sedangkan Vio yang berada di balik pintu itu sedang terisak menahan tangisnya.

   Ia tak pernah merasa sesakit itu saat di bentak, ia sudah sering di bentak saat masa pelatihan dulu. Bentakan Levi itu tidak berbeda bagi Vio, tetapi orang itu telah menuduh dan mengatainya pelacur. Itu yang membuatnya sakit hati.

...                                               ✥...

  Pagi telah tiba, Levi keluar dari kamarnya dan menatap dalam pintu kamar Vio beberapa saat, lalu ia turun untuk membuat sarapan. Setelah beberapa waktu, ia kembali naik ke atas saat ingin memencet bel kamar Vio tangannya terhenti, bayang-bayang wajah Vio yang amat marah dan yang akan menangis berputar di kepalanya.

  Ia mengurungkan niatnya dan masuk ke kamarnya, ia bersiap untuk pergi mengajar. Ia turun lagi, memakan sarapannya sendiri sambil memikirkan Vio.

Levi tak menghabiakan nasi gorengnya dan meletakkan bekas makannya itu di tempat cuci piring, kemudian ia menulis pesan untuk mengingatkan Vio sarapan dan ia tempelkan di kulkas lalu ia pergi meninggalkan rumah dan mengarah ke kampus.

  Siang hari Levi telah kembali dari kampus, ia berjalan kedapur dan mendapati sarapan dan surat yang ia tulis tak bergeser sedikitpun. Bahkan piring bekas ia makan dan bekas ia masak masih di tempat semula. Ia langsung menatap ke atas, ia memikirkan Vio.

  Levi menghampiri kamar Vio dan memencet bel di sana, sesaat setelah ia menekan bel layar sensor di dinding memperlihatkan tulisan "Kamar ini kosong". Levi menghela nafas berat, ia benar-benar merasa bersalah sekarang. Ia memutuskan membersihkan diri, lalu memesan dua porsi makan siang di online resto, ia sedang tidak minat untuk memasak.

  Ia menunggu kepulangan Vio dengan duduk di teras rumah. Hingga sore hari Vio masih belum memperlihatkan kehadirannya. Levi masuk kedalam dan menunggu di ruang tamu sambil mengerjakan kerjaannya lewat laptop di depannya.

  Waktu terus berlalu Levi mulai mengkhawatirkan Vio yang belum juga pulang. Ia memainkan ponsel untuk menghalau pikiran-pikiran buruk yang berkeliaran di otaknya. Hingga ia menemukan postingan mama Vio di medsosnya yang memperlihatkan dirinya sedang makan bersama Vio di sebuah restoran. Levi lega karena ternyata Vio tak pergi tanpa tujuan. Ia membiarkan Vio pergi hari ini untuk menenangkan perasaan.

  Levi langsung berjalan ke arah kamarnya, ia tak nafsu makan saking merasa bersalahnya kepada Vio. Ia memasuki kamar dan berusaha tidur serta melupakan Vio sejenak, walaupun kenyataanya ia tak bisa berhenti memikirkan dan merasa bersalah kepada Vio.

...                                               ✥...

   Hari itu Vio tak pulang kerumah Levi. Vio sudah 2 hari pergi dari rumah itu, Levi sempat memeriksa barang-barang Vio di kamarnya, ia membuka kamar itu dengan memobol sistem pin kamar Vio. Semua barang dan pakaian Vio masih ada disana, jadi dipastikan Vio meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.

  Siang ini Levi akan mengajar di kelasnya Vio. Saat masuk kelas ia langsung menatap tempat duduk yang ada di tingkat atas tepatnya di paling pojok, ia melihat Vio duduk disana dengan ekspresi datarnya sambil menahan kepala dengan tangannya.

  Levi menerangkan materi seperti biasa tapi ia tak bisa fokus, ia selalu melirik Vio. Saat melihat Vio ia terus terbayang kejadian malam itu, ia makin merasa kelewatan sudah membentak Vio, ia juga sebenarnya penasaran dengan apa yang di lakukan Vio seharian itu hingga pulang larut. Tetapi ia terlebih dahulu terbawa emosi dan langsung membentak Vio.

  "Baik, sampai disini pertemuan kita hari ini. Silahkan kalian boleh pulang." ujarnya mengakhiri kelas. Satu persatu mahasiswa berpamitan dan langsung keluar dari ruangan itu dan yang terakhir adalah Vio ia memasang wajah dinginnya dan melewati Levi begitu saja. Levi terpaku, timbul rasa tak enak di dadanya hingga ia lupa untuk menahan Vio pergi. Sekarang Vio sudah hilang dari pandangannya.

...                                             ✥...

  Satu minggu berlalu dan Vio masih juga belum pulang ke rumah mereka. Orang tua mereka sering menelpon Levi, dari omongan dan topik yang dibahas orang tuanya, Levi dapat menyimpulkan bahwa Vio berbohong kepada orang tua mereka. Dari cara bicaranya Levi yakin orang tua mereka tak mengetahui bahwa dalam seminggu ini Vio tidak pulang.

  Hari ini Levi bertekad mengikuti Vio sehabis pulang ngampus dan meminta maaf, seminggu ini perasaan nya tidak enak dan terus-menerus memikirkan Vio, bahkan ia jadi tak nafsu makan dan beraktivitas.

  Levi sekarang berada dalam mobilnya di depan gerbang besar Universitas Millenium, beberapa saat kemudian motor yang dikendarai Vio melintas di depannya, ia langsung tancap gas dan mengikuti Vio.

Levi terus mengikutinya hingga Vio berhenti di salah satu tempat wisata yaitu taman tropis yang ada di pusat kota itu.

  Levi ikut memberhentikan mobilnya dan ia melihat Vio memasuki taman itu. Kemudian ia ikut memarkirkan mobilnya dan ikut masuk ke taman itu. Taman itu sedang sepi pengunjung karena ini bukanlah hari libur dan masih jam kerja.

Setelah berjalan beberapa waktu Levi dapat melihat Vio yang sedang duduk dikursi taman sambil ngemil dan memandang danau kecil di depannya. Levi menarik nafas dan perlahan menghampiri Vio.

  Levi berhenti beberapa langkah dibelakang Vio.

" Mau apa lo?" tanya Vio tanpa menoleh. Levi berjalan kesamping Vio, terlihat Vio terkejut melihat orang yang datang adalah Levi. Ia menyadari seseorang berjalan mengendap dan mendekat kearahnya, ia mengira bahwa itu adalah pencuri atau preman random yang hendak menggodanya.

  Violia langsung berdiri dan hendak pergi dari sana, dengan cepat Levi mencengkram kuat lengan Vio agar tak terlepas. Vio memberontakkan tangannya minta dilepas, tentu saja Vio kalah kuat dari pada lelaki dewasa di depannya itu. Vio menatap nyalang orang di depannya.

  "Violia, sudah ya? Saya minta maaf saya sadar kata-kata saya hari itu kelewatan." ucapnya. Vio tak menggubris kata-kata Levi, ia masih berusaha melepaskan cengkraman tangan Levi.

"Saya mohon maaf Vio, ayo pulang." ajaknya lagi, ia sudah tak tau beralasan bagaimana lagi saat kedua orang tua mereka menelpon dan menanyakan keberadaan Vio.

  Vio menghempaskan tangannya dan akhirnya cengkraman Levi terlepas dan ia hendak pergi dari sana. Tetapi pergerakannya terhenti, Levi memeluknya dari belakang, sontak Vio melototkan matanya terkejut.

"Saya mohon maaf Vi, saya tidak tahu cara membujuk perempuan. Saya mohon maafkan saya." ucapnya sembari menguatkan pelukannya.

  Ia juga tidak tahu apa yang ia pikirkan hingga berani memeluk Vio, tetapi ia tak tahu harus memujuk Vio bagaimana, karena selama ini ia memang jarang berhubungan dengan perempuan.

Ia hanya pernah membujuk seorang perempuan, yaitu bundanya. Dulu ia membujuk bundanya dengan cara memeluknya dari belakang dan memelas, hanya hal itu yang terpikirkan oleh Levi untuk memohon maaf kepada Vio.

  "Vio.." rintihnya tak mendapat respon dari gadis yang sedang ia peluk sekarang. Sedangkan orang yang sedang ia peluk masih mematung kaget. Vio mulai merasakan geli di daerah perutnya sekarang.

"Saya sudah kelewatan merendahkan kamu seperti itu. Maaf Vi, saya terlalu emosional hari itu. Saya merasa bertanggung jawab atas kamu Vi, kedua orang tuamu telah menitipkan kamu kepada saya. Saya mohon maaf Vi." ucapnya lagi.

  "Pak!" akhirnya Vio bersuara. "Ya, Vio?" nada bicara Levi berubah lebih girang, ia senang akhirnya setelah seminggu Vio mau bicara padanya.

"Bapak apa-apaan sih?! Lepasin gw!! Gw malu!!" ucap Vio, beberapa petugas taman yang lalu lalang menatap mereka dengan senyum yang sangat aneh menurut Vio. Akhirnya Levi melepaskan pelukannya, Vio langsung berbalik menghadap Levi.

  Vio tercekat melihat ekspresi Levi yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Dosennya itu memasang wajah bersalah dan murung.

"Saya minta maaf Vi, saya sudah kelewatan." ucapnya lagi. "Pak udah! Muak gw denger kata maaf itu!" Balas Vio.

"Saya benar-benar mohon ma-" "Udah! Iya iya! Gw maafin udah! Diemm!" ucapnya sambil menutup telinganya dan akhirnya ia kembali duduk.

  "Bapak ngikutin gw ya? Ngaku!" ucap Vio memulai percakapan. Ia masih terbayang-bayang saat Levi memeluknya, ia harus melupakannya. Jadi ia mengalihkan pikiran dengan memulai pembicaraan dengan Levi.

"Kenapa? Sepi ya ga ketemu gw semingguan?" goda Vio. Levi mendengar candaan Vio "Iya." balas Levi singkat sambil melihat danau di depan mereka. Sedangkan Vio memasang wajah terkejut mendengar jawaban Levi tadi.

  "Vi, setelah saya pikirkan sepertinya tidak apa kita berhubungan baik mengingat kita tinggal bersama. Demi kenyamanan suasana rumah, sampai saat ini kita masih belum menemukan cara terbaik untuk pisah." ujar Levi.

Vio menatap lelaki di sampingnya lalu lanjut memperhatikan danau yang indah dengan bunga tertainya. "Bener, gak ada salahnya kita berbaikan. Kita udah sama-sama dewasa sebaiknya kita berhenti bermusuhan. Tapi," balas Vio sambil menatap Levi.

"Masalahnya bapak itu ngeselin!!" sambung Vio.

  Levi menatap heran istrinya itu, ia tak salah dengarkan saat Vio bilang mereka udah sama-sama dewasa?

"Dasar bocah, tadi bilang udah sama-sama dewasa kok ada tapinya?" kekeh Levi. "Dih enak aja ngatain gw bocah?! Ga ya! Gw udah mau baikan ama bapak dan memikirkan kenyamanan bersama nantinya berarti gw udah dewasa!" seru Vio. "Iya deh sipaling dewasa." kata Levi.

  "Bapak punya 2 hutang permintaan ama gw." Mulai Vio tiba-tiba. "Hah?" heran Levi. "Ga usah pura-pura lupa! Pertama, karena gw udah rawat bapak waktu sakit, dan yang kedua, tadi bapak main-main sentuh gw!" Levi menghela nafasnya mendengar itu.

"Kamu juga punya 2 hutang dengan saya. Kamu 2 kali meninggalkan urusan dapur yang merupakan tugas kamu. Sebenarnya kamu juga mengganggu kerja saya, tapi untuk yang itu saya ikhlaskan saja." jawab Levi tak mau kalah.

  "Dih? Ikut-ikutan, gw mau gunain permintaan pertama. Gw mau bapak ga ikut campur lagi dan gak mencari tahu tentang kegiatan gw dengan teman-teman gw." ucap Vio mulai serius.

Tatapan Levi mulai mendingin. "Teman-teman mu yang lelaki semua itu?" tanyanya dan hanya mendapatkan tatapan dari Vio. "Saya gunain permintaan pertama saya untuk membatalkan permintaan kamu." Ujar Levi.

  "Pak?! gw-" Vio terhenti, jika ia meminta sekali lagi, Levi juga bisa membatalkannya kali ini, jadi ia mau tak mau harus menyerah. "Saya gak suka kamu berteman dengan banyak laki-laki. ujar Levi menatap dingin Vio. Violia dapat merasakan tatapan menusuk dari sebelahnya. Ia perlahan menoleh dan mendapati ekspresi tidak mengenakkan dari orang di sampingnya.

  "Dih? Kenapa juga kalo bapak ga suka? Itu turusan gw." Ucap Vio. Levi sudah bersiap untuk membalas perkataan Vio, tetapi ia mengurungkannya setelah ingat mereka baru saja berbaikan karena membicarakan hal itu kemarin. Ia mengurungkan niatnya dan akan membahasnya di lain waktu. Sekarang mereka diam sambil menatap danau di depan mereka.

  "Yaudah, yuk pulang." ajak Vio dan di angguki Levi.

"Selama ini kamu tinggal di mana?" tanya Levi penasaran. "Gw nyewa apartemen." jawab Vio sambil berjalan keluar taman itu.

"Kok ga ketauan sama orang tua kamu? Bayar pake apa kamu?" tambah Levi, pasalnya jika Vio menggunakan kartu kredit dari orang tuanya pasti orang tuanya akan tahu kalau Vio menyewa apartemen.

  "Gw juga punya uang kali, dikira gw cuman minta dari mama papa apa?" ujar Vio. Pikiran Levi makin kemana-mana tapi ia urungkan dari pada membuat perkelahian lagi nantinya. Mereka pulang bersama, Vio dengan motornya dan Levi yang mengikutinya dengan mobilnya.

...»»---->To Be Continued<----««...

...Haiii chapter sebelas nihh😉...

...Bagus ga sih kalo konflik mulai dan selesai dalam satu chapter?? Minta pendapatnya dong~...

...Oke bye byee~ see you in next part👋🏻...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏
Ryo_Zanuel???
semangat yaw dari gw, jangan putus asa dan teruslah mengupgrade ceritanya, gw yakin lo bisa 💪
FairyMoo_: omg Thanks😫🙏🏻
total 1 replies
FairyMoo_
Tinggalkan komentar kalian disini ya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!