Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09
Stp9
tubuh Hanna terpaku, ia tak bisa bergerak. matanya dipaksa melihat pemandangan di hadapannya, wajah makhluk itu begitu mengerikan, dia menyeringai dengan mata nyalang menatap Hanna. Dengan bola mata merah melotot ke arah Hanna. Wajahnya sepucat tepung dengan area mata yang hitam. Dari mulutnya meleleh darah yang sangat kental dan hitam.
Margareth yang heran melihat anaknya terpaku di depan pintu segera menghampirinya.
"Ada apa Han....,h,,,h,,, hhh,, Hiera!" Mata Margareth terbelalak seketika melihat sesosok mahluk yang sangat menyeramkan yang mirip anak tirinya itu.
Hanna dan Margareth ingin berlari tetapi tubuhnya susah digerakkan, jangankan melangkah, bernafas saja sulit dilakukan.
"Hihihi..." makhluk itu terkikik membuat bulu-bulu halus di tubuh kedua wanita itu berdiri.
"Paa..paaa..paaa, tolooooong!" Teriak Hanna dan Margareth, serempak mereka berlari ke ruang tengah, kemudian bertumpuk di atas sofa panjang di dekat Jack.
Tubuh ibu dan anak itu gemetaran. Mereka bergidik ngeri.
"Kalian itu kenapa sih?" Tanya Jack heran.
"Si Hiera pa, hantu..hiiiy!" Jawab mereka serempak sambil menurupi kepala dengan bantal dengan posisi tubuh nungging.
"ngomong yang bener ma, si Hiera itu kan sudah mati ngapain sih disebut-sebut lagi" Rungut Jack jengkel.
Margareth menunjuk-nunjuk kan jarinya ke arah pintu masuk dengan tubuh bergetar, wajahnya masih tersembunyi di balik bantal sofa.
Mata Jack memandang ke arah pintu, dan seketika dia terkesiap.
Mata Jack terbelalak melihat pemandangan di depan sana, wanita berpakaian putih lusuh dengan noda darah yang menghiasi pakaiannya terlihat mengerikan, wanita itu melambai-lambaikan tangannya ke arah Jack.
Mata Jack melotot, tubuhnya kaku tak bisa digerakkan. Rasa takut telah menguasai dirinya.
"Han...hh.. Hieraaa!" Hanya itu yang mampu terucap dari bibir Jack, lidahnya terasa kelu.
"Aku kembali Jack, hihihihi.." Mahluk itu terkikik, suara tawanya mampu membuat semua orang bergidik.
"Tidak mungkin, kau sudah mati! Pergi! Pergi! Jangan ganggu keluargaku!"
"Kih kih kih, aku tidak akan pergi, ini rumahku! Aku akan menuntut balas pada kalian! Kalian lah yang harus pergi dari rumah ini!" Raung Wanita itu sambil melangkah mendekati Jack. Rambutnya yang berkibar tertiup angin, semakin membuatnya terlihat menyeramkan.
Jack panik, ingin dia berlari tapi kakinya terasa begitu berat untuk melangkah, nafasnya juga sangat sesak.
Tangan Wanita itu mencengkram leher Jack dan mencekiknya.
Sementara anak dan istrinya menjerit-jerit panik melihat Jack yang sedang di cekik makhluk itu.
Jack berusaha melepaskan tangan yang mencekiknya itu, dia meronta-ronta. Wajahnya semakin menggelap karena hampir kehabisan oksigen.
"Lep..,lepaskan! Hiera,,, ampuni ayah, aku ini ayahmu!"
"Haaaahaaahaaaa, hihihiiii, kih kih, apa kau lupa ketika kalian menyiksaku hingga tewas, aku pernah berkata, bahkan jadi hantu pun aku tak Sudi jadi anakmu! Kini rasakan pembalasanku!" Geram Hantu Hiera, kemudian dia mengangkat tubuh Jack dan melemparkannya ke atas meja.
"PRAANG!" Kaca meja hancur berkeping keping tertimpa badan Jack. Dia memuntahkan seteguk darah, pandangan matanya nanar, kemudian dia kehilangan kesadaran.
Hantu Hiera menyeringai, kini pandangannya dia alihkan pada dua wanita yang sedang bertumpuk di atas sofa, membuat ibu dan anak itu semakin ketakutan.
"Hiera maafin aku Hiera! Aku tak bersalah, mama! Mama yang racunin kamu Hiera!" Jerit Hanna sambil menunjuk wajah ibunya.
Di tengah rasa takut, Margareth kaget dan kesal pada Hanna, bisa bisanya anak itu menimpakan semua kesalahan padanya.
"Kamu juga ikut andil Hanna! Kamu yang buang dia ke jurang!" Ibu dan anak jadi saling tunjuk, membuat hantu Hiera menyeringai sinis.
Hantu Hiera berjalan mendekati kursi, membuat kedua Wanita itu tercekat ngeri. Hanna segera berlari menjauh tak mempedulikan ibunya yang lemas tak berdaya saking takutnya.
Deru nafas Margareth terdengar cepat, rasa takut membuat dia kesulitan bergerak, hanya air mata yang mewakili perasaannya.
Ingin sekali Margareth berpaling dari hantu itu, tapi dia tak kuasa. Jangankan bergerak, mengedipkan mata saja dia tak bisa. Margareth hanya bisa terus melotot dengan air mata bercucuran.
Hantu Hiera menyeringai, kemudian terkikik. Tangannya menarik kerah pakaian Margareth hingga wanita itu langsung berdiri.
Mulut Margareth mengap-mengap bagai ikan kehabisan air. Hantu Hiera memandangnya dengan penuh kebencian.
"Plak! Plak! Plak! Plak!"
Hantu Hiera menampar wajah Margareth berulang-ulang dengan sangat kencang. Margareth menjerit histeris karena rasa sakit dan takutnya.
"Berisik wanita brengsek!" Hantu Hiera sekali lagi menampar wajah Margareth dengan Sangat kencang.
Tubuh wanita itu tersungkur, darah segar mengalir dari hidung dan sudut bibirnya. Margareth mengerang merasakan sakit pada wajahnya, kepalanya berdenyut dan pandangannya buram.
Hantu Hiera kembali menghampirinya, menjambak rambutnya kemudian menendang perut wanita itu.
Margareth hanya bisa merintih merasakan mual dan sakit pada perutnya.
"Ampuuun Hiera, maafkan aku!" Rintih Margareth meminta belas kasihan.
"Begitu mudahnya kau meminta ampun? Waktu itu kau menyiksa ku tanpa belas kasihan! Jerit tangisku tak kalian dengar! Sekarang rasakan pembalasanku!" Jerit Hantu Hiera dengan pandangan mata beku begitu menyeramkan. Kakinya menginjak tangan Margareth, membuat wanita itu melolong karena kesakitan. Margareth pun akhirnya jatuh pingsan.
"Cih, baru disiksa seperti itu saja sudah pingsan! Ini baru permulaan Margareth!" Hantu Hiera menyeringai.
Hantu Hiera meliarkan pandangan, mencari keberadaan Hanna. Kemudian dia melangkahkan kakinya perlahan, menjelajah rumah itu.
"Hannaaa...., Di mana kau? Kih kih kih!"
Hantu Hiera menyusuri tiap tiap inci rumah, matanya tajam mengawasi setiap penjuru rumah.
"Hannaaa, Hannaaa, kau tidak bisa bersembunyi dariku Hanna!" Panggil hantu Hiera dengan nada mendayu-dayu.
Sementara itu di pojokan dapur, dibawah meja makan, Hanna membekap mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara. Air matanya meleleh dengan kedua mata terpejam. Nafasnya sesak, tubuhnya gemetaran karena rasa takut yang teramat sangat.
"Cklek!" Suara gagang pintu diputar membuat Hanna tercekat, tubuh gadis itu semakin mengigil.
"Srak srak srak!" Suara langkah kaki yang diseret terdengar nyaring di telinga Hanna.
"Hanna..., Apakah kau di sini?" Suara itu memanggil namanya begitu mendayu dan sedikit berbisik.
"Ah,,, aku dapat mencium bau mu, bau perempuan yang murah melebihi sampah,, "
Mata Hanna terbelalak, ketakutannya telah memuncak sampai ke ubun ubun. Hantu itu sudah memasuki ruang dapur. Dari kolong meja, Hanna dapat melihat kaki hantu itu yang sangat pucat.
Hantu Hiera mengedarkan pandangannya, dan seringai muncul di wajah seramnya.
"Di sini kau rupanya!" Mata merah itu mendelik dengan seringai mengerikan menghiasi wajah pucatnya. Tangan dengan kuku kuku yang runcing dan hitam itu menyibak taplak meja dimana Hanna berada.
"Aaaaaaaaaaa! Aaaaaaaaa! Hieraaa ampuuun Hieraaa!" Hanna menjerit jerit histeris, dia mundur ke belakang dengan kaki meronta-ronta, kemudian sekuat tenaga dia berlari ke arah pintu. Dia memutar gagang pintu untuk membukanya tapi pintu mendadak macet.
Dengan panik Hanna memutar mutar gagang pintu, sambil sesekali kepalanya memutar ke arah hantu Hiera.
Hantu Hiera kembali terkikik, dia begitu puas melihat Hanna yang ketakutan setengah mati.
Hanna menangis putus asa tatkala melihat Hiera mendekati dirinya. Dia memutar mutar gagang pintu bagai kesetanan. Dan begitu pintu terbuka dia segera berlari ke luar dari tempat itu.
Hanna berlari ke luar rumah. Di luar hujan sudah reda meninggalkan sisa beceknya saja.
Hanna berlari di halaman rumah dengan nafas terengah engah menuju gerbang rumah, pada pikirnya dia harus pergi menyelamatkan diri, menjauh dari rumah hantu ini.
Dia berlari sambil melihat ke belakang, takut hantu Hiera mengikutinya.
"BRUK!" Hanna menabrak sesuatu. Dan jeritan putus ada kembali terdengar dari mulut gadis itu.
"Aaaaaaaaaaa!"
Di depannya hantu Hiera tengah menyeringai dan memandang bengis ke arahnya. Tangan Hantu itu menjulur mencengkram leher Hanna. Nafas Hanna begitu sesak, dia mengeluarkan suara seperti tercekik
"Hi,,,Hiera, ma..af..kan aku.." ucapnya dengan terbata. Air matanya meleleh membanjiri wajahnya.
"Minta maaf memang gampang, tak ingat kah betapa buruknya kelakuanmu padaku, Hanna?" Kau sangat kejam! Berulang kali kau sakiti tubuh dan hatiku! Kini terimalah pembalasanku! Teriak hantu Hiera penuh amarah. Dia lantas mengangkat tubuh Hanna tinggi-tinggi kemudian melemparkannya ke dinding rumah.
"BRAKK!"
Tubuh Hiera menghantam dinding dengan keras, dia terbatuk dan seteguk darah keluar dari mulutnya. Gadis itu kemudian terkapar tak sadarkan diri.
Hiera mrnyeringai penuh kepuasan. "Ini baru permulaan, mulai hari ini akan ku buat kalian jauh lebih menderita dari padaku waktu itu. malam ini cukuplah aku mengerjai mereka".
Hiera melangkah dengan santai menuju gudang tempat dia tinggal. Membuka pintu gudang, kemudian menutupnya kembali.
Dia membuka softlens berwarna Semerah darah dari matanya. Menghapus makeup yang membuat wajahnya terlihat seram. Dia pun mengganti pakaiannya, kemudian merebahkan diri di atas kasur usang itu.
Sebuah asa terbentuk di hatinya, hari esok pasti lebih baik.
ku tunggu kritik dan sarannya