MENIKAHI GADIS DESA KARENA WARISAN

MENIKAHI GADIS DESA KARENA WARISAN

Bab 1 - Warisan

Prolog :

Karena wasiat yang ditinggalkan oleh sang kakek, Wisnu Wardana diminta menikahi wanita pilihan kakeknya, jika ia ingin mendapatkan warisan sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang perbankan.

Sayangnya wanita yang ingin dijodohkan dengannya adalah seorang gadis desa bernama Annisa Salsabila. Sangat jauh dari tipe wanita idamannya. Di waktu yang bersamaan, ia juga sudah mempunyai kekasih yang tidak mungkin ia tinggalkan begitu saja hanya karena harus menikahi Annisa.

Selain diminta menikahi Annisa, Wisnu juga diminta untuk tinggal selama setengah tahun di desa tempat tinggal Annisa untuk beradaptasi dengan kampung halaman asal orang tua kakeknya dahulu.

Apakah Wisnu akan menerima wasiat dari sang kakek, demi harta warisan kakeknya itu? Karena jika ia menolak, bukan tidak mungkin perusahaan perbankan yang sudah lama ia idamkan akan jatuh pada sepupunya yang juga menginginkan warisan yang sama milik kakek mereka.

...❤️❤️❤️...

Pengenalan tokoh :

Wisnu Wardana (30 Tahun)

Wisnu adalah CEO di perusahaan leasing milik orang tuanya. Sebagai cucu laki-laki pertama dari pengusaha kaya raya Atmadinata Pratama, dia berhak atas warisan perusahaan perbankan swasta yang sangat bonafit di Indonesia. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi oleh Wisnu, jika ia menginginkan warisan perusahaannya itu. Dia harus menikahi seorang gadis desa yang bernama Annisa Salsabila, yang merupakan cucu dari sahabat sang kakek.

Annisa Salsabila (20 tahun)

Seorang cucu Ustad yang tinggal di desa. Dia bekerja secara sukarela mengajar anak-anak yang tidak mengikuti sekolah melalui pendidikan formal. Dia sama sekali tidak tahu, jika dirinya akan dijodohkan dengan cucu dari seorang konglomerat kaya raya.

......................

WISNU

Rumah Sakit Good Health

Mobil kuparkirkan di basement Rumah Sakit Good Health dengan berburu-buru. Saat mendengar kabar dari Mama jika kondisi kakek kritis, aku segera meninggalkan rapat yang sedang kupimpin dan bergegas ke rumah sakit.

Walau aku sering beradu argumen dengan kakek, soal rencana beliau yang ingin menjodohkanku dengan wanita pilihannya, bukan berarti aku tidak menyanyangi kakek. Bagiku Kakek Atmadinata adalah pria terhebat, bahkan melebihi papaku sendiri.

Aku hanya tidak suka kakek mengatur jodohku. Apalagi saat ini aku mempunyai seorang kekasih yang sangat cantik dan hmmm ... tentu saja sangat seksi.

Dia adalah Monica, temanku saat kami kuliah di LA dulu. Bagaimana? Cantik, kan? Apalagi bibirnya yang sensual, membuatku betah jika menciumnya.

Lalu, bagaimana mungkin aku harus melepas Monica untuk menikahi gadis desa yang belum aku tahu wujudnya seperti apa? Tunggu, gadis desa? Apa aku yang seorang CEO pantas mendapatkan istri seorang gadis desa? Yang benar saja, harga diriku mau ditaruh di mana kalau aku sampai menuruti permintaan kakek.

Tapi, jika aku tidak menuruti keinginan Kakek, aku akan kehilangan kesempatan mendapatkan perusahaan perbankan yang sudah aku incar sejak lama. Dan aku yakin, sepupuku sudah bersiap menggantikanku mendapatkan perusahaan terbesar milik kakek kami itu.

Kulepas seat belt dan segera turun dari mobil sport mewahku. Aku seorang CEO, dan aku cucu dari orang kaya raya, bukan hal yang aneh jika aku memakai kendaraan bermerk dan berharga miliaran.

Saat ini Kakek berada di ruangan ICU, karena sudah tiga hari ini kakek tak sadarkan diri. Dan nampaknya kondisi kakek semakin memburuk, sehingga Mama menyuruhku secepatnya datang ke rumah sakit.

Ketika sampai di depan ruang ICU, aku melihat Mama Kartika menangis tersedu bersandar pada pundak Papa Faisal. Firasatku sudah tak enak. Sepertinya hal buruk sudah terjadi pada kakek.

"Ma ..." ucapku mendekat ke arah orang tuaku. "Kakek bagaimana?" Jantungku berpacu sangat cepat, takut mendengar jawaban menakutkan tentang kondisi kakek.

Mama langsung menoleh ke arahku saat melihat kedatanganku.

"Wisnu ... hiks ..." Mama berganti posisi kini memelukku, dan menangis di dadaku, karena postur tubuhku lebih tinggi dari papa. Mama tak mengatakan apa-apa selain tangisan.

"Kakekmu sudah berpulang ke Rahmatullah sekitar lima menit lalu, Wisnu." Papa menyampaikan berita duka padaku dengan raut wajah penuh kesedihan.

Rongga pernafasanku terasa menyempit. Jantungku seakan terlepas dari tempatnya mendengar kabar duka yang disampaikan oleh papa. Walau aku adalah cucu yang paling sulit diatur, tapi aku belum siap kehilangan kakek. Aku banyak belajar berbisnis dan mengurus perusahaan dari kakek, tak heran jika kakek menginginkanku meneruskan usaha perbankan miliknya.

"Innalillahi Wainnaillaihi Roji'un ..." Aku mendesah, merasa kehilangan yang sangat dalam. "Apa jenazah kakek masih di dalam, Pa?" tanyaku.

"Iya, sebentar lagi akan di bawa ke ruang jenazah dan dibawa pulang ke rumah," sahut papa.

"Apa aku bisa melihat Kakek sekarang, Pa?" tanyaku, karena aku ingin melihat kakek, sebelum kakek di bawa ke ruang jenazah.

Papa mengangguk, mengijinkanku masuk ke dalam ruang ICU.

Tak menunggu lama aku langsung masuk ke dalam ruangan ICU. Terlihat dua orang perawat sedang melepas peralatan medis yang terpasang di tubuh kakek.

"Saya boleh melihat kakek saya sebentar, Sus?" Tetap mengikuti aturan, aku meminta izin pada kedua perawat itu.

"Oh, silahkan, Mas. Tapi jangan lama-lama, karena akan segera di bawa ke kamar jenazah." Salah seorang perawat berwajah cantik menjawab dengan melemparkan senyuman ke arahku. Namun, tentu saja senyuman perawat itu aku abaikan. Karena tujuanku adalah menemui kakek.

Tubuh kakek masih terasa hangat saat kusentuh tangannya. Mungkin karena kakek baru saja meninggal.

"Kek, aku akan sangat kehilangan kakek. Walau kita sering berdebat, tapi bagiku, kakek adalah kakek terhebat yang aku miliki." Bukan aku mengesampingkan peran ayah dari papaku. Tapi, kakek dari keluarga papa sudah tidak ada sejak aku belum lahir. Sehingga aku tidak bisa mengenal langsung Kakek Dahlan, ayah dari papa. Berbeda dengan Kakek Atma, papa dari mama yang sudah dekat denganku sejak aku kecil.

"Innalillahi Wainnailaihi Rojiun. Selamat jalan, Kek. Semoga kita akan bertemu dan berkumpul kembali di surga nanti." Aku mengecup kening kakek. Sudah tak terlihat lagi kesakitan di wajah keriputnya. Sakit yang kakek derita sudah diangkat bersamaan dengan roh sang kakek oleh Malaikat pencabut nyawa.

***

Hari ini sudah tujuh hari kepergian kakek, Satu Minggu ini setiap malam diadakan acara tahlil, mendoakan agar arwah kakek mendapatkan jalan yang lapang di alam sama.

Acara tahlil yang diadakan rumah kediaman orang tuaku selalu ramai setiap malamnya. Tentu saja karena kakek adalah seorang pengusaha tersohor dan mempunyai banyak relasi. Sehingga tamu yang datang berkunjung untuk mengikut acara tahlil pun semakin banyak.

Hari ke delapan pasca meninggalnya Kakek Atmadinata.

Seluruh anggota keluarga besar Atmadinata Pratama berkumpul di ruang tamu rumah orang tuaku. Ada juga Pak Heidy, pengacara keluarga kami yang hadir di sana. Sesuai dengan keinginan mendiang kakek, untuk membacakan isi surat wasiat di hari kedelapan meninggalnya kakek.

Pak Heidy menyebutkan warisan milik kakek yang dibagi kepada semua anak, cucu dan juga beberapa tanah untuk diwakafkan kepada sebuah yayasan panti asuhan.

Aku sendiri mendapatkan apa yang aku inginkan. Tentu saja perusahaan perbankan Royal Bank adalah perusahan terbesar milik kakek, karena tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sementara cucu-cucu kakek yang lain hanya mendapat perusahaan-perusahaan kakek lainnya. Namun, tentu saja tak sebesar yang didapatkan olehku.

"Pak Atmadinata juga memberikan syarat pada Mas Wisnu jika ingin mendapatkan perusahaan perbankan yang saya sebutkan tadi." Di tengah kebahagiaanku soal perusahaan yang aku peroleh, ucapan pengacara keluarga kami itu sangat mengusikku.

"Syarat? Syarat apa?" tanyaku penasaran.

"Mas Wisnu harus menikahi cucu dari sahabat Pak Atmadinata yang tinggal di desa dan meminta Mas Wisnu untuk tinggal selama setengah tahun di sana. Jika Mas Wisnu tidak bersedia menjalankan apa yang diminta oleh Pak Atmadinata, maka harta yang diterima Mas Wisnu akan dialihkan kepada Mas Bayu," lanjut Pak Heidy.

"What??" Seketika mataku terbelalak mengetahui syarat yang tentu saja sangat berat untuk aku terima. Tapi, jika aku menolak, maka perusahan perbankan itu akan jatuh pada Bayu, adik sepupuku.

Sontak pandanganku mengarah ke arah Bayu yang terlihat mengembangkan seringai tipis. Aku tahu apa yang dipikirkan Bayu saat ini.

*

*

*

Bersambung ...

Jangan lupa kasih like, komennya. Jangan berhenti baca di tengah jalan ya, biar bantu retensi ini agar selalu tinggi. Makasih🙏

Terpopuler

Comments

Sumi afiz

Sumi afiz

baru baca kak

2024-04-30

0

Muh Nur

Muh Nur

baru mampir

2024-04-21

0

Chu Shoyanie

Chu Shoyanie

Alhamdulillaah akhirnya ketemu,untung kesedihanku gk menemukan novel ini krn ganti judul agak teralihkan oleh kesibukan di dunia nyata....
Ceweqnya sepertiku dulu:hanya guru\pmbimbing ngaji di sebuah msjid kecil di kota kelahiranku....tp ceritanya pasti seeuan ini deh drpd kisahku....🤔🤭👍

2024-03-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!