Juara 2 YAAW 2024, kategori cinta manis.
Datang ke rumah sahabatnya malah membuat Jeni merasakan kekesalan yang luar biasa, karena ayah dari sahabatnya itu malah mengejar-ngejar dirinya dan meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda!"
Akan seperti apa jadinya hubungan Jeni dan juga Josua?
Skuy pantengin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Saingan
Setelah bersiap akhirnya Juliette pergi kuliah diantarkan oleh sopir, karena dia tidak perlu berpura-pura lagi menjadi orang miskin. Toh semua orang sudah tahu siapa Juliette saat berada di ulang tahun Jingga.
Saat Juliette tiba di kampus, dia sempat mencari Jingga. Namun, ternyata wanita yang sudah membuat dia malu dengan Jeni itu ternyata tidak masuk kuliah.
Bahkan, saat dia bertanya kepada salah satu temannya yang kuliah di sana, ternyata Jingga sudah pindah kuliah. Karena ayahnya sudah dipecat dan pindah keluar kota.
"Kesian juga sih, tapi salah sendiri sudah berulah. Jadinya daddy marah," ujar Juliette.
Setelah mengatakan hal itu, Juliette mencari keberadaan Jeni. Dia ingin mencari sahabatnya yang ternyata merupakan wanita incaran ayahnya.
"Jen!" panggil Juliette ketika dia melihat sahabatnya datang.
"Hai, Juli!" sapa balik Jeni yang nampak canggung.
Setelah beberapa kali Josua mengajak dirinya untuk menikah, Jeni merasa canggung saat berhadapan dengan sahabatnya itu. Dia jadi membayangkan jika dia menjadi ibu sambung buat Juliette, pasti rasanya akan aneh.
"Kenapa kaya orang tegang gitu?" tanya Juliette yang sebenarnya sudah paham jika sahabatnya itu pasti merasa canggung karena ayahnya.
"Ngga apa-apa," jawab Jeni.
Setelah terjadi obrolan di antara keduanya, akhirnya mereka masuk ke dalam kelas. Karena sebentar lagi jam kuliah akan segera dimulai, Jeni terlihat canggung saat berbicara dengan Juliette.
Berbeda dengan Juliette, gadis itu terkesan tidak canggung sama sekali. Bahkan, Juliette malah sering menggoda Jeni ketika pelajaran sedang berlangsung.
Beberapa jam kemudian.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Josua yang merasa khawatir akhirnya memutuskan untuk menjemput Juliette. Jika Jeni mau, rencananya pria itu juga akan mengantarkan Jeni pulang.
Atau mungkin akan mengajak Jeni untuk makan malam terlebih dahulu, agar pria itu bisa lebih dekat lagi dengan Jeni.
Pria itu kini sudah berada di depan universitas tempat putrinya menimba ilmu, pria itu duduk anteng di dalam mobil sambil memperhatikan ke arah kampus karena jam kuliah memang sudah selesai.
Tidak lama kemudian pria itu nampak tersenyum dengan begitu lebar, karena dia melihat Jeni dan juga Juliette sedang berjalan beriringan untuk keluar dari gerbang kampus.
Josua dengan cepat turun, dia bersiap untuk mengajak Juliette dan juga Jeni untuk pulang. Namun, langkahnya terhenti karena tiba-tiba saja ada seorang pria memakai motor sport berhenti tepat di hadapan Jeni dan juga Juliette.
"Jen, ini udah malem loh. Gue anter pulang ya? Ngga baik loh seorang gadis pulang naik bis malem-malem," ujar Julian.
Ya, pria itu adalah Julian. Dia merupakan anak salah satu pejabat yang ada di kota tersebut, dia menyukai Jeni sejak dari awal Jeni masuk kuliah. Namun, Jeni selalu menjaga jarak dengan orang-orang yang berada.
"Terima kasih atas tawarannya, tapi gue udah biasa naik bis," ujar Jeni yang seperti biasanya menghindari Julian.
Julian nampak turun dari motor sport miliknya, lalu dia menghampiri Jeni dan hendak memasangkan helm di kepala Jeni.
"Julian! Jangan maksa ih! Gue mau balik sendiri," ujar Jeni yang langsung menghindari Julian.
''Jeni, gue cuma khawatir loh. Ayo gue anter pulang, gue--"
Julian hanya bisa menggantung ucapannya, karena tiba-tiba saja ada seorang pria yang mendorong Julian agar menjauh dari Jeni.
"Ck! Elu siapa sih?" keluh Julian seraya menatap Josua dengan tatapan tidak suka.
Josua sempat tertegun mendengar pertanyaan dari Julian, karena menurutnya pria muda itu sangatlah tidak sopan saat berhadapan dengan dirinya yang lebih tua dari Julian.
"Gue? Elu nanya gue siapa?" tanya Josua seraya menunjuk wajahnya.
''Iyalah, gue nanya elu! Siapa lagi coba? Ngapain sih elu gangguin gue, lagian--"
Julian memperhatikan Josua dari atas kepala hingga ujung kaki, tidak lama kemudian Julian tertawa lalu dia berkata.
"Usia elu kayaknya udah lebih tua dari gue deh, jadi mending elu pergi aja. Karena kampus bukan tempat elu main."
"Gue datang ke sini memang bukan untuk main-main, tapi--"
Josua menghampiri Jeni, lalu pria itu merangkul pundak Jeni dan mengusap puncak kepala Jeni dengan begitu lembut.
"Sayang, dia nanya siapa aku loh. Kamu ngga mau jelasin ke dia kalau aku itu calon suami kamu?" ujar Josua dengan wajahnya terlihat begitu lucu saat mengatakan hal seperti itu.
Julian nampak menatap Josua dan juga Jeni secara bergantian, dia benar-benar merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Josua. Sedangkan Juliette hanya bisa tertawa melihat keadaan ini.
"Oh ya ampun, Om! Jangan rese deh, kita itu--"
Jeni tidak bisa melanjutkan ucapannya, karena tiba-tiba saja Josua menunduk dan mengecup bibir wanita itu. Jeni sampai terlihat syok.
Begitu juga dengan Juliette, anak gadis dari Josua itu nampak mengerjapkan matanya beberapa kali. Tidak lama kemudian dia memukul pundak Josua.
"Daddy! Halalin dulu, jangan asal nyosor aja! Ngga malu apa sama mereka!" kesal Juliette seraya menolehkan wajahnya ke arah mahasiswa dan juga mahasiswa yang kini sedang memperhatikan mereka.
"Oh ya ampun, maaf. Karena Daddy merasa tidak sabar dan juga merasa gemas karena calon Mom, kamu ini selalu saja pura-pura tidak suka sama Daddy," ujar Josua.
Juliette hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya, karena ayahnya mengatakan hal seperti itu. Sedangkan Jeni kini menatap Josua dengan tatapan tidak suka.
Begitu juga dengan Julian, pria itu nampak menetap Josua dengan tatapan tidak suka. Dia kini merasa mempunyai saingan, sialnya saingannya itu terlihat lebih berumur dan sepertinya merupakan orang berada.
"Jeni, ayo aku antar pulang." Josua nampak menarik lembut tangan Jeni.
"No! Aku pulang sendiri aja," tolak Jeni.
"Tapi, Jeni. Aku---"
"Dia ngga mau pulang bareng Om, dia maunya pulang sama gue. Ayo Jen," ujar Julian yang nampak menuntun Jeni untuk menaiki motor sport miliknya.
Namun, Josua yang merasa tidak terima langsung menghentikan langkah Jeni. Lalu, dia menarik lembut Jeni ke dalam pelukannya.
"Kamu harus pulang sama aku, nggak boleh pulang sama anak ingusan. Nanti bisa bahaya," ujar Josua.
"Jen, jangan pulang sama om-om. Itu lebih bahaya, nanti kamu dijadiin mainan sama dia."
Josua merasa tidak terima mendengar apa yang dikatakan oleh Julia, begitu pula dengan Julian, dia merasa tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Josua.
Keduanya ini saling berhadapan seraya menatap dengan tatapan sengit, Jeni hanya menghela napas berat. Lalu, dia pergi dari sana dengan menggunakan ojek yang mangkal dekat kampus.
Setelah melihat kepergian Jeni, Juliette menepuk pundak ayahnya. Namun, Josua malah menepis tangan putrinya tersebut karena dia masih merasa kesel terhadap Julian.
"Diem dulu, Sayang. Daddy harus memberikan pengertian sama anak ingusan ini, kalau dia ngga pantas untuk Jeni."
"Enak aja, elu tuh Om. Elu yang ngga pantes buat Jeni, udah om-om nyarinya yang masih muda. Nyari yang seumuran sana," kesal Julian.
"Daddy! Julian! Kalian itu memperebutkan siapa sih? Orang Jeni udah pulang naik ojek," ujar Juliette.
Ah! Malu rasanya Juliette melihat tingkah dari ayahnya itu, karena sekalinya menyukai wanita, tingkah dari ayahnya itu benar-benar sangat norak, pikir Juliette.
"What?" pekik keduanya.
Josua dan juga Julian langsung mengedarkan pandangannya, ternyata benar kalau di sana tidak ada Jeni.
"Kita susul ke rumah Jeni, Sayang. Daddy mau bicara sama dia," ujar Josua.
"Gue ikut, Juli. Gue juga mau ketemu sama Jeni," ujar Julian tidak mau kalah.
Selama ini Julian memang tidak pernah tahu di mana alamat rumah dari Jeni, karena Juliette sekalipun tidak pernah diajak pergi ke rumahnya.
"Ck! Kalian berisik, mending gue pulang aja. Pusing kepala gue," ujar Juliette seraya masuk ke dalam mobil ayahnya.
"Juli!" pekik Julian dan juga Josua bersamaan.