Dahlia anak yatim piatu yang menikah di usia 23 tahun dengan Roy atas dasar cinta. 2 tahun pernikahan tanpa kehadiran buah hati membuat dahlia direndahkan oleh mertuanya dan selalu dibandingkan dengan cyntia istri dari arya adek kandung roy, karena pekerjaan membuat arya hidup terpisah dengan cyntia sehingga roy yang mengambil alih tugas arya selama kehamilan cyntia, perhatian roy membuat cyntia ingin memiliki roy hingga sengaja membuat kesalahpahaman antara roy dan dahlia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linhakarken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23 KMK
Setelah selesai mandi aku langsung rebahan di atas kasur,menutup seluruh tubuhku dengan selimut, rasa laparku langsung menguap berganti ngantuk yang tak tertahan. Saat akan memejamkan mata kurasakan pergerakan disampingku, mas roy sudah naik ke atas kasur "sayang sudah tidur?maaf soal ibu ya" mas roy memulai pembicaraan memintaku untuk menghadap ke arahnya.
"Hmmmm...udah kan mas? Aku ngantuk mau tidur, besok masih harus kerja. Oh iya 3 hari lagi aku akan ikut pak daniel dinas diluar kota dan kemungkinan akan bermalam disana, mas ngijinikan?" kutatap mas roy menunggu jawabannya.
" Kenapa harus bermalam?kita kan pengantin baru sayang, apa gak bisa diwakilkan orang lain?" tanya mas roy.
" Akukan masih pegawai baru mas, belum berani nolak lagian mas kan sibuk ngurusin ibu, ngomongi soal ibu, apa ibu akan tinggal bersama kita selamanya?"
"Kata ibu, ibu hanya 3 hari disini, kamu yang sabar ya menghadapi ibu" ucap mas roy. Aku mendekati mas roy dan tidur dalam dekapannya, walau bagaimana kesalnya perasaanku saat ini tapi mas roy tetaplah suamiku.
***
"Pagi sayang... Udah siap kerja? Mas yang antar ke kantor ya" mas roy baru membuka matanya disaat aku sedang bersiap untuk berangkat kerja. "Udah nih dah rapi" aku berpose dihadapan mas roy menunjukan kalau aku sudah berangkat. "Mas mau mandi dulu atau cuci muka aja?" tanyaku karena mas roy baru bangun dari tidurnya. "mas mandi dulu, gak bakalan lama kok" mas roy langsung berjalan menuju kamar mandi.
Ah lebih baik aku bantuin bu sri aja di dapur sambil nungguin mas roy. Aku keluar kamar dengan membawa tas kerjaku yang berisi tablet. "pagi bu sri, ada yang perlu dahlia bantuin gak bu?" kuhampiri bu sri yang sedang sibuk. "enggak non, nih sudah siap tinggal dibawa ke meja makan" bu sri menata hasil masakannya kedalam piring dan mangkok.
"Biar saya saja bu yang bawa ke meja makan" langsung ku bawa masakan bu sri ke meja makan dan menatanya dimeja. "Sayang.. dicari dikamar ternyata disini" mas roy menghampiri memelukku dari belakang, menyandarkan kepalanya di ceruk leherku.
"Mas geli tahu" kurasakan nafas panas yang keluar dari hembusan nafas mas roy. "sa...yang...balik ke kamar yuk" kubalikan badanku menghadap ke arah mas roy, mengalungkan tanganku ke leher mas roy, mas roy mengecup bibirku menambah hasrat untuk saling memiliki, karena aku juga menginginkannya akupun pasrah jika harus terjadi pagi ini, urusan di omelin pak daniel dipikirin entar aja deh.
"Kalian ngapain?!!!! Roy cepat kembali ke kursimu, kita sarapan!!" suara ibu menghentikan kemesuman kami di ruang makan. Heemmmm kuhembuskan nafas panjang berusaha meredam hasrat sekaligus emosi. Sambil menatap tajam ke arah mas roy aku langsung mengambil tas dikursi "Aku langsung berangkat aja mas, mas temani ibu sarapan aja" setelah kucium tangan mas roy aku langsung melangkah hendak keluar rumah lalu berangkat dengan pak karyo, karena aku memang gak bisa nyetir.
"Sayang biar mas yang antar ya nanti pulangnya mas jemput, ibu sarapan duluan ya roy mau ngantar istri roy dulu" mas roy meraih tanganku agar aku menghentikan langkahku, mas roy menggenggam tanganku, kami keluar rumah bergandengan tangan menuju mobil mas roy.
walau memakai mobil mas roy tapi mas roy meminta pak karyo untuk mengemudikan mobilnya, aku dan mas roy duduk dikúrsi belakang. Kusandarkan kepalaku di bahu mas roy dengan manja, tangan kami masih bergandengan. berdua gini aja aku udah senang setidaknya gak ada ibu mertua di dekat kami hiii...hiii...hii...
"Sayang mas benar-benar minta maaf ya soal ibu, mas gak enak sama kamu karena sikap ibu kita jadi menundanya" mas roy mengangkat daguku agar melihat ke arahnya lalu mas roy menciumku hangat walau hanya sebentar tapi aku bisa merasakan penyesalan mas roy. Aku sadar mas roy berada diposisi yang sulit dilain sisi dia gak ingin dibilang anak durhaka tapi disisi lain ada istri yang menjadi tanggung jawabnya.
"Nanti mas jemputnya sayang sekalian kita akan belanja bulanan" kucium tangan mas roy sebelum keluar dari mobil dan mas roy mengecup keningku. "Makasih ya pak karyo" ucapku ke arah sopir pilihan kakek. "Mas aku kerja dulu ya, mas langsung pulangkan?" tanyaku menghadap mas roy lagi
"iya sayang, kan mas masih cuti besok baru mas mulai masuk kerja lagi" setelah mendengar jawaban mas roy aku langsung turun dari mobil dan melambaikan tangan ke arah mas roy.
Kulangkahkan kaki menuju lift dan naik kelantai 3 ruangannya pak daniel. "pagi mbak anita, pak daniel udah datang belum mbak?" kusapa mbak anita sekretaris yang sebenarnya "Belum, kamu langsung masuk aja" mbak anita memintaku langsung masuk.
Wah sepi juga ya kalau gak ada pak daniel. Kuletakan tas kerjaku dan membuka tablet untuk melihat jadwal pak daniel hari ini, ternyata hari ini lumayan sibuk, ada rapat lalu temu klien diluar. "Pagi pak daniel" seruku saat melihat pak daniel masuk keruangannya kuberikan senyuman termanisku.
"Hmmmm...." ih pagi-pagi hawanya udah dingin aja nih orang, aku udah senyum dan ramah gini jawabannya cuma hmmm... "Kenapa kamu ngelihatin saya seperti itu? Ingat saya masih atasanmu" dengan cueknya pak daniel langsung duduk dan melihat berkas di atas mejanya tanpa melihat ke arahku.
"Dahlia, hari ini jadwal saya apa aja?" tanya pak daniel yang masih sibuk dengan berkasnya.
Kulangkahkan kaki mendekat ke mejanpak daniel "jam 9 nanti kita rapat dengan divisi pemasaran dan produksi untuk membahas lounching produk baru, lalu siangnya rapat diluar dengan klien" jawabku menjelaskan jadwal hari ini dan menunggu mandat pak roy selanjutnya.
"Nih berkas yang sudah saya acc, kamu serahkan ke anita lalu buatkan saya kopi ingat harus sesuai dengan selera saya" pak daniel menyerahkan 3 dokumen ke arahkku. "Bapak suka kopi susu, kopi pahit atau kopi manis?" tanyaku karena sebelumnya pak daniel gak pernah minta dibuatkan kopi.
"Pikir saja sendiri, udah sana segera kerjakan apa yang saya perintahkan. Ingat harus se sesuai dengan selera saya" kalau udah nyuruh suka semaunya aja nih orang. Aku keluar dengan wajah masam menemui mbak anita.
"mbak ini dokumen yang sudah di acc pak daniel" kuserahkan dokumennya ke arah mbak anita, mbak anita menerima dokumennya. "kenapa dengan wajahmu lia? kusem banget" tanya mbak anita heran
"Disuruh buat kopi sama pak daniel harus sesuai seleranya, waktu ditanya maunya kopi yang gimana malah suruh aku pikir sendiri, kan jadi bingung mbak, mana aku tahu dia suka kopi yang gimana, mbak tahu gak? Kan mbak udah lama jadi sekretarisnya" usaha dikitlah tanya ke mbak anita sapa tahu aja mbak anita tahu selera pak daniel.
"Selama mbak jadi sekretaris pak daniel, beliau gak pernah minta mbak bikini kopi, pak daniel selalu meracik sendiri kopinya" yah jawaban mbak anita malah gak menjawab pertanyaanku.
" ya udah mbak aku langsung ke pantry aja,sapa tahu dapat wangsit disana" ku langkahkan kakiku menuju pantry dengan perasaan bingung harus buat kopi modelan gimana.
Saat di pantry gak ada ob yang bisa ku tanya, jadi mau gak mau kubuka laci satu persatu mencari kopi dan saudaranya. "ah..buat seperti kesukaan ayah aja kali ya mungkin aja dia suka dengan racikan yang dulu sering aku buatin untuk ayah" segera kubuatkan kopi lalu disaring baru aku tambahkan gula sedikit dan kremer.
"Bismilah, semoga pak daniel suka" ku taruh di atas baki lalu segera ku bawa menuju ruang pak daniel. Pak daniel pria kedua setelah ayah yang aku buatkan kopi, mas roy aja belum pernah aku buatkan kopi eh malah buatin kopi buat pria lain
"Silahkan dinikmati pak, semoga bapak suka" kuletakan kopi di atas meja kerja pak daniel. "Taruh aja dulu saya masih sibuk" saat sudah kembali kemeja kerjaku, kulihat pak daniel meminum kopi buatanku dan keningnya mengkerut lalu melihat ke arahku. "Alamak.." siap-siap aja deh...