Bismillahirrohmanirohim.
Blur
Ulya sedang seorang gadis muslimah yang sedang menunggu dokter memeriksa ibunya dengan rawat wajah khawatir. Tapi disaat dia sedang terus berdoa untuk keselamatan sang ibu tiba-tiba dia melihat seorang bocah sekitar berumur 4 tahun jatuh tak jauh dari tempatnya berada.
Ulya segera membantu anak itu, siapa sangka setelah bertemu Ulya, bocah itu tidak ingin berpisah dengan Ulya. Anak kecil itu ingin mengikuti Ulya.
"Jadilah pengasuh Aditya, saya akan menyanggupi semua syarat yang kamu mau. Baru pertama saya melihat Aditya bisa dekat dengan orang asing apalagi perempuan. Saya sangat meminta tolong sekali, Ulya agar kamu meneriam tawaran saya." Raditya Kasa Hans.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Bismillahirrohmanirrohim.
"Astagfirullah, Aditya awas!" teriak Cia panik.
Disaat Aditya sedang berceletot ria, Cia melihat seorang mahasiswi yang dia kenal terlihat secara sengaja ingin membuat Aditya terjatuh untungnya Aditya cepat menghindar tau akan pergerakan seorang gadis yang merasa sedang mode mengancam dirinya. Ulya juga cepat membantu Aditya agar tidak terjadi apa-apa pada anak itu.
"Jangan kurang aja ya Ria, emang saya nggak lihat tadi kamu mau ngapain!" bentak Cia pada perempuan yang tadi hendak mencelakai Aditya.
Gadis bernama Ria itu juga yang tadi menatap tak suka pada Ulya. Mungkin hampir semua orang di kampus Nasional tahu kalau Ria sangat membenci Ulya entah apa sebabnya. Ria sering sekali mencari gara-gara pada Ulya, tapi Ulya boda amat tak pernah menggubris apa yang diperbuat oleh Ria. Ulya pikir juga kalau Ria terus menjelek-jelekan dirinya di depan para mahasiswa-mahasiswi nanti lama-lama Ria akan bosan sendiri.
"Maksud lo apa sih Ci? Orang tadi gue mau lewat kok nuduh sembarangan."
Tatapan malas Cia layangkan pada gadis yang terlihat sok polos itu, sedetik kemudian Cia terkekeh sendiri membuat orang-orang yang melihat kejadian itu menatap aneh pada Cia termasuk Aditya dan Ulya.
"Semua orang di kantin ini tidak buta ya Ria, jelas-jelas tadi kamu yang salah. Nggak usah sok polos deh jadi orang."
Ulya mulai menahan nafasnya, sahabatnya satu ini memang sedikit bar-bar kalian jangan menilai Cia dari penampilannya mulut gadis itu bahkan sangat tajam kalau sudah berhadapan dengan orang-orang seperti Ria. Kata-kata mutiara yang keluar dari mulut Cia juga biasanya akan menancap di dalam hati.
"Udah Ci biarin aja, Aditya juga nggak papa kok." Ulya menengahi mereka.
Sebuah senyum tipis terbit di kedua sudut bibir Ria, sepertinya dia punya niat yang tidak baik Aditya dapat melihat gerak-gerik Ria yang mencurigakan itu.
'Hahahah, tante ini harusnya dikerjain cedikit acik cepertinya.' Tawa jahat Aditya dalam benaknya.
"Gue tadi itu mau lewat tapi salpok sama anak kecil ini, makanya gue deketin dia soalnya mana ada orang kuliah bawa anak. Gue juga baru tahu lo udah punya anak Ulya? Sejak kapan, lo udah nikah atau anak tidak diakui bapaknya karena berbadan dua sebelum sah, nggak nyangka gue perempuan pendiam terus alim kayak lo menghanyutkan juga ya." Sindir Ria tanpa adanya bukti.
Bisik-bisik tak mengenakan di telinga Ulya dan Cia termasuk Aditya mulai terdengar, orang-orang itu membicarakan Ulya yang tidak-tidak.
"Bener juga apa yang dibilang Ria."
"Nggak nyangka gue ternyata seorang Ulya serendah itu."
"Gue mau juga dong daftar Ulya."
"Tapi Ulya nggak mungkin berbuat sekeji itu."
Masih banyak lagi cacian yang diarahkan pada Ulya walaupun tidak secara terang-terangan, Ria tertawa puas di dalam hatinya melihat seorang Ulya yang sering dipuji-puji banyak orang kini direndahkan di langsung di depan banyak orang.
"Tante cerewat cekali kayak penyirih." Tukas Aditya, semua orang hampir tertawa mendengar Aditya memanggil Ria, tante.
"Tante kalau mau jelek-jelekin orang lain cetidaknya pake bukti dong, pinter cedikit kalau mau bohong. Tante emang mirip nenek cihir cama mak lampir."
Aditya berkata tanpa beban membuat muka Ria merah karena sudah dipermalukan anak kecil di depan umum.
Orang-orang memang hanya bisa berkomentar dan berbicara seenaknya tanap memikirkan perasaan orang yang mereka maksud. Setelah mendegar ucapan Aditya barusan banyak juga yang mulai menyalahkan Ria.
"Mbak Lia memang bukan mommy, Aditya. Tapi akan menjadi calon mommy, Aditya!" tegas Aditya menatap tak suka pada semua orang.
Masih kecil saja aura pemimpin Aditya sudah sangat terasa apalagi jika dia sudah besar nanti, mereka mulai menebak-benak siapa sebenarnya Aditya, anak kecil itu bahkan terlihat berbeda dari anak-anak kecil pada umumnya. Aura pemimpin Aditya benar-benar terlihat jelas, sedangkan Ulya tak tahu apa maksud dari ucapan Aditya.
"Aditya kacih tahu ya cama kakak-kakak cemua." Hebatnya saat Aditya berbicara semua orang di kantin diam penasaran apa yang akan dikatakan oleh Aditya.
"Tidak cemua orang punya mental kuat kakak-kakak tampan dan cantik. Ada orang yang dikomentari lancung incecure, ada juga yang dibentak langcung nangic kayak Aditya. Ada yang ditegur langcung tercinunggung, digac lancung aja emoci, dikatain langcung overtingkhing. Kata kak Arion kadang-kadang mental orang celamah itu, jadi Aditya minta tolong cama kakak-kakak cemua kalau nomong atau mau ngelakui cecuatu cama orang lain pikir dulu."
"Hati orang cipa yang tahu, kayak tante ini barucan ngomongi mbak Lia. Kalau tante yang dipermalukan di depan orang banyak gimana peracaannya?" Aditya menatap polos Ria yang sangat ini tengah menatap tajam Aditya dan menahan malu yang luar biasa belum apa-apa sudah kala dengan anak kecil.
"Anak kecil kayak lo tahu apa? dan ingat baik-baik jangan panggil gue tante, gue bukan tante lo!"
"Jangan salah Ri, kata-kata Aditya baruan juga belum tentu orang dewasa perpikir sejauh itu." Tegas Ulya.
"Tante juga pantec kok dipanggil tante, coalnya emang mirip tante-tante."
Semua orang sontak tertawa mendegar perkataan Aditya mengatakan Ria pantas dipanggil tante-tante.
Sungguh Ulya tidak akan tega melihat Aditya dibentak-bentak orang lain, selama tinggal di kediaman Kasa sekalipun Ulya tidak pernah melihat orang di kediaman itu membentak Aditya kecuali menasihati bocah cilik itu, bahkan orang-orang di kediaman Kasa sangat terlihat memberikan kasih sayang yang begitu tulus untuk Aditya.
"Kita pergi aja dari cini mbak Lia, lama-lama dicini nanti Aditya jadi ikutan jahat juga."
"Baiklah ayo kita pergi. Ayo Cia." Ajak Ulya pada sahabatnya.
Orang-orang juga sudah mulai pergi meninggalkan kantin, wajah Ria terlihat sangat marah karena sudah dipermalukan di depan umum, tidak dia mempermalukan dirinya sendiri.
'Awas lo Ulya sama bocah sok tahu ini.' Geram Ria merasa tidak terima sudah dipermalukan.
Bruk!
"Astagfirullah, Lia, Aditya." Panik Cia.
"Apa-apan sih, situ manusia atau bukan? Main dorong-dorong orang segala." Cia menatap tajam Ria, jika boleh gadis itu bahkan ingin sekali menampar wajah Ria.
"Aditya, bangun sayang." Panik Ulya melihat Aditya pingsan tempat di atas perutnya.
"Ya Allah, Cia tolongin Aditya ayo cepat bawa ke klinik kampus." Panik Ulya, dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Aditya pasalnya Ulya tahu Aditya punya riawat penyakit sejak kecil, walaupun dia belum tahu penyakit apa yang diderita Aditya.
"Kalau terjadi sesuatu sama Aditya, aku tidak akan segan untuk menuntutmu, Ria!" ucap Ulya penuh ketegasan, tidak ada lagi Ulya yang ramah, sopan, baik dan penyabar.
Wajah Ria tiba-tiba saja menjadi pucat pasai mendengar perkataan Ulya barusan, tubuhnya terasa gemetar dia tidak pernah melihat Ulya yang seperti ini sebelum-sebelumnya.
Di kelink depan kampus.
"Mbak Lia kenapa, mbak Lia abic nangic ya?" Aditya menatap polos Ulya dengan mulut yang terbuka.
Hahahah, melihat hal itu Ulya tidak bisa menahan tawanya palagi mengingat kejadian tadi di kantin.
"Astagfirullah, Aditya. Kamu baru aja sadar tapi udah bikin ketawa mbak Lia aja, hahahah....hahaha...hahah...."
Ekspresi Aditya betul-betul membuat Ulya terhibur, apalagi Aditya terlihat seperti seorang bos yang sedang frustrasi.