Puspa Melita seorang gadis berusia 14 tahun yang harus kehilangan Ibunya dengan cara yang mengenaskan diakibatkan orang ketiga, kematian Ibunya membuat seorang gadis yang dulunya ramah, penuh senyum, dan juga ceria berubah 360° menjadi gadis yang pendiam dan penuh dengan dendam.
Puspa sudah menyusun rencana yang sangat matang untuk membalas dendam kepada orang yang sudah menghancurkan Ibunya.
" Kau hancurkan Ibuku, Ku hancurkan keluargamu. " Puspa melita dengan segala dendam kesumatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Setelah memarkirkan mobilnya di carport, Ferry segera keluar dari dalam mobilnya lalu melangkah menuju ke pintu utama rumahnya, namun baru saja Ferry masuk ke dalam rumahnya, dia sudah disambut oleh istrinya dengan wajah yang merah padam serta kedua tangan yang berkacak pinggang.
" Bagus kamu ya Mas, udah berani terang-terangan kamu selingkuh di depan aku. " teriak Vera dengan suara yang menggelegar memenuhi seisi rumah.
" Kamu ini bicara apa sih Vera jangan mengada-ada deh! " sahut Ferry yang kembali berjalan ingin masuk ke dalam rumah namun di cegah oleh Vera.
" Mau kemana kamu Mas? Jangan coba-coba lari ya? Aku belum selesai bicara. " ucap Vera dengan suara yang masih meninggi.
" Sudahlah Mas capek baru pulang kerja Vera, Mas pulang ingin istirahat bukan ingin kamu curigai dan kamu marah-marah seperti ini! " jawab Ferry yang masih menahan emosinya, lalu dia tetap melangkah melewati Vera begitu saja.
Vera yang merasa di acuhkan semakin berang dan tidak terima dengan sikap suaminya, ia pun berjalan mengikuti langkah suaminya.
" Tunggu Mas, ada hubungan apa kamu dengan tetangga baru itu? Kenapa kalian bisa pulang berdua? Apa kalian main gila di belakangku? " Tanya Vera beruntun, karena saat ini hati dan pikirannya sudah di penuhi dengan rasa cemburu yang luar biasa besarnya.
Ferry yang malas bertengkar dengan istrinya hanya diam saja dan sama sekali tidak berniat untuk menjawab. Lalu Ferry tetap meneruskan langkah kakinya mendekat ke arah tangga yang menuju ke kamar mereka, karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang suami Vera mencekal tangan suaminya yang mulai melangkah naik ke anak tangga.
" Kenapa diam saja Mas? apa kamu mau melindungi wanita simpananmu itu? " ujar Vera dengan mata yang melotot tajam.
" Bisa gak sih sehari aja kamu tidak mencurigai dan menuduh Mas yang tidak-tidak? Bisa gak sih kamu beri Mas kepercayaan sedikit saja Vera? " jawab Ferry yang mengurungkan niatnya untuk naik tangga, lalu memutar tubuhnya jadi menghadap ke istrinya.
" Sampai kapan pun aku tidak akan pernah mempercayai lelaki Playboy seperti kamu Mas! Apa lagi kamu masih berteman dengan Alex yang sama saja Playboy nya dengan kamu! " tutur Vera sembari menunjuk-nunjuk wajah suaminya.
" Ya Allah Vera, harus berapa kali Mas menjelaskannya padamu, jika Mas sama sekali tidak pernah selingkuh atau pun main gila di belakangmu Vera, please percayalah Vera? Mas capek dan Mas juga lelah setiap hari harus dicurigai seperti ini? " pinta Ferry.
Saat ini Ferry menatap wajah istrinya dengan tatapan lelah dan juga frustasi, bahkan saking frustasinya Ferry sampai mengusap wajahnya dengan kasar berulang kali.
" Mana bisa aku mempercayai kamu Mas, jika kamu secara terang-terangan sudah berani berduaan dengan tetangga baru yang ganjen itu di dalam mobil. " sanggah Vera yang sudah hilang kepercayaannya kepada sang suami.
" Astaga Vera, Mas sama Lita gak ada hubungan apa-apa, tadi waktu di jalan pulang mobilnya mogok, karena kasihan ya sudah Mas beri tumpangan dan Mas sama sekali gak tau kalau dia itu tetangga baru kita. " tutur Ferry menjelaskan yang 50% benar dan 50% lagi berbohong.
" Alah itukan hanya alasan kamu aja Mas, bilang aja kamu habis dari hotel sama dia kan? Ciiih wanita murahan memang pantasnya dengan lelaki murahan juga. " berang Vera dengan suara yang masih tetap meninggi sembari membuang air liurnya ke arah samping.
Ferry yang sejak tadi sudah berusaha untuk menahan emosinya sekarang sudah tidak bisa lagi di tahan karena kata-kata istrinya yang sudah sangat keterlaluan, saking emosinya Ferry sampai mengepalkan kedua tangannya dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih dan urat lehernya terlihat menegang.
Praaangg...
Ferry meninju guci besar yang ada di samping tangga hingga pecah menjadi beberapa bagian dan punggung tangannya sampai berdarah karena pecahan guci tersebut ada yang menancap.
" Aaaaaa. " Vera berteriak sambil menutup kedua telinganya dengan tangan.
Baru kali ini Vera melihat suaminya sampai semarah ini dan biasanya semarah dan sekasar apa pun ucapannya suaminya itu akan selalu diam saja lalu pergi meninggalkannya ke ruangan lain.
" Kamu apa-apaan sih Mas guci itu kan mahal harganya? " bentak Vera yang tidak terima guci kesayangannya di pecahkan oleh suaminya.
" Semakin lama kamu semakin kurang ajar ya Vera! selama ini aku selalu diam, mau kamu marah, kamu maki, kamu bentak, kamu tunjuk-tunjuk aku selalu mengalah dan lebih memilih pergi untuk meredakan emosiku, tapi semakin hari sudah tidak ada lagi sopan santun mu padaku! Sudah hilang harga diriku kamu injak-injak, selama ini aku selalu mengalah dan mengalah padamu Vera, kamu tidak pernah menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri aku terima, kamu tidak mau punya anak aku juga terima, padahal aku sangat menginginkan hadirnya seorang buah hati di antara kita tapi demi kebahagiaan istriku aku rela mengubur keinginanku itu tapi apa balasanmu? setiap hari kamu mencurigai aku, setiap hari kamu menuduhku, padahal aku sudah setia padamu dan aku sama sekali tidak pernah berbuat macam-macam seperti yang kamu tuduhkan selama ini, walaupun aku mantan Playboy tapi aku masih punya otak dan masih punya hati untuk tidak menyakiti istriku apa lagi sampai menduakannya Vera. " Murka Ferry dengan suara yang menggelegar penuh emosi dan amarah di dalamnya.
Vera yang sejak tadi selalu mendominasi sekarang mendadak terdiam dan tidak lagi bersuara. Bahkan sekarang Vera sedang ketakutan menghadapi suaminya yang benar-benar dalam keadaan emosi.
" M-mas a-aku, aku. " ucap Vera terbata-bata.
" Kamu tau kan Vera setiap ucapan adalah doa, dan sekarang aku akan mengabulkan semua doamu yang selalu mengatakan jika aku selingkuh dan jangan pernah kamu salahkan aku karena ini semua adalah doamu, aku yang setia selalu kamu bilang mendua dan sekarang aku benar-benar akan menduakan kamu Vera. " ucap Ferry dengan suara yang penuh dengan penekanan walaupun sudah tidak menggelegar seperti tadi.
Vera langsung membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna saat mendengar penuturan suaminya.
" Apa maksud kamu Mas? Kamu jangan macam-macam ya? Aku tidak mau kamu duakan? " sahut Vera yang berbicara dengan suara melembut dan syarat akan permohonan di dalamnya.
" Aku rasa kamu cukup pintar untuk mengerti apa yang aku ucapkan Vera, jadi aku rasa aku tidak perlu mengulang ucapanku. " jawab Ferry yang mulai melangkah ke arah pintu utama rumah mereka.
" Kamu mau kemana Mas? Aku mohon jangan cari wanita lain Mas? aku mengaku salah, aku akan berikan kamu kepercayaan Mas, tapi kamu jangan duakan aku? Aku sangat mencintai kamu Mas? " Vera memohon dengan air mata yang mulai membasahi kedua pipi mulusnya.
" Percuma Vera, aku sudah tidak peduli lagi. Hatiku sudah sangat sakit kau perlakukan seperti itu dan sekarang nikmatilah buah dari doamu selama ini. " ujar Ferry yang tetap melangkah menuju keluar rumah.
Saking kesalnya ia biarkan tangannya yang masih terluka dan mengeluarkan darah, karena sakit yang ada di tangannya tidak seberapa dari pada sakit yang ada di hatinya.