Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekilas hidup Elis
Arjuna memesan banyak makana kesukaan ketiga putrinya. Ia benar-benar ingin menebus empat tahun tanpa mereka di sisinya.
Arjuna bercengkra bersama ketiga putrinya melepaskan rasa rindu kepada ketiga bidadari kecilnya. Meskipun Arjuna tidak bisa mencurahkan rasa rindu kepada ibu dari Anak-anaknya. Elis memberinya jarak, membangun benteng yang tak kasat mata untuk membatasinya dan Arjuna.
"Mine, Papa haus. Katakan pada mama untuk membuatkan Papa minum." ucap Arjuna kepada putri keduanya, padahal Elis juga berada di sana tengah melipat pakaian yang baru ia angkat dari jemuran. Ya Arjuna sengaja berkata demikian untuk memancing Elis agar mau berbicara padanya. Namun Elis hanya melayangkan tatapan tak suka terhadap Arjuna, yang menatapnya tanpa dosa.
Arjuna meringis, tatapan Elis terlalu menghunus untuk dirinya, apakah itu ungkapan kerinduan Elis yang terpendam.?
"Mama, bisa minta tolong buatkan Papa minum." ucap Mine sopan. Arjuna bahkan salut dengan cara Elis mendidik putrinya seorang diri.
Elis menganguk dan beranjak, menunda kegiatannya melipat baju.
Segelas teh Elis sodorkan di hadapan Arjuna. "Tidak ada kopi disini. Minumlah apa yang ada." perkataan Elis membuat sudut hati Arjuna menghangat itu artinya istrinya tidak menerima tamu pria. Arjuna tersenyum dan meraih minumannya. "Terimakasih."
Secara perlahan Arjuna menyesap teh hangat di dalam genggamannya. Kening Arjuna mengernyit dalam saat tak mendapati rasa dari minuman miliknya. Mungkinkah Elis kehabisan gula pikir Arjuna.
"El, rasa tehnya ..." Arjuna menggantung ucapanya saat menyadari Elis menatap tak suka keatahnya.
"Ya. Seperti rasaku padamu. Tawar." ujar Elis ketus,
Padahal benar dugaan Arjuna jika gula di dapur Elis telah habis, tapi karna gengsinya selangit, juga karna Elis tak mau menunjukan kekurangannya akhirnya Elis memilih melanjutkan bakatnya dalam menyindir.
"Nanti ku tumbuhkan lagi perasaanmu terhadapku." Arjuna kembali melanjutkan minumannya. Meski rasa teh buatan Elis tawar tak menyurutkan minat Arjuna untuk menghabiskan minumannya.
Makanan yang di pesan Arjuna sudah tiba, beruntung sekali Elis malam ini. Kebetulan ia sudah tak memiliki beras serta makanan lain di dapurnya.
Elis turut memakan makanan yang di belikan Arjuna dengan sangat lahap. Sudah lama ia tak memakan makanan seenak itu.
Arjuna tersenyum tipis sangat tipis sehingga Elis tidak menyadarinya.
"El kamar mandi di mana? Aku belum shalat isya." Arjuna bertanya. Tidak langsung menjawab Elis menelan dulu makanan di mulutnya.
"Lurus saja. Di samping daput tidak ada ruangan lain selain kamar mandi."
Di kamar mandi sana sudah menumpuk pakaian kotor, Elis belum mencucinya. Meskipun tiap hari mencuci Elis selalu mempunyai banyak cucian karna banyaknya anak yang ia miliki yang sering kali bergunta ganti baju.
Arrjuna mencari letak mesin cuci tadinya ia ingin mencuci baju dengan memasukannya ke dalam mesin cuci. Namun Arjuna tak menemukannya. "Apa Elis mencuci dengan tangan?" gunam Arjuna pelan.
Arjuna buang air kecil terlebih dahulu, kemudian mengambil air wudhu.
Kontrakan Elis terlihat bersih dan rapih. "Kapan dia membereskan semuanya?"
Mata Arjuna tersita akan sedikit beras yang berada di atas meja. Bukan meja makan melainkan meja yang di gunakan untuk menyimpan Ricecooker juga sebuah galon isi ulang yang mana di galon itu terdapat kran langsung tanpa perlu menggunakan dispenser untuk membantu mengeluarkan airnya.
"Ya Allah bagai mana bisa Elis hidup seperti ini?" Arjuna mengankat beras yang terdapat di pelastik.
Tidak ada pendingin ruangan di rumah itu hanya ada sebuah kipas berdiri yang selalu berpindah tempat mengikuti penghuni rumah.
Ini hanya sekilas tentang hidup Elis. Lalu bagaimana Elis menjalani banyaknya waktu tanpa dirinya.