NovelToon NovelToon
Gejolak Cinta Tuan Erick

Gejolak Cinta Tuan Erick

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Teen Angst / Diam-Diam Cinta
Popularitas:531.3k
Nilai: 4.6
Nama Author: Park alra

"Berapa uang yang harus saya keluarkan untuk membeli satu malam mu?"

Erick Davidson, pria tajir dengan sejuta pesona, hendak menjebak seorang gadis yang bekerja sebagai personal assistan nya, untuk jatuh ke dalam pelukannya.

Elena cempaka, gadis biasa yang memiliki kehidupan flat tiba-tiba seperti di ajak ke roler coster yang membuat hidupnya jungkir balik setelah tuan Erick Davidson yang berkuasa ingin membayar satu malam bersama dirinya dengan alasan pria itu ingin memiliki anak tanpa pernikahan.

Bagaimana kisah cinta mereka? ikuti bersama!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Park alra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GCTE | Bab 16

"Tunggu apalagi? pergi!" pekik Clarissa menatap nyalang.

Elena tetap bergeming hendak menghampiri tempat Erick berada, namun Clarissa seperti menghalangi dengan tubuh nya.

Akhirnya Elena tak punya pilihan selain pergi dari sana, meski dalam hatinya di rundung penasaran, benarkah tadi atasannya itu memanggil namanya dalam keadaan mengigau? dan kenapa? Semua tanda tanya besar itu begerumun di otaknya.

Setelah memastikan Elena pergi, Clarissa segera menutup pintu dengan keras hingga Elena yang jaraknya masih tak terlalu jauh dari pintu terjingkat karenanya.

Gegas, Clarissa menghampiri Erick, menatap sendu, dengan tangannya ia mengusap peluh sebesar biji jagung di sekitar pelipis pria Itu.

"Erickson, kamu kenapa? ada aku di sini."

Clarissa mencoba menempel kan telapak tangannya ke kening Erick, dan hasilnya sungguh membuat ia terkejut. Suhu badan laki- laki itu sangat panas membuat sedikit tersentak menjauhkan tangannya dari dahi Erick.

Lalu akhirnya Clarissa memanggil beberapa orang untuk membawa Erick, awalnya ia berinisiatif untuk membawa Erick ke rumah sakit namun Clarissa urungkan mengingat sejak kecil Erick tak terlalu menyukai rumah sakit, ia memutuskan untuk membawa Erick kembali ke mansion. Sebisa mungkin ia tak ingin Elena ikut andil dalam hal ini meskipun ia sudah mengetahui jika gadis itu adalah sektretaris sekaligus personal assistan Erick.

**

Akhirnya beberapa bodyguard di bawah naungan Erick datang, sigap dua orang berbadan besar memapah tubuh Erick yang sedikit limbung, sepertinya pria itu benar-benar dalam kondisi tidak stabil.

Clarissa mengikuti dari belakang. Mereka melalui pintu lift khusus dimana para karyawan tidak akan lewat satupun. Di parkiran sudah ada mobil sedan hitam yang menanti, Erick di papah hingga masuk ke kursi belakang, lalu Clarissa menyusul.

"Bilang pak pandu agar dokter sudah siap di mansion nanti." pesan Clarissa pada kedua bodyguard Erick.

"Baik, bu!" seru mereka serempak.

Setelah mobil meluncur dengan bebas menuju Davidson mansion.

**

"Bu Elena." seseorang menyapa membuat Elena menoleh dari tumpukan kertas di hadapannya, pak kepala manajer berkepala plontos itu tersenyum ke arah nya.

"Bu Elena, untuk meeting nanti jangan di persiapkan dulu, kemungkinan akan di tunda."

"Eh kenapa pak Bagas?"

"Ayoyo, bu Elena tidak tahu, pemimpin kita kan sedang sakit baru saja saya di beritahukan," ujarnya seraya di iringi seringai kecil.

"Maksud nya pak Erick?" Elena terpekik, lalu mengalihkan perhatian nya.

"Ya, tentu saja siapa lagi jika bukan dia. Pak Erick yang selalu berkharisma. Jangan bilang anda juga baru tahu, anda kan asisten pribadinya."

"Saya ... " Elena tercenung. Atasannya sakit dan ia tidak tahu.

"Beneran anda baru tahu?" pekik pak Bagas. Elena bergeming lantas mengangguk pelan.

"Demi bumi gonjang-ganjing, ayooo bagaimana bisa seorang asisten pribadi tidak tahu jika bos yang selalu di urusnya saat ini sedang sakit? anda tidak profesional sekali bu Elena." pak Bagas ini memang salah satu orang di perusahaan yang tidak terlalu menyukai kehadiran Elena. Jadi ia tak terlalu terkejut jika pria itu akan menyindirnya.

"Maaf saya teledor. Kemana sekarang pak Erick? apa beliau kembali ke rumahnya?"

"Ya tentu saja. Yang ku tahu dia bersama wanita yang menemaninya."

Elena berfikir sejenak. Pasti wanita itu nona Clarissa.

"Ya sudah hanya itu yang ingin saya sampaikan. Saya ijin undur diri untuk kembali bertugas. Permisi." kemudian laki-laki yang sudah berumur itu pergi dengan gaya jalannya yang sudah menjadi ciri khas.

Sementara Elena termangu, biasanya jika terjadi sesuatu pada pimpinan mereka, Elena, orang pertama yang akan tahu. Itu sudah tentu, tapi kenapa sekarang? menghela nafas gusar, ia tak ingin berfikir macam-macam.

Akhirnya Elena memutuskan akan mengunjungi Erick langsung ke mansionnya, untuk memastikan.

***

Di kamarnya yang penuh dengan ukiran dan benda- benda kuno. Di ranjang besarnya yang empuk, tubuh Erick di baringkan, ia mendapat serangkaian pemeriksaan dokter pribadi nya.

"Tidak apa-apa, ini bukan hal serius. Pak Erick hanya sedang kecapean. Mungkin beberapa hari ini ia terlalu memforsir diri nya hingga jatuh sakit."

Keterangan dokter membuat Clarissa bisa sedikit bernafas lega.

"Saya sudah menyuntikkan cairan ke dalam tubuh pak Erick. Selain kekurangan cairan beliau juga kurang beristirahat dan asupan makanan. Pastikan beliau mau makan setelah ini dan meminum obatnya."

"Baik dokter. Terimakasih banyak."

Pak dokter mengangguk mengambil tas berisi peralatan nya. "Kalau begitu saya permisi."

Clarissa mengantar dokter pribadi Erick itu hingga ke depan, lalu menutup kembali dua bilah daun pintu kayu beronamen bunga teratai itu.

Clarissa kembali melihat kondisi Erick, ia mengusap rahang kokoh itu dengan lembut, bi Surti-- ART di rumah ini, datang membawa nampan yang di atasnya berisi segelas air putih hangat dan semangkuk bubur, tak lupa obat yang sudah di resepkan oleh dokter dan juga vitamin Erick.

"Om Rey kemana bi? saya tidak melihatnya?" tanya Clarissa.

"Tuan besar tengah pergi non. Saya tidak terlalu tahu kemana tujuannya." tutur bik Surti.

Clarissa manggut-manggut, paham. "Oh ya bik. Pastikan jika Erickson bangun dia langsung memakan bubur dan meminum obatnya."

"Baik." mengangguk patuh, bik Surti sudah mengerti. "Oh ya non mau pergi?" tanyanya kemudian.

"Mmm, saya harus bersiap karena ada pemotretan malam ini. Pastikan Erick dalam keadaan baik-baik saja selama saya pergi," kata Clarissa terdengar nada peringatan di sana.

"Baik nona, saya mengerti." bik Surti kembali mengangguk patuh.

"Ya sudah, kalau begitu saya pergi dulu." Clarissa mencatel tas mahal nya ke pundak, tak lupa melihat kembali kondisi Erick, mengusap kening pria itu pelan. Kemudian berlalu.

***

"Elena! jangan pergi ... "

Dalam mimpinya, Erick melihat seberkas cahaya menyilaukan, lalu muncul wanita yang selalu mengusik pikiran dan ketenangan sejak lima tahun lalu. Elena datang serupa Dewi yang turun dari khayangan, begitu mempesona dengan balutan gaun hitam sangat kontras dengan kulitnya yang putih.

Sementara Erick, ia melihat dirinya sendiri memakai setelan jas dengan warna senada, Erick masih tak mengerti namun saat melihat Elena yang mendekat ke arahnya seraya tersenyum, ia kemudian tahu jika ini adalah dunia mimpi. Karena tak mungkin Elena- nya akan menghampirinya terlebih dahulu.

Elena mengenggam tangannya erat, jemari mereka saling bertaut, wangi tubuh Elena begitu harum saat jarak tak lagi ada di antara mereka.

Elena menyandar pada dada Erick yang bidang, mengusap lembut, merasuk ke dalam rengkuhan hangat pria itu dan memejam merasakan kenyamanannya.

Erick tertegun, namun sesaat kini ia menikmatinya. Merasakan moment yang tak akan mungkin ia rasakan di kehidupan nyata. Lalu keduanya saling bertatapan, ada gejolak cinta yang sama-sama terbalaskan dari sorot mata keduanya.

Kemudian mereka menari bersama, dengan sebelah tangan Elena di pundak Erick dan sebelah tangan Erick di pinggang wanita itu, lalu kedua tangan mereka sebelahnya saling menggenggam, menari mengikuti ritme nada mengalun indah yang entah datang dari mana. Kemudian Elena berputar pada tautan jemari mereka yang menyatu, namun saat putaran tubuh gadis itu lantas membelakangi nya, di saat itu juga serupa bayangan Elena ikut menghilang, membuat Erick lantas mencarinya.

"Elena! jangan pergi!"

"Pak Erick."

Terkejut Erick ketika ia tersadar, gadis di dalam mimpinya itu kini ada di samping nya. Kontan saja, Erick merengkuh gadis itu segera.

"Jangan pergi lagi Elena, aku tak akan sanggup."

1
fayna
sama mas dokter aja clar 🫰🏻
Mayora
tenanglah Elena,,,tuh ada Erick💜💜💜
Flowers
Lumayan
Aris Bos
Menarik tapi kok konfliknya panjang bangat
Devi Handayani
duh bahagia nya bila dicintai😍😍😍😍
Devi Handayani
bagus erick ini baru laki..... punya prinsip👍🏻👍🏻👍🏻😍😍😍
Devi Handayani
bisa yaa begicuu.... oke deh😌😌😅😅
Devi Handayani
waduhh 😳😳😳😳😳😳
Devi Handayani
yaahhhhhh😩😩😩😩
Devi Handayani
jangan kasih nikah ama bagas dong thor elenanya 😒😒😒😒
Devi Handayani
aahhh..... so tuittt deh pak bos😍😍😍😍
Devi Handayani
wow kaka ketemu gede🤭😁😁
Devi Handayani
lanjut thor😍😍
Devi Handayani
semoga ada malaikat tanpa sayap nolongin elena.... yang sabar yaa😥😥😥
Devi Handayani
waahhh cowo matre cowo matre ga ada otak nyeee..... ke laut sje sono😒😒😒😒
Inar Fajar
Kecewa
deta
jangan dulu tamat donk thor.... kasih lah bagaimana kehidupan erick dan elena setelah menikah dan punya anak...
Sry Ainun
haduh GK sabar pengen lanjut cerita Marvin deh
Sry Ainun
aduh selamat kan dua" nya thor
Rahmi Rahmi
rasaiin itu mona
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!