MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penghadang Sial
"Siapkan barang mu. Jangan ada yang tinggal nak".
"Sudah nek, ayo berangkat". Pergilah tiga orang itu memasuki pinggir hutan belantara untuk menyusul dua orang yang kemarin pun memasuki hutan.
Perjalanan itu di pimpin oleh Saloka yang memegang sebatang pedang di tangannya. Di belakangnya berjalan nek Sum berdampingan dengan Silya.
Setelah berjalan dua kilo meter lebih, mereka dihadang oleh puluhan pria berpakaian hitam anggota kelompok Mawar Hitam.
"Berhenti, ikut kami sekarang juga". Seru pemimpin nya.
"Siapa kalian? Pake pakaian ninja segala. Memang nya di india ada ninja ya? Hahaha". Saloka yang menjawab masih sempat tertawa.
"Tangkap mereka".
Mereka pun menyerang membabi buta ke arah Saloka, Silya dan Nek Sum. Terjadilah perkelahian yang sangat menegangkan antara mereka.
Perlahan lahan tampak Saloka dan Silya yang beradu punggung diantara tempat nek Sum berada mulai terdesak akibat keroyokan anak buah Mawar Merah yang rata rata memiliki ilmu beladiri lumayan tinggi.
"Jaga nek Sum. Aku akan membuka jalan darah di kiri". Teriak Saloka sehingga membuat penyerang itu memperkuat barisan kepungan di kiri.
Tiba tiba pemuda itu menerjang ke sebelah kanan hingga membuat barisan yang kuat itu kebobolan.
"Silya lari!!" Teriak Saloka yang menarik lengan nek Sum keluar dari kepungan itu.
Ketika Saloka dan Nek Sum berhasil lolos dari kepungan, para penjahat itu berhasil kembali memperbaiki kepungan hingga Silya yang melompat terpaksa mengurungkan niatnya akibat serangan yang ditujukan ke lehernya.
Saloka yang panik melihat gadis itu masih terkepung segera melompat kembali ke arah anak buah Mawar Hitam yang masih mengeroyok Silya.
"Nenek!!" Teriakan Silya yang melihat tewasnya nek Sum terkena golok pemimpin bandit itu mengagetkan Saloka.
Segera pemuda yang kebingungan itu meluncur ke arah tubuh nek Sum yang tergeletak berkelojotan bersimbah darah di dadanya.
"Kurang ajar kalian semuaaaa!!!" Seru Silya yang mulai berubah warna mata dan kulitnya pun seperti di tumbuhi akar hijau kehitaman menjalar.
Mulai lah gadis itu mengamuk membuat keroyokan penjahat itu tercerai berai. Bahkan belasan orang sudah terluka dan adapula yang tewas.
Beberapa saat kemudian tewas lah semua pengeroyok tersebut dengan anggota badan terputus terpotong dan berserakan di tempat itu.
Saloka yang melihat hal itu sudah bersembunyi di balik pohon besar membawa tubuh nek Sum yang keadaan nya masih kritis.
Pucat lah wajah pemimpin penjahat yang tadi membunuh nek Sum. Silya yang masih berada di bawah pengaruh iblis itu segera mengejar pemimpin tersebut yang melarikan diri.
Baru puluhan meter dia lari, terkaman Silya akhirnya menewaskan pemimpin tersebut dengan usus terburai dan darah berserakan di sekitar situ.
Saloka mengikuti gadis itu yang berlari menjauh ke tengah hutan tanpa sepengetahuan Silya.
Di samping anak sungai di tengah hutan, seorang pemuda menghentikan lari Silya.
Gadis yang masih kerasukan itu segera menyerang pemuda tersebut yang hanya bisa menangkis sambil mundur saja.
Karena keadaan nya semakin terdesak, pemuda yang baru tiba itu melompat ke tengah sungai di ikuti Silya yang begitu terendam air, tubuhnya langsung roboh pingsan.
Saloka yang melihat tubuh Silya di tangkap pemuda tampan tersebut berteriak sambil meluncur cepat,
"Hei, siapa kau, lepaskan dia".
Karena ancaman pedang di tangan Saloka, pemuda itu terpaksa melompat mundur melepaskan pegangan nya pada gadis itu yang langsung di tangkap Saloka dan di bawa ke pinggir sungai dengan sekali lompatan saja.
"Lepaskan adikku bajingan!!" Seru pemuda yang ternyata adalah Aisina yang berhasil kabur dari markas Mawar Hitam.
"Eh,, tunggu dulu. Kalau begitu kita bukan musuh". Sahut Saloka yang menekan beberapa jalan darah Silya di tengkuk membuatnya gadis itu siuman dari pingsannya.
"Kakak!? Kau,,," begitu membuka matanya Silya melihat Sina berada di hadapannya dengan wajah girang.
"Adik, syukurlah kau baik baik saja. Aku dan Sila di tangkap penjahat. Sila masih berada disana. Aku dapat melarikan diri pagi tadi berkat bantuan Asok".
"Asok siapa kak?" Tanya Silya.
"Putra pemimpin penjahat itu. Dia tampaknya menyukai Sila makanya menolongku kabur. Bagaimana kau bisa sampai kemari? Siapa pemuda ini?" Tanya Sina pada adiknya.
Di dalam hutan lebat itu mereka bertiga duduk, Sina mendengarkan cerita Silya yang mengisahkan pengalaman nya semenjak mereka berpisah.
Setelah menceritakan semua pengalamannya, Sina bertanya,
"Sekarang baiknya kita langsung ke desa Mayong saja. Bagaimana menurut kalian?"
"Apa tidak sebaiknya kita selamatkan kak Sila dulu kak?" Sahut Silya dengan pertanyaan.
"Entahlah. Bagaimana baiknya menurut mu".
"Lebih baik kita menyelamatkan adikmu dulu. Setelah itu baru kita ke desa Mayong. Kalian tunggu sebentar, aku mau memakamkan nek Sum dulu".
"Apa? Nek Sum? Dimana dia?" Sina yang teringat pada wanita tua yang pernah menolong dia dan adiknya segera bangkit mengikuti Saloka yang berlari ke arah utara.
Dua butir air mata terjatuh dari kelopak mata Sina melihat mayat nenek tua itu di makamkan oleh Saloka dibantu Silya.
Setelah duduk istirahat sejenak, mereka bertiga melanjutkan perjalanan ke arah markas Mawar Hitam di pimpin oleh Sina sebagai penunjuk jalan.
***~###~***
Di dalam taman yang ada di markas besar itu terlihat sepasang muda mudi yang duduk sambil bercakap cakap.
"Benarkah kau jatuh cinta kepadaku kanda?" Tanya si gadis yang tak lain adalah Sila.
"Benar dinda, jangan kau ragukan lagi. Sejak pertama aku melihat mu, aku sudah jatuh hati". Jawab Asok pria muda anak pemimpin Mawar Hitam bernama Mahendra.
"Jika memang begitu, kenapa kau masih menawanku disini?" kembali gadis itu bertanya.
"Aku sudah bilang ke ayah. Katanya dua bulan lagi, dia sendiri yang akan mengantarkan mu ke Nusantara sekalian meminang mu pada orang tua mu dinda".
"Benarkah? Kau tidak bohong kanda?"
"Untuk apa aku membohongi mu. Semenjak kematian ibuku, hanya kau wanita yang ku cinta". Rayu pemuda itu sambil mendekap dan mengecup kening Sila dengan lembut.
"Marilah kita masuk, hari sudah mulai malam". Keduanya pun berlalu masuk ke dalam sambil berpelukan bahu.
Keduanya sedikitpun tak menyangka bahwa ada tiga pasang mata yang melihat semua tindakan mereka secara tajam dari atas pohon kayu besar puluhan meter dari situ.
"Kau lihat sendiri Silya, sudah ku bilang, Sila aman berada disini. Pria itu adalah Asok, putra tunggal Mahendra pemimpin kelompok penjahat Mawar Hitam". Seru Sina dengan sedikit berbisik.
"Lalu bagaimana sekarang kak? Apa kita pergi saja? Menurutmu bagaimana?" Tanya Silya pada kakaknya dan Saloka.
"Kita belum tau pasti apakah saudari kalian itu benar benar aman atau di bawah paksaan. Sebaiknya kita tanya dia dulu. Jika memang pasti, tak apa kita tinggalkan dia disini. Menurut ku begitu". Jawab Saloka yang lalu memberi isyarat agar mereka diam.
Tepat dibawah pohon besar itu, lewat lah tiga orang ninja hitam anggota perkumpulan tersebut yang sedang membicarakan rencana keji pria bernama Kaja.
Dari pembicaraan ketiganya, mereka yang ber pendengaran tajam mengetahui bahwa pria bernama Kaja akan melakukan perkosaan kepada Sila malam ini.
Setelah ketiga anggota Mawar Hitam itu berlalu, Sina berkata dengan emosi,
"Kurang ajar. Untung saja kita belum meninggalkan tempat ini. Kalau tidak, aku akan menyesal seumur hidupku".
"Malam nanti aku akan menyusup lewat belakang. Kau dan Silya pancing mereka dari depan". Ucap Saloka yang di anggukkan kedua kakak beradik itu.
BERSAMBUNG. . .