Menginjak usia 32 tahun, Zayyan Alexander belum juga memiliki keinginan untuk menikah. Berbagai cara sudah dilakukan kedua orang tuanya, namun hasilnya tetap saja nihil. Tanpa mereka ketahui jika pria itu justru mencintai adiknya sendiri, Azoya Roseva. Sejak Azoya masuk ke dalam keluarga besar Alexander, Zayyan adalah kakak paling peduli meski caranya menunjukkan kasih sayang sedikit berbeda.
Hingga ketika menjelang dewasa, Azoya menyadari jika ada yang berbeda dari cara Zayyan memperlakukannya. Over posesif bahkan melebihi sang papa, usianya sudah genap 21 tahun tapi masih terkekang kekuasaan Zayyan dengan alasan kasih sayang sebagai kakak. Dia menuntut kebebasan dan menginginkan hidup sebagaimana manusia normal lainnya, sayangnya yang Azoya dapat justru sebaliknya.
“Kebebasan apa yang ingin kamu rasakan? Lakukan bersamaku karena kamu hanya milikku, Azoya.” – Zayyan Alexander
“Kita saudara, Kakak jangan lupakan itu … atau Kakak mau orangtua kita murka?” - Azoya Roseva.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 - Permintaan Sang Papa
Ketiganya tiba di rumah sakit dengan langkah terburu. Zico sejenak meredam ego meski rasanya ingin sekali menghantam kedua manusia ini dengan bogem mentah secara bergantian, pria wanita sama saja, sama gilanya dan dia semakin yakin jika Zayyan sama sekali tidak dapat diselamatkan.
"Papa!!" pekik Zoya melepaskan genggaman tangan Zayyan, dia menghambur memeluk tubuh sang papa yang kini terbaring lemah.
Wajahnya tampak pucat, mata Alex terlihat sendu karena kondisinya memang lemah. Pria itu menarik sudut bibir kala menyadari kedua anaknya yang lain kini telah berada di sisinya, faktor usia membuat kesehatan Alexander perlahan menurun. Meski bukan sakit kronis tetap saja keadaannya membuat anggota keluarga panik seketika.
"Gadis kecil papa yang satu ini tidur dimana? Kenapa tidak pulang dari tadi malam?" tanya Alex seraya mengelus puncak kepala Zoya dengan tangan lemahnya, tadi malam dia menunggu dan tidak ada kabar sama sekali dari mereka.
"Maaf, Pa." Hanya itu yang berani Azoya katakan kala sang papa marah dalam keadaan lemahnya, baginya memiliki papa sambung seperti Alex adalah anugerah. Walau memang dikenal tegas dan sedikit pemarah, Azoya benar-benar menyayangi pria ini.
"Zayyan juga, kenapa tidak mencari kemana Zoya pergi?" tanya Alex beralih dan tampak marah pada Zayyan. Memang aneh sekali, pada Azoya tidak marah sementara pada Zayyan tatapannya seperti hendak menguliti sang putra hidup-hidup.
Zico memutar bola matanya malas, apalagi ketika melihat Zayyan yang menatapnya seolah meminta untuk tutup mulut. Tanpa diminta pria itu memang akan diam, karena paham betul dampaknya jika sampai membuat Zayyan dalam posisi sulit.
"Aku di Apartement, Pa ... Sementara Zoya tidur di rumah sahabatnya, Zico yang jemput karena aku tidak tahu alamatnya," ungkapnya mengarang cerita, pria itu menatap Zico dan lebih boddohnya lagi, Zico mengiyakan dan ikut berbohong pada sang papa.
Alasan yang bisa diterima, Alexander tampaknya tidak protes dan hanya tersenyum tipis. Lagi dan lagi dia menduga hal semacam ini terjadi karena perselisihan antara dia dan Agatha. "Kapan kalian akurnya? Papa sangat ingin kalian berdua bisa seperti saudara kandung ... Agatha juga, kamu pasti yang usir, Azoya," tutur Alexander yang jelas saja membuat Agatha bingung.
Sama sekali dia tidak mengetahui jika Azoya pergi, kini sang papa justru menyalahkan dirinya sebagai sebab Zoya keluar dari rumah. Padahal, dia paham betul jika Azoya tidak mungkin lari dari rumah hanya karena permasalahan kemarin, sekalipun mereka bertengkar Agatha tidak pernah mengusirnya sama sekali.
Sementara Zayyan yang merupakan biang kerok dari kejadian ini hanya menunduk seraya meremmas jemarinya. Entah kenapa meski sang papa tidak curiga, akan tetapi dia memiliki firasat buruk dan hal ini tidak bisa dia tebak.
"Zayyan."
"Iya, Pa?"
"Mendekatlah," titah Alexander tanpa melepaskan genggaman tangan Azoya, dia menatap sang putra yang tampak begitu gagah dengan kemeja hitamnya.
"Ada apa, Pa?"
"Menikahlah, Zayyan. Papa sudah melamar putri Abraham untukmu ... Kali terakhir Papa meminta. Usia kamu dan Papa kian bertambah, semakin dewasa kamu maka semakin tua Papa."
Deg
Zoya terhenyak, dia menatap ke arah Zayyan yang kini tengah menatap nanar tanpa arah. Pria itu tak kunjung menjawab, entah kenapa dirinya yang tampak resah. Sebenarnya permintaan itu bukan kali pertama, tapi sudah berkali-kali namun memang Zayyan yang enggan melakukannya.
"Pa?"
"Menolak lagi? Sampai kapan kamu terus menolak? Apa yang sebenarnya terjadi? Jangan katakan kalau kau tidak suka wanita, Zayyan!!" bentak Alex dengan kesabaran yang kian menipis.
Sudah berapa cara dia lakukan, begitupun dengan Amora sudah berusaha ikut campur untuk membuat putra sulungnya ini menikah. Akan tetapi memang semuanya percuma, hendak dijodohkan dengan seorang model pun dia tetap enggan.
"Suka, Pa ... Kak Zayyan memiliki rencana untuk menikah beberapa waktu lagi. Iya, 'kan?"
Bagi wanita seperti Azoya, perjodohan adalah hal kuno yang biasanya akan berakhir fatal. Apalagi jika dalam pernikahan tersebut sama sekali tidak dilandasi cinta, jelas semua akan percuma dan dia tidak ingin hal itu terjadi pada Zayyan.
"Dari dulu ucapannya sama, empat tahun yang lalu juga begitu, Zoya ... Papa tidak bisa mempercayainya lagi."
Pria itu sangat berharap sang putra akan mengikuti kemauannya kali ini. Zayyan bukan remaja lagi, 32 tahun dan sama sekali belum pernah mengenalkan seorang wanita yang dia kencani. Sebagai orangtua jelas saja Alexander ketar-ketir dan meragukan kejantanan putranya.
"Terima saja, Zayyan ... lagipula menikah tidak serumit yang kau bayangkan," ungkap Zico angkat bicara, sejak tadi diam sekalinya ikut bicara semakin rumit saja.
"Kau saja kalau begitu, 25 tahun sudah sangat pantas untuk menikah ... kau juga memiliki calon istri, kenapa harus aku?"
"Justru karena aku punya Papa tidak khawatir, sementara kau sejak dahulu tidak punya!! Itu yang jadi masalah, Papa hanya khawatir kau mengalami penyimpangan orientasi seksuall."
"Jaga bicaramu!! Aku tidak seburuk yang kau kira!!" bentak Zayyan menggema, dia yang memang pemarah jelas saja kesal dengan ungkapan adiknya.
"Kalian berdua stop!!"
Baru saja dikumpulkan beberapa menit mereka sudah bertengkar. Kepala Alexander mendadak semakin sakit hingga kesulitan bernapas, hingga kondisi Alexander memburuk dan mereka dipaksa keluar ruangan lebih dulu.
"Puas kamu? Kalau sampai suamiku kenapa-kenapa, kamu adalah orang yang paling patut disalahkan, Zayyan." Untuk pertama kalinya Amora melayangkan kata-kata tajam yang menusuk lubuk hati Zayyan. Tanpa dia duga jika penolakannya kali ini akan membuat kondisi sang papa benar-benar memburuk.
- To Be Continue -
perjuangkan kebahagiaan memang perlu jika Zoya janda ,tapi ini masih istri orang
begoni.....ok lah gas ken