Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.
Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.
Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.
"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. RSK
"Ibu, sudah jam berapa ini?" tanya Azzura setelah terbangun. Ia tersenyum kemudian kembali memeluk bu Isma sejenak. Sebelum akhirnya turun dari bed pasien.
“Sudah mau magrib, Nak," jawab bu Isma.
"Bu, apa ada yang datang menjenguk ibu tadi?" tanya Azzura karena mendapati kantong plastik buah di atas lemari nakas.
"Suamimu Nak," jawab ibu.
Kening Azzura berkerut tipis sembari melipat bibirnya menahan tawa. 'Yoga? Yang ibu tahu saat ini dialah suamiku. Biarin saja, lagian Close nggak bakal peduli. Jangankan ibu, aku saja dia perlakukan seenaknya. Aku hanya takut jika dia tahu lalu menghentikan pengobatan ibu.'
Azzura menatap ibunya sekilas lalu tersenyum tipis sembari membatin merasa lucu.
'Maafkan aku, Bu. Sebenarnya aku ingin jujur jika Yoga bukanlah suamiku. Tapi, kami sudah terlanjur berbohong. Apalagi ibu tahunya Yoga lah suamiku, hehehe.'
"Lalu, ke mana dia, Bu? Apa sudah pulang?"
"Dia ke rooftop, Nak."
"Ya sudah, aku temui dia dulu. Oh ya, Bu, aku membawa makanan untuk ibu juga suster Tiara. Nanti jika suster Tiara kemari, kalian makan duluan saja, ya," pesan Azzura.
"Baiklah Nak."
*******
Sesaat setelah berada di rooftop, Azzura mengerutkan kening memandangi punggung kedua pria yang sedang asik mengobrol. Bahkan mereka sangat akrab.
Saking asiknya mengobrol juga bercanda, keduanya pria itu tak menyadari kehadiran Azzura. Sebelum akhirnya sang barista menyapa.
"Yoga."
Kedua pria itu bergeming sejenak lalu berbalik badan. Azzura mengerutkan kening menatap kedua pria itu.
"Ah, Zu, kamu sudah bangun?" tanya Yoga dengan seulas senyum. "Kemarilah, aku akan memperkenalkanmu dengan kakak ku. Zu, ini Kakak ku, Farhan. Lebih tepatnya dokter Farhan spesialis bedah di rumah sakit ini." Yoga menepuk pundak sang kakak.
Farhan tersenyum seraya mengulurkan tangan untuk berjabat. "Farhan," ucapnya.
"Azzura," balas gadis itu menyambut tangan Farhan.
"Nama yang indah, seindah sang pemilik nama," puji Farhan dengan suara nyaris tak terdengar. "Jadi, gadis pelamun yang sering menabrakku ini, bernama Azzura, ya."
Azzura mengatupkan bibir menahan tawa disertai anggukan kepala.
"Kalian sudah kenal?" tanya Yoga dengan bingung.
"Hmm, tapi aku baru tahu namanya hari ini," aku Farhan.
Yoga terkekeh lalu meninju kecil lengan sang kakak.
"Yoga, terima kasih sudah menjenguk ibu juga membawa parcel buah untuknya," ucap Zu lalu beralih menatap Farhan. "Maaf, apa Pak dok ...." ucapan Azzura terpotong.
"Jangan panggil Pak dokter, Farhan atau kakak saja," sela Farhan.
"Apa Kak Farhan yang menangani ibu saat operasi itu?" tanya Azzura.
"Ya." Farhan tersenyum getir. Bukan tanpa alasan, ia tahu benar separah apa kanker yang sudah menyebar di tubuh bu Isma.
"Kak, apa kanker ibu sudah diangkat semua? Apa ibu masih ada harapan untuk sembuh," cecar Azzura dengan raut wajah yang kini tampak sendu serta khawatir.
"Azzura ...." Ucapan Farhan terjeda lalu melirik Yoga karena menahan pundaknya sembari memberi kode.
Tahu maksud sang adik, Farhan terpaksa mengangguk. Namun, merasa bersalah. "Yang perlu kita lakukan sekarang adalah, banyak berdoa untuk kesembuhan ibumu," pesan Farhan.
"Terima kasih, Kak Farhan, Yoga," ucap Azzura lalu mengarahkan pandangan ke depan bersisian di antara Yoga juga Farhan.
Hening sejenak ....
Mereka larut dengan pikiran masing-masing. Entah apa yang ada di benak ketiga-nya, hanya mereka yang tahu.
Tak lama berselang, azan magrib terdengar menyapa gendang telinga mereka bertiga.
"Yoga, Kak Farhan, aku duluan, ya," izin Azzura.
Yoga dan Farhan mengangguk. Setelah itu, Azzura mempercepat langkah menuju kamar rawat bu Isma. Sedangkan kakak adik itu, masih betah berada di tempat.
"Yoga."
"Hmm."
"Ada hubungan apa kamu dengan gadis bermata indah itu?" tanya Farhan sembari menyipitkan mata.
"Aku mengira hanya aku saja yang mengagumi mata indahnya, ternyata kakak juga." Yoga tersenyum tak langsung menjawab pertanyaan sang kakak, bahkan terkesan menggantung.
"Kamu belum menjawabku," sambung Farhan. "Kenapa sih, setiap kali aku bertanya kamu pasti nggak langsung menjawab."
"Yaaa, penasaran ya, Kak?" goda Yoga lalu tergelak.
"Ck, kamu ini." Farhan geleng-geleng kepala.
"Dia istrinya Pak Close Navarro Kheil, Kak," jelas Yoga.
"Maksudmu, boss mu itu?"
"Hmm, tapi, entah mengapa aku merasa mereka menikah karena terpaksa," sambung Yoga.
Farhan melirik Yoga. "Ah, sayang sekali," celetuk Farhan, namun tak menjelaskan secara gamblang.
Yoga tertawa. "Jangan bilang Kakak naksir padanya," goda Yoga.
Farhan bergeming dengan senyum tipis. "Yaaa ... begitulah," kata Farhan. "Sudahlah, ayo kita pulang."
"Hmm, kita mampir dulu ke kamar rawat ibunya Azzura," cetus Yoga.
"Baiklah."
*******
Kini keduanya sudah berada di kamar rawat bu Isma. kebetulan dokter Aida juga suster Tiara baru saja selesai memeriksanya. Sedangkan Azzura belum kembali dari mushalla.
"Kak Aida, suster Tiara," sapa Yoga.
"Aida, apa kamu yang menangani ibu ini?" tanya Farhan sambil berbisik.
"Iya. Tapi, ngomong-ngomong kenapa kalian bisa ada di sini?" selidik Aida.
"Yoga yang mengajakku, kebetulan Yoga bekerja di perusahaan suami Azzura," jelas Farhan seadanya.
"Oh." Aida manggut-manggut.
Ceklek ...
Pandangan mereka tertuju ke arah Azzura yang sedang membuka pintu.
"Dari mana?" tanya Aida.
"Dari mushalla," jawab Azzura kemudian meletakkan paper bag mukenahnya.
Mereka tertegun sekaligus merasa minder.
'Ah, istri idaman banget,' gumam Farhan dalam hati.
"Terima kasih semuanya sudah mau menjenguk ibuku," ucap Azzura merasa terharu.
Setelah itu, Azzura menjelaskan kepada sang ibu, jika Farhan dan Yoga adalah saudara sekaligus dokter yang menanganinya.
Farhan, Aida dan suster Tiara, cukup kaget saat bu Isma memuji Yoga sebagai suami yang baik serta bertanggung jawab pada Azzura.
Farhan geleng-geleng kepala menatap Yoga dengan tatapan penuh selidik. Ia bahkan seolah menuntut jawaban dari sang adik.
Sang dokter kemudian berpamitan sekaligus mengajak Yoga juga Aida ke ruangannya.
Sesaat setelah berada di ruangan kerja Farhan, ia langsung mengomeli Yoga.
"Yoga, kamu apa-apaan, sih!" Farhan menatap tajam sang adik.
"Coba jelaskan kepada kami berdua, sebenarnya apa yang terjadi?" timpal Aida.
"Kak, ini nggak seperti yang kalian pikirkan serta bayangkan," kata Yoga. "Sebenarnya kemarin saat aku ke sini, aku nggak sengaja melihat Azzura menangis di taman."
"Lantas!" Farhan masih terlihat kesal.
"Aku menghampiri kemudian mengajak Azzura mengobrol. Setelah itu, aku sekalian berinisiatif menjenguk ibunya. Ketika aku masuk ke kamar rawat itu, ibunya Azzura langsung mengira jika aku suaminya gadis itu," jelas Yoga sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kenapa kamu nggak menjelaskan jika ...."
"Aku nggak mungkin menjelaskan pada ibu, apalagi melihat kondisinya seperti itu. Sebenarnya Azzura ingin menjelaskan tapi aku yang melarang," aku Yoga.
"Dasar, kamu ini benar-benar, ya. itu namanya menukar identitas," gerutu Farhan lalu menjitak kepala sang adik karena kesal.
"Apa kamu mau di cap pebinor!" omel Farhan sambil geleng-geleng kepala.
"Apa pak Close tahu?" tanya Aida.
"Sepertinya sejak mereka menikah, pak Close belum pernah bertemu dengan ibunya Azzura," jelas Yoga.
Aida mangut-mangut sekaligus membenarkan ucapan Yoga.
"Kamu benar, selama menangani bu Isma, belum pernah sekalipun pak Close datang menjenguk. Pantasan saja saat kamu menjenguknya, bu Isma langsung menyangka jika kamu suaminya Azzura," celetuk Aida lalu memukul pelan lengan Yoga.
"Lalu, bagaimana jika pak Close tahu?" tanya Farhan.
Yoga menggedikkan bahu tampak acuh seraya menjawab, "Biarkan waktu yang menjawab."
...🌿................🌿...
Jangan lupa masukkan sebagai favorit ya 🙏. Bantu like, vote dan komen, setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘