Dimanfatkan oleh sepasang suami istri, Aira tidak bisa menolak. Ia terdesak oleh keadaan, menukar masa depannya. Apakah pilihan Aira sudah tepat? Atau justru ia akan terjebak dalam sebuah hubungan rumit dengan pria yang sudah beristri?
Selamat datang di karya author Sept ke 23
Yuk, follow IG author biar tahu novel terbaru dan info menarik lainnya.
IG : Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NITA
Wanita Pengganti Bagian 16
Oleh Sept
Aira berjalan keluar bersama Romi. Dia berjalan dengan menundukkan wajah.
"Jangan diambil hati, Pak Farel memang orangnya begitu," ucap Romi, sekretaris Farel. Mungkin kasian melihat Aira.
Aira menoleh, kemudian mengangkat wajahnya. Wanita itu menghela napas panjang. Hanya bisa diam tanpa bisa melakukan apa-apa.
"Permisi," pamit Aira yang ingin langsung pulang.
Romi hanya mengangguk, kemudian kembali ke ruang kerjanya setelah melihat Aira pergi menjauh.
***
Tiba di lobby, Aira melirik security yang judes dan galak. Kali ini, sosok tersebut tersenyum ramah padanya. Membuat Aira merasa heran. Bagaimana bisa manusia dengan mudah cepat berubah.
Ingin pulang, tapi terlalu cepat. Sempat menoleh ke belakang sesaat, kemudian ia memutuskan jalan kaki. Bukannya naik taksi. Sepanjang jalan, pikirannya melamun. Hingga ada sebuah bangku di depannya. Ia langsung duduk dan mengambil sesuatu dari dalam tas. Ia ingin vcall ibunya, bu Yunita.
Tut Tut Tut
"Ibu bisa gak ya vcall?" gumam Aira sambil menunggu panggilan diangkat. Tidak lama kemudian, telpon tersambung.
"Bu," panggil Aira.
Dari layar, Aira bisa melihat ibunya sedang di teras rumah.
"Aira ... lihat, rumahnya hampir jadi!" kata ibunya antusias. Rumah yang dulu hampir ambruk, seketika berubah.
Aira hanya bisa menelan ludah, ada yang harus dibayar oleh kenyaman yang didapat oleh orang tuanya.
"Ayahmu sudah keluar, sudah bebas. Sekarang sedang di empang belakang rumah. Ibu kemarin beli banyak bibit ikan. Kata tetangga kalau punya duit banyak, suruh inves ... ibu lupa apa namanya. Pokoknya ibu sudah beli bibir ikan."
Aira mengangguk.
"Ibu sehat? Ayah juga?"
"Sehat ... bagaimana kabarmu? Sudah hamil?"
JLEB
Aira sepertinya tidak bisa berkata-kata. Ia kemudian menggeleng.
"Belum, Bu."
Bagaimana hamil? Disentuh aja baru sekali. Namun, tidak tahu juga. Menunggu beberapa hari lagi. Karena dia juga belum datang bulan setelah menikah.
"Ibu doakan cepat hamil," ucap bu Yunita bersemangat. Dan putrinya hanya bisa tersenyum kecut.
"Eh, sudah dulu. Ini Ibu mau siapain makanan untuk bapak tukang yang benerin rumah."
Aira mengangguk, kemudian telpon mati. Ia menghela napas dalam-dalam, meskipun sakit, tapi lumanyan. Mendengar suara ibunya sebentar, cukup memberinya kekuatan. Namun, tiba-tiba bibirnya menggembang mengulas senyum kecut. Pertanyaan sang ibu, membuatnya merasa menyedihkan.
***
Sesaat kemudian, ia menghentikan sebuah taksi. Ia akan pulang, takut bibi mencari, karena terlalu lama di luar.
Beberapa waktu kemudian.
Kediaman keluarga Farel Harzan. Rumah yang besar, megah dan luas. Namun, terlihat sepi, sunyi seperti tanpa penghuni.
"Assalamu'alaikum," ucap Aira.
"Waalaikumsalam. Kok lama?"
"Macet, Bi." Aira mencoba tersenyum, padahal wajahnya terlihat lelah. Lelah hati, lelah badan.
"Sudah diberikan sama Tuan?" tanya bibi memastikan.
"Sudah." Wanita muda itu mengangguk pelan.
"Ya sudah, kamu makan dulu. Bibi perhatian, kamu kok semakin kurus."
"Bibi bisa aja, Aira malah tambah gemuk. Kan banyak makan di sini."
Bibi tersenyum, ia hanya sedang mencandai Aira. Ia senang, kalau ada Aira. Ia anggap anak itu seperti anak sendiri. Begitu pun sebaiknya, Aira juga merasa bibi di rumah itu, cukup baik selama ini. Yang judes dan arrogant serta ketus, hanya nona Nita dan tuan Farel saja.
***
Beberapa hari kemudian.
Nita hari ini di rumah, kepalanya pusing seharian. Mungkin karena kebanyakan minum. Sedangkan Farel, sudah dua hari ini pria tersebut ke luar kota untuk bisnis. Makanya Nita bebas minum, meskipun di rumah.
"Airaaaa! Iraa!" panggil Nita dengan suara serak.
Tap tap tap
"Iya, Nona." Aira buru-buru mendekat.
"Ambilkan saya obat sakit kepala!" titah Nita. Nita kemudian memijit pelipisnya, masih terasa pusing. Dan semakin lama semakin sakit.
"Mana?" kata Nita yang tidak sabar.
"Baik," jawab Aira yang membuka laci. Ia mencari sesuatu yang dibutuhkan oleh wanita di depannya itu.
"Di mana, Non?" tanya Aira lagi. Karena tidak melihat obat sakit kepala.
"Kamu cari. Kalau ga ada, cari di P3K di belakang."
Nita memejamkan mata, kepalanya semakin pusing.
"Baik, Non."
Aira pun keluar, baru beberapa langkah tiba-tiba terdengar suara orang jatuh.
Brukkk
"Non!"
Aira menoleh dan langsung berlari. Ia memapah tubuh Nita yang lemas, sepertinya Nita ini telerr parah.
Huek ... huekk ...
Nita menepis tubuh Aira. Kemudian lari ke kamar mandi.
Bersambung
Eh, mbk Nita kenapa bestie?
Sambil nunggu up
Bisa baca cerita yang TAMAT, Rahim Bayaran, kekasih Bayaran, crazy Rich, suamiku Pria Tulen. SEMOGA selalu terhibur. Terima kasih banyak supportnya.
karepmu jane piye reeell jalok d santet opo piyee.....😡😡😡😡😡😡😡
waktu penyiksaanmu teko fareelll....gawe trsiksa dsek iku farel thoorr.....ben uring uringan mergo nahan rindu tpi airane moh ktmu gtuu 😀😀😀😀😀