Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka
Mama Widya sudah di nyatakan sehat oleh dokter dan boleh pulang ke rumah, hal ini tentu membuat Jingga merasa senang sampai membuatnya tak sabar untuk segera bertemu dengan mertuanya itu.
Jingga baru saja keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar Arkana, sebelum masuk ke dalam dia mengetuk pintu sebanyak tiga kali dan menunggu si pemilik kamar keluar.
“ Mas Arka? Kamu nggak mau pergi ke rumah mama?” Sahut Jingga kembali mengetuk pintu sekali lagi.
Pintu pun terbuka dan Jingga terliahat takut melihat ekspresi Arkana yang baru saja keluar. Jingga kembali mengajak Arkana untuk menjenguk mamanya, namun secara mengejutkan Arkana melarang Jingga untuk pergi.
“ Tapi aku mau pergi lihat mama mas, aku udah janji sebelumnya kalau beliau boleh pulang aku akan bawa makanan enak buatnya.” Ucap Jingga begitu berharap bisa pergi.
“ Kamu tetap di rumah, biar aku aja yang pergi.” Balas Arkana kemudian.
“ Kenapa aku nggak boleh pergi.?” Tanya Jingga penasaran.
“ Karena aku nggak mau kamu ketemu mama.” Jawab Arkana.
“ Iya, tapi kenapa? alasannya apa? Kasih aku alasan yang masuk akal mas, aku ini menantu mama Widya apa kata dia kalau aku nggak pergi sama kamu.”
“ Itu urusan aku kasih alasan apa ke mama, pokoknya kamu nurut apa kata aku aja. “ Arkana menyambar bahu Jingga dan berlalu pergi begitu saja.
Jingga cukup syok dengan sikap Arkana yang lagi-lagi seperti ini, dia tidak bisa tinggal diam saja dan segera ke dapur mengambil makanan yang telah dia buat.
“ Mas, tunggu.” Sahut Jingga yang melangkah dengan cepat menyusul langkah Arkana.
“ Mau apa lagi.?” Ucap Arkana dengan kesal.
“ Kamu bawa ini buat mama, kalau kamu nggak mau ajak aku pergi setidaknya bawa makanan ini buat mama.” Jingga memberikan kotak makanan itu kepada Arkana dan sekarang giliran dia yang berlalu meninggalkan suaminya begitu saja.
**
Saat ini kediaman rumah Adyatama kedatangan putra pertama dan putra kedua yang menjenguk keadaan mama mereka yang telah pulih dari perawatan selama satu minggu di rumah sakit.
Arkana selaku putra kedua datang terakhir, dan saat dia turun dari mobil tampak sosok putra pertama sedang berdiri menunggunya dengan senyum yang merekah.
“ Hai, adik laki-lakiku yang ganteng dan manis.” Seru Bima namun Arkana melewatinya begitu saja tanpa rasa peduli sama sekali.
“ Padahal kita baru ketemu setelah dua puluh tahun loh, kok sombong banget sih.” Bima menoleh dan mengejar langkah Arkana sambil merangkulnya dengan penuh semangat.
“ Lepaskan.” Arkana menepisnya dan menatap kedua mata Bima dengan tatapan tajam sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya.
“ Hmm, ya sudah kalau begitu biarkan aku melihat istrimu. Tunggu dulu, dimana dia.?” Bima baru sadar kalau ternyata Arkana datang seorang diri.
“ Dimana adik iparku.?” Sahut Bima melirik Arkana yang terus saja berjalan masuk ke dalam rumah.
Sekarang semua orang sudah berkumpul di ruang keluarga, mama Widya yang baru saja menjatuhkan tubuhnya di sofa lantas bingung dengan ketidakhadiran Jingga di ruangan itu.
“ Dimana menantuku, kenapa dia tidak datang.?” Lirik mama Widya pada Arkana.
“ Dia sakit ma, aku suruh dia istirahat dulu.” Jawab Arkana.
“ Sakit apa? Kenapa nggak di bawa ke rumah sakit?”
“ Mama lupa kalau aku seorang dokter? Aku yang rawat dia sendiri, jadi tidak perlu membawanya ke rumah sakit.”
“ Kamu sih nggak pake pekerja rumah tangga, mama lihat semua urusan rumah di urus sama dia. Kamu sewa beberapa orang buat bantu urusan rumah kamu besok.” Lanjut mama Widya.
“ Mama nggak usah ikut campur soal itu aku udah pikirin baik-baik.” Balas Arkana terdengar kesal.
Satu ruangan di buat hening, sikap Arkana seperti ini membuat Bima kakaknya semakin penasaran sebab dulu Arkana adalah anak yang sangat ceria dan lebih banyak bicara dari dirinya.
“ Pastikan dia baik-baik saja, mama nggak mau menantu mama satu-satunya kenapa-napa.” Lontar mama Widya.
“ Baik ma, Arkana paham.” Balasnya tanpa menatap wajah mamanya sama sekali.
“ Sayang sekali, padahal aku sangat ingin melihat adik ipar.” Sahut Bima yang terlihat santai menatap adiknya saat ini.
“ Lupakan soal itu, jadi bagaimana dengan tawaran mama waktu itu.?” Sahut mam Widya pada Bima.
“ Karena melihat kondisi mama sedang tidak sehat, aku memutuskan untuk mengambil alih pertambangan.” Jawab Bima kemudian.
“ Ma, kenapa mama kasih ke dia? Mama lupa dia sama pria itu udah buat mama susah?” Arkana kembali angkat bicara jika menyangkut soal Bima.
“ Mama tahu, tapi Bima sudah berjanji akan meninggalkan papanya untuk mama. Itu sebabnya mama akan memberikan pertambangan untuk Bima.” Jelas mama Widya.
“ Bagaimana kalau dia Cuma berbohong, dia hanya ingin harta mama dan merebut semuanya lagi dari kita.” Lontar Arkana ketus.
“ Kamu diam saja, urusan kamu itu di rumah sakit. Biar Bima yang urus pertambangan.” Potong mama Widya seketika membuat Arkana kembali terdiam.
**
Jingga termenung di dalam kamarnya menunggu Arkana pulang, dia penasaran alasan apa lagi yang dia berikan kepada mertuanya. Sudah jelas itu hanya kebohongan untuk menutupi sikap aslinya, Jingga sekarang penasaran kenapa Arkana bersikap seperti ini dan pastinya semua tidak akan terjadi begitu saja tanpa ada penyebabnya.
Sekarang sudah pukul 5:00 sore, Arkana belum kembali dari rumah orang tuanya. Jingga yang merasa bosan kemudian keluar dari kamar, dia berpikir akan membuat makan malam untuk Arkana saja.
Baru saja mengeluarkan beberapa bahan makanan dari dalam lemari es, suara Arkana terdengar nyaring memanggil namanya. Jingga menoleh dan mendapati Arkana yang datang menghampirinya dengan tatapan yang tajam.
“ Sini kamu.” Lagi-lagi Arkana kembali menarik Jingga, namun kali ini bukan ke dalam kamar Jingga melainkan kamar Arkana.
“ Mas, kamu kenapa? salah aku apa.?” Jingga berusaha menahan langkahnya dari tarikan Arkana, namun gagal.
Rupanya Arkana memaksa Jingga masuk ke dalam kamar mandi, kemudian dia mendorong Jingga masuk ke dalam bathub dan menyiramnya dengan air dingin. Jingga berteriak meminta untuk Arkana berhenti melakukannya, namun semakin Jingga berteriak justru membuat Arkana semakin menyiramnya.
Tubuh Jingga pun basah, dia mulai kedinginan sambil menangis tersedu-sedu. Tak ada gunanya meminta tolong, tidak ada yang dapat menyelamatkannya juga sekarang.
“ Semua ini salah kamu, aku benar-benar menyesal menikah sama kamu.” Lontar Arkana yang melempar shower di tangannya ke tubuh Jingga.
Lengan Jingga terkena shower itu hingga membuatnya kesakitan, Arkana kemudian meninggalkannya namun mengunci pintu kamar mandi itu dari luar.
Jingga yang menyadarinya segera beranjak dari sana dan berusaha membuka pintu. Pintu benar-benar telah di kunci dari luar, dan sekarang Jingga hanya bisa menggedor-gedor pintu dan memanggil nama Arkana memohon untuk segera membuka pintu untuknya.
Tidak ada harapan untuk Jingga saat ini, dia menangis sesegukan di balik pintu kamar mandi. Tidak ada lagi suara yang dia buat untuk membuat Arkana mau berbelas kasih kepadanya.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.