Megan yang belum lama putus dari kekasihnya, dipecat dari tempat kerjanya karena dituduh sebagai selingkuhan atasannya. Sialnya lagi, di tempat kerjanya yang baru Megan mendapat bos yang lebih gila dari sebelumnya, menyebalkan, mesum dan suka gonta-ganti pasangan. Tidak hanya itu, Megan juga bertemu dengan anak kembar yang menginginkannya menjadi ibu mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Bar
Suara musik terdengar keras, beberapa orang terlihat menari-nari di tengah ruangan, para wanita tampak menggoyangkan pinggulnya untuk menggoda para pria. Beberapa orang yang berpasangan terlihat di sudut ruangan sedang berciuman dan ujung-ujungnya dibawa ke kamar.
Megan berjalan mencari keberadaan Vivian dan Beatrix. Beberapa pria menatapnya dengan penuh nafsu. Megan hanya acuh tak acuh, berjalan terus hingga ia melihat kedua sahabatnya duduk di meja no 44.
"Hai..maaf aku datang terlambat.." ucap Megan duduk di kursinya.
"It's okay. Kami juga baru tiba 10 menit yang lalu," ucap Vivian.
Seorang barman mengantar Cocktail pesanan mereka. Sebelum Megan datang, Vivian dan Beatrix sudah memesan minuman Vivian memberikan tip pada pria itu.
"Terimakasih nona," ucap barman senang.
"Astaga...lihatlah, bukankan itu Pak Dexter. Dia juga sedang disini," tunjuk Beatrix berbisik mengarahkan jari telunjuknya ke sudut ruangan dimana Dexter sedang duduk bersama teman prianya dan jangan lupakan beberapa wanita yang duduk disana menggoda mereka.
"Maksudmu pria yang memakai kemeja hitam itu?" tanya Vivian. Beatrix mengangguk.
"Jadi kalian mengenalnya juga? dia itu sepupu Jack," pungkas Vivian mengingat foto-foto yang ada di rumah Jack bersama para sepupunya. Lagi pula jauh sebelum ia melihat foto itu, Vivian sudah mengenalnya. Siapa yang tidak mengenal Dexter si pebisnis kaya itu. Namanya sering menjadi perbincangan.
"Ralat, aku tidak mengenalnya. Kalian saja yang mengenalnya," timpal Megan melihat jijik ke arah Dexter yang sedang memangku wanita sexy yang menggodanya.
"Hei.. dia pemilik perusahaan kita, kemarin aku sudah menunjukkannya padamu saat makan siang di Cafetaria kantor. Apa kamu tidak ingat," ucap Beatrix.
"Hmmm.... yah.. aku mengingatnya," ucap Megan menyesap cocktail dengan tambahan es batu dari gelas martininya. Satu gelas cocktail tentu saja tidak membuatnya mabuk. Cocktail merupakan minuman campuran berbagai jenis minuman ringan dan jus buah dengan tambahan minuman beralkohol.
"Apa dia sudah ganti pacar lagi, atau itu salah satu simpanannya," batin Megan
"Kasihan sekali anak-anaknya jika melihat kelakuan ayahnya yang brengsek," batinnya lagi.
Ketiganya kembali bercerita. Megan menatap ke arah Dexter, tak sengaja pandangan mata mereka bertemu. Megan refleks memalingkan wajahnya ke arah lain.
Beberapa menit kemudian seorang barman mengantar segelas mocktail ke meja mereka.
"Maaf nona, apa ada yang bernama Megan?" tanya barman.
"Saya sendiri," jawab Megan.
"Seseorang memesan minuman atas nama anda," ucap barman menaruh gelas berisi mocktail di depan Megan. Ketiga wanita itu tampak bingung.
"Siapa yang memesannya?" tanya Vivian menatap sekelililingnya, namun tidak ada tanda-tanda orang yang memesannya sedang melihat mereka.
"Saya tidak tau nona, bartender yang mengarahkan saya ke meja no 44 untuk mengantarkan minuman ini karena ada seorang pria yang memesannya atas nama nona Megan," ucap barmen lalu pamit.
"OMG... mungkin kamu punya seorang pengagum Meg," ucap Beatrix, Megan lalu mengedikkan bahunya tidak terlalu peduli.
"Sepertinya dia tidak ingin kamu mabuk dan memesan mocktail untukmu," ujar Vivian.
"Tipe pria yang perhatian..." tukas Beatrix.
"Guys.. ke dance floor yuk," ajak Beatrix.
"Aku tidak mau, kamu saja. Di sana banyak pria gatal," ucap Megan.
"Kalau dia berbuat macam-macam, tendang saja asetnya itu. Dia akan jera," ucap Beatrix.
"Tidak...aku tetap tidak mau," timpal Megan.
"Aku juga tidak bisa. Aku tidak ingin Jack menginterogasi ku nanti saat pulang karena mencium parfum pria lain di bajuku. Kalian tau, hidungnya sangat tajam," ucap Vivian. Jika ia ikut menari, pastinya akan bergesekan dengan penari lain.
"Ya sudah, aku sendiri saja. Panggil aku jika ingin pulang," ucap Beatrix melangkahkan kakinya menuju lantai dansa.
mengalir pokoknya
kukirim vote nya ya kak....
selamat berkarya lagi...