(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15 Aku Kembali (Part 1)
Reiner memeriksa laporan-laporan yang dikirimkan Nicko melalui email. Perkembangan perusahaannya cukup baik. Namun ada beberapa proyek kerjasama yang terpaksa dibatalkan, karena klien menginginkan Reiner yang langsung menanganinya. Tadi pagi Nicko juga melaporkan bahwa perusahaan raksasa Blue Union tertarik bekerjasama dengan perusahaan startup milik Reiner. Mereka akan mengirimkan perwakilannya minggu depan untuk melakukan survei.
Reiner berdiri dari kursinya dan membiarkan laptopnya masih menyala. Ia berjalan mondar-mandir di dalam apartemennya seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu. Hampir tiga bulan berlalu sejak kematian Sofia, wanita yang sangat dicintainya. Selama itu Reiner memilih meninggalkan kota kelahirannya, orangtuanya, dan perusahaan startup Zeus yang dibangun oleh tangannya sendiri. Perusahaan Zeus adalah impiannya yang menjadi kenyataan. Reiner selalu ingin terlepas dari bayang-bayang sang papa, Alexander Bratawijaya. Walaupun ia pewaris semua kekayaan Bratawijaya Group, tapi Reiner lebih memilih dikenal publik sebagai CEO startup Zeus. Beberapa kali papanya meminta Reiner untuk menggantikan posisinya sebagai CEO, tapi Reiner selalu menolak. Luka masa lalu yang pernah ditorehkan oleh papanya, hingga kini belum mampu terhapus begitu saja. Masih teringat jelas di benak Reiner, bagaimana mamanya menangis berhari-hari di kamar karena pengkhianatan yang dilakukan oleh papanya. Saat itu, Reiner masih berumur sepuluh tahun dan tidak mampu berbuat apa-apa. Reiner kecil hanya bisa ikut menangis bersama sang mama. Keluarga mereka nyaris hancur berantakan karena papanya menjalin hubungan terlarang dengan wanita lain. Bahkan perselingkuhan itu telah menghasilkan seorang anak. Papanya dengan lihai menyembunyikan rahasia itu sampai wanita selingkuhannya datang ke rumah bersama seorang anak laki-laki berusia delapan tahun. Wanita itu meminta pertanggung-jawaban karena papanya sudah menelantarkan mereka. Reiner pun harus menerima kenyataan bahwa ia punya seorang saudara kandung yang tidak dilahirkan dari rahim sang mama. Karena kebesaran hati sang mama-lah, keluarga mereka tetap utuh hingga saat ini.
Reiner melihat wajahnya sendiri di cermin. Ia lupa kapan terakhir kali bercukur dan mengurus penampilannya. Duka mendalam atas kepergian Sofia, membuatnya lebih banyak menyendiri di apartemen. Ia hanya menghabiskan waktu untuk bekerja memantau perusahaannya dari jauh dan sesekali datang ke cabang perusahaan milik Bratawijaya di negara ini.
Sudah waktunya aku pulang. Aku harus mendapatkan proyek dari Blue Union.
gumam Reiner pada dirinya sendiri.
Bayang-bayang Audrey tiba-tiba terlintas di dalam benak Reiner.
Audrey Maureen, saatnya aku membuat perhitungan denganmu.
batin Reiner sembari mengambil ponselnya.
"Nicko, segera siapkan pesawat untuk kepulanganku besok. Dan ingat atur semuanya dengan baik termasuk mempersiapkan istri kontrakku itu."
"Baik Tuan Reiner, saya akan segera laksanakan sesuai perintah Anda."
...****************...
Hari terasa cepat berlalu bagi Audrey. Apalagi dua bulan terakhir, ia disibukkan dengan kegiatan training staff baru pengganti Ineke. Memang tidak mudah membimbing seorang karyawan fresh graduate seperti Karin. Untungnya, Karin termasuk gadis yang pintar dan cepat belajar. Walaupun Karin gadis pendiam, ia tekun dan patuh pada arahan Audrey. Terkadang melihat Karin seperti melihat cerminan dirinya sendiri saat pertama kali bekerja di perusahaan itu.
Di sela-sela kesibukannya, Audrey selalu mengunjungi mama dan opanya. Audrey juga menyempatkan diri menjenguk dan membuatkan kue untuk Tuan Jonathan. Senyum di wajah Tuan Jonathan ketika menikmati kue buatannya, membuat Audrey merasa bahagia. Nicko, asisten Reiner, sengaja datang secara rutin ke rumah Reiner untuk mengecek keberadaan Audrey. Tindakan Nicko cukup membuat Audrey merasa kesal, tapi bagi Audrey lebih baik dirinya bertemu Nicko daripada harus hidup serumah dengan Reiner. Audrey sendiri tidak ingin tau kapan Reiner pulang dari luar negri. Semakin lama ia pulang justru makin baik. Diam-diam Audrey malah berharap Reiner akan pulang tepat saat kontrak pernikahannya berakhir.
Sabtu pagi ini, Audrey sudah bersiap-siap untuk berangkat menghadiri resepsi pernikahan Ineke. Resepsi yang seharusnya dilakukan bulan lalu, terpaksa diundur karena Ineke sempat jatuh sakit. Namun sekarang Ineke sudah sehat dan bersiap menyongsong hidup barunya.
"Selamat, Ineke, semoga bahagia selalu. Cepat diberi momongan dan langgeng sampai kakek nenek," kata Audrey memberikan selamat kepada Ineke
Rona bahagia tampak jelas di wajah Ineke, "Makasih Mbak Audrey. Semoga Mbak cepat nyusul saya."
Audrey tersenyum kecut mendengar ucapan Ineke.
Aku sudah menikah Ine, tapi bukan dengan orang yang aku cintai.
batin Audrey.
Audrey turun dari panggung pelaminan dan menyusul rekan-rekannya yang sedang menikmati jamuan makan. Tasya dan Susan menyapa Audrey dengan riang, "Wah, Mbak Audrey cantik banget pakai dress putih. Kalau jadi pengantin pastip lebih cantik lagi. Mbak cepetan nikah dan undang-undang kita semua seperti Ineke," kata Tasya bersemangat.
Susan menimpali perkataan Tasya, "Sst, jangan ngomong begitu, lihat Mbak Audrey jadi salah tingkah. Kalau Mbak Audrey nikah pasti suaminya ganteng maksimal. Mbak Audrey khan cantik dan pintar."
"Sudah, sudah kok jadi bahas aku. Lebih baik kalian yang nikah, kalian khan sudah punya pacar. Tapi jangan resign seperti Ineke. Oh, ya aku ambil minum dulu," jawab Audrey menghindar.
Dari panggung, terdengar panggilan untuk rekan-rekan divisi finance berfoto bersama kedua mempelai. Audrey, Pak Rizal, dan para staff finance segera bersiap untuk sesi foto.
"Satu, dua, tiga, iya bagus," seru fotografer dari bawah panggung. Audrey tertawa bersama teman-teman kantornya. Mereka merasa puas karena bisa mengabadikan momen yang langka ini. Audrey benar-benar bisa tertawa lepas hari ini, seperti tidak pernah ada beban berat di dalam hidupnya.
"Mbak Audrey ponselnya bunyi," kata Tasya menunjuk tas Audrey.
Audrey meraba tasnya dan mengambil ponselnya dengan cepat. Ia khawatir mamanya menelpon untuk membicarakan hal penting. Ternyata lagi-lagi nama Nicko yang muncul.
"Iya Tuan Nicko," sapa Audrey.
"Nona Audrey, Anda ada dimana? Nona harus cepat pulang. Tuan Reiner sebentar lagi pulang."
"A..apa Reiner pulang?" jawab Audrey terkejut.
"Iya Nona. Tolong segera share lokasi Anda. Saya akan menyuruh supir segera menjemput Anda. Nona harus ada di tempat sebelum Tuan Reiner sampai."
"Baik, Tuan Nicko, saya akan share lokasi sekarang."
Perasaan Audrey yang sedang senang mendadak berubah kesal. Ia tidak habis mengerti mengapa pria arogan itu pulang dengan tiba-tiba. Ia sendiri merasa bagaikan seorang budak yang tidak punya kebebasan dan harus selalu siap menyambut kedatangan tuannya.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣