Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan siang
Insha sudah berada di lantai bawah hendak menemui Hanafi yang akan melakukan makan siang. Sayup-sayup ia mendengar candaan Hanafi bersama para pembantunya.
astaga aku lupa dimana ruang makannya..aku tidak terlalu memperhatikan tadi..tapi itu seperti suara mas han..
Insha berusaha mencari sumber suaranya dan akhirnya terlihat Hanafi sedang duduk di meja makan di sampingnya ada 3 orang pembantu yang nampak sedang bersendah gurau dengannya.
itu dia mas han...kenapa ada yang aneh rasanya saat melihat mas han bersama orang lain..apalagi seorang perempuan..huhh...apa yang kau fikirkan Insha mereka yang merawat mas han selama ini..hati tolong jangan bergejolak seperti ini..
Insha melangkah terus mendekat dengan langkah kaki yang tidak terdengar oleh siapapun..
"ehemm..ehemm.."
mbak Risna mulai menggoda dengan berdehem melirik Hanafi saat tau kedatangan Insha dari jauh.
"pengantin baru nih.."
sahutnya lagi berbisik tapi masih bisa di dengar oleh semua orang.
"huush kau ini jangan membuat nona jadi malu begitu donk.."
mbak Fatimah menyahuti dengan sedikit mendorong bahu Risna canggung sendiri dengan satu rekan kerjanya ini.
"Nona mari silahkan makan dulu pasti nona lapar.."
bude berjalan dan menarik kursi di dekat Hanafi.
Hanafi pun tak kalah cepat dia menoleh sejak ada seorang yang berdehem keras tadi menyadari seorang yang di tunggu akhirnya muncul juga.
Tak henti-hentinya ia menatap Insha yang sedang berjalan semakin dekat dengannya. Dia memakai dress panjang berwarna kalem dengan semua bagian tubuh tertutup sempurna.
Insha tampak anggun dan semakin cantik dibuatnya.
memakai pakaian apapun kenapa kau terlihat cantik..apalagi dengan dress itu kau terlihat semakin cantik saja..hemm aku akan membeli lebih banyak lagi untukmu..
Insha pun duduk di samping Hanafi, sementara 3 orang tadi berlalu dan menyiapkan makanan di dapur tepat di samping meja makan.
"emm mas han.."
yang di panggil sudah melihat dengan antusias mendengarkan kalimat lanjutannya tanpa bersuara.
"Apa yang mas han lakukan.."
"Aku duduk disini sambil memandangmu.."
"Bukan itu maksudku.."
memang salah ya pertanyaanku..lihat wajahnya kenapa menatapku seperti itu..tapi mas han kelihatan manis sekali..
"Lalu.."
"Apa mas han membeli semua baju dari toko kemarin.."
"Tidak.."
"Lalu kenapa semua ada di dalam lemari,dan termasuk ini.."
"Aku tak membeli semua Insha, aku hanya membeli model terbaru dari mereka.."
"Ya itu sama saja.."
wajahnya cemberut dengan jawaban suaminya yang terlihat menganggap semua hal segampang menjentikkan jari.
"Kenapa kau tidak suka..aku akan menggantikannya dengan model yang lain..kau tinggal bilang model baju seperti apa yang kau sukai.."
"Aah tidak mas aku menyukainya ...sungguh.."
bisa-bisa mas han membeli seluruh baju di toko kemarin kalau sampai aku menjawab tidak suka..bisa tambah rumit nanti..ahh kenapa aku bertanya sih tadi..
suasana jadi hening hanya suara peralatan dapur yang ada di sebrang sana yang terdengar, tapi yang di sebelah sini tak berhenti dengan kegiatan barunya memandang lekat istrinya.
Sementara yang di pandang hanya terdiam dan tersipu malu dibuatnya.
Semua makanan telah terhidang, uap makanan yang lezat mengepul dimana-mana.Tak lupa mereka menghidangkan makanan wajib untuk rumah ini mulai sekarang yaitu ayam goreng kering dan juga sambal makanan kesukaan Nona baru mereka.
Setelah menghidangkan makanan mereka segera berlalu pergi,Hanafi merasa aneh dengan pemandangan itu .Biasanya Hanafi makan bersama mereka di satu meja makan yang sama, karna dia tak pernah membeda-bedakan status mereka, ia menganggap mereka sebagai keluarga meski ia tetap memberi gaji pada mereka setiap bulannya.
"Loh kalian mau kemana.." tanya Hanafi yang nampak heran.
mereka semua menoleh tapi beberapa detik hening tak ada yang menjawab hanya bersitatap satu sama lain.
"Kami mau ke kamar den.." Akhirnya bu Ririn membuka suara.
"Loh kenapa, apa kalian sudah makan.."
"Nanti kami akan makan setelah aden selesai, kan sekarang sudah ada nona yang menemani.."
Ada gurat kesedihan di wajah Hanafi bagaimana pun ia tak ingin merubah kebiasaan yang sudah ada di rumahnya, ia juga tak tega jika para pembantunya harus makan dengan makanan sisa darinya meski masakan yang ada di rumah utama pasti selalu banyak dan berlebih. Hanafi menatap Insha seperti mengatakan ia ingin mereka makan bersama-sama.
"Insha apa kau keberatan mereka makan bersama kita.."
tanyanya dengan wajah penuh harap.
"Tentu saja tidak mas han...saya senang kita makan beramai-ramai dari pada hanya berdua saja..lagipula siapa yang akan menghabiskan makanan sebanyak ini.."
tersenyum dengan cerahnya dan kini bergantian menatap para pembantu mereka yang berdiri mematung di tempatnya tadi.
"Ayolah mbak Risna,mbak Fatimah dan bude..ayo makan bersama kami.."
Hanafi tersenyum dengan bangga karna melihat sisi baik di dalam istrinya yang selalu ramah kepada semua orang.
Sekilas mereka saling pandang dan tampak ragu untuk melangkah, tapi ketika Hanafi mulai menatap dengan pandangan kecewanya, mereka bergegas untuk berjalan dan duduk di kursi yang masih tersisa.
"Gitu donk ayo kita makan.."
Mereka semua pun makan dengan lahap dalam keheningan,tetapi tidak dengan Hanafi ia melahap makanannya sambil mencuri-curi pandang kepada istrinya, yang tentu saja tidak di sadari Insha.
**
Kini Hanafi dan Insha sudah duduk di sofa empuk sambil menonton televisi yang berukuran besar di depannya.
mereka berdua duduk berdampingan tetapi tak menempel satu sama lain.
"Mas han.."
berusaha menghilangkan rasa canggung yang tercipta.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu.."
"Ya tentu saja.."
"Apa mbak Risna, mbak Fatimah dan juga bude selalu berada disini.."
"Mereka selalu berada disini,memang kenapa apa kau merasa tidak nyaman.."
"Tidak mas...aku senang dengan mereka semua..mereka baik sekali padaku.."
"Kalau kau merasa ada yang tidak nyaman katakan saja padaku ...tidak usah sungkan ini juga rumahmu sekarang.."
"Bukan itu yang ingin q tanyakan mas ...maksudku bagaimana jika salah satu dari mereka pulang, apa mereka mempunyai hari libur yang sama.."
"Mereka tak pernah kemana-mana Insha.."
di selingi senyum tipis
"Maksudnya.."
"Disini adalah tempat mereka pulang.."
"Mereka tak punya rumah maksud mas han"
memandang Hanafi dengan wajah penuh tanda tanya.
"Ya..lebih tepatnya tak ada tempat untuk mereka pulang selain disini.."
menghela nafas dalam dan beradu pandang dengan Insha yang masih menunggu jawabannya lagi.
"Aku pun bersyukur ada mereka dalam hidupku..mereka sudah seperti keluarga untukku.."
kita sama-sama mempunyai masa lalu yang kelam Insha..hatiku terasa teriris jika mengingatnya..
Bersambung...
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.