Kost Putri menceritakan tentang kehidupan anak-anak perantauan yang menyewa sebuah rumah kost-kost-an milik Nyak Tatik.
Berbagai ragam sifat, sikap, budaya dan bahasa bersatu di rumah Kost Putri. Kisah asmara, lucu, sedih dan bahagia ada di Kost Putri.
Bagaimana ceritanya?
Welcome to Kost Putri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon de'rini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15# Kalau jodoh gak akan kemana-mana
Halomoan melangkah gontai keluar dari kampusnya. Ia berjalan menuju parkiran motor tepat di sisi kiri gedung Fakultas nya.
Saat di parkiran, Halomoan melihat Butet yang sedang berjalan dengan Toni seorang mahasiswa tampan di kampus itu. Toni adalah seorang playboy yang banyak gaya. Wajah tampan dan uang orangtua yang banyak sangat di manfaatkan sekali oleh Toni.
Sudah banyak mahasiswi yang terjebak cinta Toni, hingga rela melakukan apa saja untuk lelaki itu. Toni satu semester dengan Halomoan. Maka, Halomoan sudah hafal betul dengan tingkah bejat Toni.
Butet tampak akrab dengan Toni. Sebenarnya Butet itu bergaul dengan siapa saja. Dia sangat gampang menyukai lelaki tampan. Tetapi, hanya menyukai dan sebatas mengagumi. Butet bukanlah wanita yang murah. Masalah cinta dan prinsip tetap di pegang teguh oleh gadis yang sudah berumur 19 tahun itu.
Banyak sekali lelaki tampan yang menyukai Butet. Tetapi, Butet menolak mereka semua. Pujian-pujian Butet hanya di bibir saja. Tetapi, untuk melangkah ke hubungan asmara, Butet butuh pertimbangan yang sangat matang. Maka, banyak lelaki yang patah hati dengan Butet.
Gadis manis berkulit hitam manis itu, berbincang-bincang dengan Toni yang kebetulan sudah di kenalnya hampir selama 1 semester ini. Butet dan Toni berjalan di depan Halomoan yang menatap mereka yang sedang asik berbincang.
"Butet! sini kau dulu!" Panggil Halomoan.
Butet dan Toni menghentikan langkah kaki mereka dan menatap Halomoan yang berdiri di samping sepeda motornya.
"Kau siapa?" Tanya Butet.
"Eh, Toni, dia cewek aku! Jangan kau dekati dia ya!" Ancam Halomoan.
Toni hanya mengangkat kedua alisnya dan menatap Halomoan dengan bingung.
"Sini kau Butet. Mamak kau sudah titipkan kau sama aku. Kau tanggung jawab ku di Jakarta." Ucap Halomoan sambil menarik tangan Butet.
"Apanya ini! Kapan pulak Inang ku nitip aku sama kau!" Bentak Butet sambil menghempaskan tangan Halomoan.
"Bandal kali kau Butet. Pulang sama aku sekarang!" Ucap Halomoan sambil kembali meraih tangan Butet.
"Gilak kau ya!" Ucap Butet sambil melotot kepada Halomoan.
"Serius aku bilang, ikut sama aku. Aku mau bicara sebentar." Ucap Halomoan.
"Tet, gue duluan ya." Ucap Toni.
"Yah, gak jadi kita ke perpustakaan Bang?" Tanya Butet.
"Kapan-kapan aja ya Tet, pacar lu marah tuh." Ucap Toni.
"Tapi dia bukan pacar ku Bang." Ucap Butet.
Toni hanya tersenyum dan meninggalkan Butet dan Halomoan.
"Tet, sini dulu aku mau bicara." Ucap Halomoan sambil menarik tangan Butet.
"Apa lagi mau kau! Benci aku sama kau! ngerti gak kau!" Ucap Butet dengan kesal.
"Terserah lah kau mau benci aku atau kau gak mau nengok mukak ku. Tapi, aku cuma mau bilang. Jangan dekat sama Toni. Hancur nanti masa depan kau Butet!" Ucap Halomoan.
"Lebih hancur lagi masa depan ku kalau aku dekat sama kau!" Ucap Butet sambil berlalu dari hadapan Halomoan.
Halomoan terdiam dan hanya bisa menatap Butet yang beranjak meninggalkan dirinya.
Halomoan naik keatas sepeda motornya dan pergi meninggalkan kampus. Halomoan mengacuhkan Butet saat ia lewat di depan gadis itu.
Halomoan ingin sekali menjaga Butet dari ganasnya para mahasiswa yang suka mengincar para mahasiswi yang polos. Sudah banyak contoh mahasiswi yang menyukai terlalu dalam lelaki yang salah. Lelaki angkuh yang hanya ingin menghancurkan masa depan para mahasiswi yang orangtuanya menaruh harapan besar saat melepas kepergian mereka ke Ibukota.
Sepanjang jalan pulang, Halomoan terus teringat kata-kata Butet yang begitu menyakitkan baginya. Halomoan tahu, ia sudah banyak salah dengan Butet. Tetapi, ia sungguh mencintai dan ingin menjaga Butet sebisa mungkin.
"Tet, kau gak tau aku suka sama kau. Kalau bisa ku putar waktu, aku gak mau berantam sama kau dulu tet." Sesal Halomoan.
...
Butet, Sri dan Cempaka termenung di beranda kost-kost-an mereka. Mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
Butet yang merasa heran dengan sikap Halomoan, Sri yang sedang jatuh cinta dengan Dewa dan Cempaka yang menyesal karena menolak Rozi.
Para gadis itu terdiam tanpa kata.
Tiba-tiba saja Batra datang dan ke paviliun dan memanggil Butet yang sedang duduk termenung bersama kedua teman kost nya.
Batra yang terlihat rapi pada malam ini, tersenyum saat Butet menghampiri dirinya yang berdiri di samping dinding rumah.
"Ada apa Bang Batra?" Tanya Butet.
"Tet, kita jalan yuk." Ucap Batra.
"Jalan?" Tanya Butet yang terheran-heran saat Batra mengajak nya jalan.
"Mau kemana Bang?" Tanya Butet lagi.
"Ada yang mau aku bicarakan." Ucap Batra.
"Tapi.."
"Aku tunggu di depan ya Tet." Ucap Batra.
Mau tidak mau, Butet pun mengangguk setuju. Lalu, ia kembali ke beranda kost nya.
"Kenapa Tet?" Tanya Cempaka.
"Itu si Batra, tiba-tiba ngajak aku jalan wee.." Ucap Butet.
"Ada apa?" Tanya Sri.
"Mana lah aku tau Sri." Ucap Butet.
"Udahlah, aku mau siap-siap dulu ya." Butet pun beranjak masuk kedalam kamar nya.
Sri dan Cempaka hanya saling bertatapan.
Setelah beberapa saat, Butet pun kembali ke beranda dan memakai sepatunya.
"Mau kencan ya Tet?" Tanya Sri dengan polos nya.
"Mau melayat orang meninggal!" Ucap Butet.
Sri tertawa mendengar jawaban Butet.
"Kamu kenapa sih? seharian ini marah-marah terus Tet?" Tanya Cempaka.
"Aku gondok kali sama si Halomoan. Masa aku dikiranya murahan kali. Aku cuma jalan sama si Toni, barengan keluar kampus mau ke perpustakaan cari buku. Eh, dikiranya aku mau mencewek sama si Toni." (Red- mencewek- bemesraan-hubungan cinta-pacaran) Terang Butet.
"Cemburu berarti dia Tet." Ucap Cempaka.
"Apa pulak!" Ucap Butet yang beranjak dari duduk nya setelah selesai memakai sepatu.
"Aku yakin Halomoan suka sama kamu Tet." Celetuk Sri.
"Mau dia suka atau benci sama aku. Aku gak peduli!" Ucap Butet sambil melangkah menuju ke gerbang depan.
"Kira-kira si Batra ngapain ya ngajak Butet jalan?" Tanya Sri.
Cempaka hanya mengangkat bahu nya, lalu ia kembali tenggelam dengan pikirannya.
Sri yang memperhatikan Cempaka yang terlihat murung pun, tergelitik untuk bertanya.
"Eh Cem, koe knopo toh? Cerita sama saya Cem." Ucap Sri.
"Aku kan calon mbak yu ipar mu." (Red- Aku kan calon Kakak ipar mu.) Batin Sri.
Cempaka menatap Sri dengan genangan air mata di pelupuk matanya.
"Tapi jangan cerita ke Butet ya Sri." Ucap Cempaka.
"Iya. aku janji." Ucap Sri.
"A' Rozi mengatakan cinta sama aku Sri." Ucap Cempaka.
"Lah, terus? kenapa koe sedih?" Tanya Sri.
"Aku memikirkan perasaan Butet. Kan kamu sendiri yang bilang, kalau Butet suka sama A'a Rozi." Ucap Cempaka.
Sri terdiam dan merasa simpati dengan Cempaka.
"Tapi, kan Butet gak jelas dia suka sama si Rozi atau Batra." Ucap Sri.
"Menurut ku, Butet suka sama A' Rozi. Tapi, Batra suka sama Butet." Ucap Cempaka.
"Tapi, hatimu piye Cem?" Tanya Sri.
Cempaka menghela napasnya dan menatap Sri dengan sendu.
"Aku sebenarnya suka sama A'a Rozi, Sri."
"Ya sudah toh, jadian." Ucap Sri.
"Gak usahlah. Demi persahabatan aku dan Butet. Lagi pula, kalau jodoh gak akan kemana-mana."
Sri menghela napasnya saat mendengar jawaban Cempaka yang terlihat tulus.
"Kamu teman yang baik yo Cem." Ucap Sri sambil mengusap-usap punggung Cempaka.
terimakasih buat author /Pray//Pray/
lihat kelakuan si Butet