Hidup dalam lingkaran kemiskinan, membuat Rea ingin bekerja setelah lulus SMA, semua itu dia lakukan demi keluarga.
Namun takdir berkata lain, Ayahnya sudah memutuskan masa depan Rea, sebagai istri dari seorang lelaki bernama Ryan.
Dia tidak bisa menolak dan menerima keinginan sang ayah.
Hanya saja, Rea tidak pasrah, dia bukan wanita lemah, selama belasan tahun berjuang dalam kesengsaraan, melatih mental yang kuat menahan setiap penghinaan para tetangga.
Sehingga dia akan berusaha membuat Ryan menyesal karena sudah menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kandang ayam
Hidup yang sulit diterka, sukar dipahami, dan susah dijalani, bukan hal baru bagi Rea. Dimana delapan belas tahun dia menjalani skenario sebagai orang miskin dan tidaklah mudah untuk menjiwainya secara natural.
Namun, semua itu menjadikan Rea wanita yang kuat dan menolak dipermainkan oleh orang lain. Tapi melakoni drama penuh akting sebagai suami istri di dalam rumah, itu membuat lahir dan batinnya lelah.
Jika di dalam sinetron, setiap aktor cukup ahli dalam berperan menjadi orang miskin dengan wajah murung seperti terkena ujian hidup tak tertahankan, banyak hutang, banyak masalah, tapi itu tidak lebih dari sekedar rekayasa.
Akting kualitas murahan mereka sampai mendapat sebuah penghargaan sebagai pemeran utama paling terfavorit, hanya bermodalkan ekspresi memelas, obat tetes mata dan lagu 'Ku menangis.' itu konyol sekali.
Jika di kehidupan nyata, dirinya masuk nominasi tokoh utama dalam hidup serba sengsara, tentu Rea sudah menjadi juara pertama
Namun ada satu hal yang tidak bisa diterima dari seluruh kesengsaraan dalam hidupnya, itu adalah tentang lelaki tua bernama Brahman Ardito, dimana dia meminta Rea untuk menjadi istrinya sebagai bentuk pelunasan utang keluarga.
Satu tahun lalu....
Ketika perjanjian hutang piutang antara Samroji dan Brahman telah jatuh tempo, ayah Rea tidak bisa melunasi tagihan hutang yang Brahman berikan.
Brahman berkata..."Ji, kalau kau tidak bisa bayar, biarlah Rea jadi istri kedua ku, aku anggap semua utang mu lunas."
Gemetar Samroji mendengarnya..."Pak Brahman jangan bercanda, aku tidak bisa melakukan itu kepada Rea."
"Apa sih susahnya, tinggal paksa aja anak mu itu, dia pasti senang kalau orang tuanya jadi kaya raya."
"Tetap saja..." Samroji murung membayangkan nasib Rea jadi istri duda anak satu tersebut.
"Apa kau mau hidup melarat sampai mati, kalau Rea itu jadi istriku, kau bisa beli rumah baru, baju baru, bahkan istri baru kalau perlu." Tawa Brahman terbahak-bahak.
Meski Samroji menelan pil pahit atas perkataan Brahman, tapi jelas dia tidak mau melakukan apa yang dia inginkan.
Selain itu juga Samroji masih menjaga janji yang dibuatnya kepada pak Rahmat, pernikahan beda usia hingga empat puluh dari Rea sangat tidak wajar bagi pandangan orang lain.
Terlebih lagi, apa kata orang, mana kala anak pak Brahman itu adalah teman kelas Rea, dimana akan menjadi cerita sinetron secara nyata yang berjudul.
'Teman kelasku kini jadi anak tiriku.'
Setidaknya, dalam kasus pernikahan Rea dengan Ryan, keduanya masih terbilang layak dan bisa diterima oleh masyarakat. Meski pandangan orang-orang tertuju kepada Samroji, kalau Rea hanya dijadikan alat untuk membuat keluarganya kaya raya.
Sebelum Rea tahu tentang keinginan Brahman menjadikannya sebagai istri keduanya. Dia sudah mendengar cerita itu dari mulut para ibu-ibu penggosip.
Mereka mulai bicara ketika target sudah muncul, Perkelahian batin dalam hati Rea pun dimulai.
"Rea dengar-dengar kalau pak Brahman mau nikah denganmu."
'Hah ?, mulut siapa itu yang bicara ?.' Rea terkejut bukan buatan.
"Beruntungnya bisa jadi istri kedua juragan beras."
'Apanya yang beruntung, apa kalian punya otak ?, gunakanlah jangan asal bicara.'
"Tinggal tunggu ma*ti aja tuh, Brahman."
'Kalo mau nyumpahin orang ma*ti lakukan sendiri.'
"Kalau bisa di racun sekarang, kenapa harus nanti, Terus kau bisa jadi janda kaya dadakan. benarkan Rea ?."
'Jangan bawa-bawa aku, si*alan.'
"Lagian, bapak mu itu, udah tahu miskin tapi tetap aja berhutang."
Endingnya apa, ya seperti yang diharapkan, keributan pun terjadi karena Rea melemparkan nangka sebesar kepala ke mereka.
Ketika mereka hanya membicarakan Rea tentang apa pun itu, dia tidak peduli meski hatinya terus memaki-maki. Namun beda cerita kalau sudah menyangkut nama baik kedua orang tua.
Rea tidak perlu banyak basa-basi, tawa palsu haha hihi, atau tersenyum bodoh tanpa membela diri. Langsung bertindak, mengesampingkan akibat dari perbuatannya dan satu hal terpenting adalah buah nangka itu bisa membuat mereka diam.
Kembali ke cerita utama...
Ryan dan Rea dibawa masuk ke dalam ruang tamu oleh Sela, disana sosok Brahman duduk santai dengan kertas koran dan segelas kopi menemani rutinitas pagi.
"Selamat pagi pak." Ucap Ryan sopan.
Selaku orang yang lebih muda, tentu Ryan menjaga adab dengan berjabat tangan dan dilanjutkan oleh Rea meski ekspresi di wajahnya benar-benar buruk.
"Jadi kau bernama Ryan, anak pak Rahmat itu ?." Tanya Brahman yang berasa sok akrab mengenal ayah dari Ryan.
"Iya benar pak."
"Oh, apa bapak sehat ?, sudah lama aku tidak bertemu pak Rahmat."
"Bapak sehat, meski pun sekarang beliau sering sakit reumatik." Jawab Ryan masih bersikap seperti biasa.
"Itu sudah biasa, orang tua." Tawa Brahman.
"Iya pak." Ryan ikut tertawa meski sekedar formalitas.
"Silakan duduk, tidak baik bicara sambil berdiri."
"Terimakasih pak."
Rea duduk tanpa perlu menjawab perkataan Brahman terlebih dahulu.
Tidak lama kemudian, Sela bersama seorang pembantu datang membawa beberapa toples cemilan untuk dihidangkan di atas meja.
Sela yang secara sah menjadi istri Brahman segera mengambil posisi untuk duduk di sebelah suaminya.
"Silakan cicipi Ryan dan kau juga Rea jangan malu-malu, aku tahu kau jarang makan kue seperti ini di rumah." Ucap Sela dengan nada menyindir.
"TERIMAKASIH." Jawab Rea kesal, tanpa perlu ragu-ragu mengambil segenggam kue untuk dia makan sendiri.
Meski pun kali ini kedatangan Rea bukan untuk berhutang kepada Brahman, dia tetap merasa risih, jika harus bertemu langsung dengan lelaki tua tidak tahu diri di depannya.
Seperti sudah terlihat perawakan lelaki tua bertubuh buntal dengan kolesterol menumpuk di lipatan lemak dalam perut itu. Brahman adalah gambaran dari sosok manusia yang suka makan uang riba.
Perut buncitnya hampir melewati batas ikat pinggang, selera humor rendah, ketika tertawa perut bergetar hingga bergoyang-goyang tidak tahu aturan.
Tapi ajaibnya, dia memiliki istri muda dengan usia dua tahun lebih tua dari Rea dan selisih empat puluh tahun dari Brahman. Semua menjadi bukti nyata perkataan orang-orang, kalau uang bisa membeli kebahagiaan. Dan Brahman melakukan hal itu.
"Jadi ada gerangan apa sepasang suami istri yang baru menikah, datang bertamu ke rumah ku yang gubug ini ?." Kata Brahman bertanya.
Kerendahan hati pak Brahman benar-benar sampai ke inti bumi, tapi bisa dipastikan ucapan itu sendiri adalah bentuk sindiran bagi Rea.
'Kalau Rumah sebesar ini aja seumpama gubug, lalu bagaimana dengan rumahku, kandang ayam ?.' Batin Rea merasa tersinggung.
Ryan tanpa perlu banyak basa-basi..."Dengan maksud dan tujuan sebagai tanda silaturahmi, aku juga ingin membicarakan tentang hutang pak Samroji kepada pak Brahman."
"Oh soal itu, aku kira ada urusan penting apa..." Brahman tampak sedikit mengejek.
"Sela ambilkan buku hutang yang ada di dalam lemari." Perintah Brahman kepada istrinya.
"Baik papa." Sela menjawab dengan nada lembut dan sedikit merayu.
Selepas kepergian Sela, Brahman sedikit tertawa...."Maklumlah, aku sudah agak tua, jadi sering lupa dengan hutang receh punya orang-orang."
'Kau itu bukan 'agak' lagi, memang tinggal nunggu aja di absen sang pencipta.' balas Rea dalam hati.
Seakan menunjukkan kepada Ryan dan Rea, akibat terlalu banyak uang yang dia miliki, membuat Brahman tidak mau merepotkan diri sekedar mengingat nominal dari para penghutang hingga dianggapnya tidak lebih uang recehan.
apa banyak misteri di antara mereka ber dua bukan cuma majikan ma pelayan ,,aihhh
mohon untuk up terus Thor...