Clara terpaksa menerima perjanjian nikah kontrak dengan Gery Rochstein, bosnya sendiri, demi membantu menyelamatkan perusahaan sang CEOyang terancam bangkrut. Semua itu berada dalam ancaman Gery yang mengetahui rahasia Clara yang divonis sulit memiliki anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon takiyaratayee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18 - Klarifikasi
“Jangan, Gery. Ini salahku, seharusnya dia minta ganti rugi ke aku. Bukan ke kamu. Jangan pecat dia, kasihan.” Drew seketika memohon dan hampir berlutut pada kakaknya sendiri. Ia membayangkan wajah polos Clara yang masih diingatnya betul-betul.
“Apa urusanmu mengatur perusahaanku? Lagipula, rumor itu sudah berkeliaran di lingkungan kantorku selama berhari-hari. Aku akan menuntut balik wanita itu,” kata Gery kemudian. Dia tampak tidak sabar melihat wanita itu memohon-mohon lagi padanya atas kejadian ini.
“Gery, plis jangan lakukan itu. Aku akan menanggungnya,” ujar Drew memohon. Gery tidak peduli, dia menyuruh Walt untuk memanggil wanita itu. Wanita itu perlu tahu kebenarannya.
Clara lumayan takut ketika asisten Gery memanggilnya. Apalagi, setelah Pak Arnold dipecat, Clara belum menemukan cara bagaimana ia bisa menebus kesalahannya.
Saat masuk ke ruangan CEO Spark itu seorang diri, Clara semakin syok melihat sosok dua pria tampan berdiri saling bersandingan menyambut dirinya. Meski dengan tatapan dingin, Clara bisa menyaksikan langsung dua sosok pria itu hendak menerkamnya habis-habisan.
“Nona, aku ingin membuatnya semakin jelas. Apakah benar aku yang melecehkanmu di apartemen Day Flower di malam itu?” tanya Gery sambil menyembunyikan kedua tangannya di saku celana. Clara tampak gemetaran, dia takut melihat dua pria yang sama-sama bertubuh jangkung itu menatapnya.
“Um.. Iya.”
“Nona, buka mata Anda. Apakah benar aku yang melecehkan Anda? Bagaimana dengan lelaki di sampingku ini? Apakah Anda benar-benar melupakannya?” Gery mendorong Drew ke depan, supaya Clara bisa melihatnya dengan jelas. Drew tak bisa menyembunyikan senyumnya, ia melambaikan tangan pada Clara. Wanita yang berhasil memikat Drew pada pandangan pertama.
"Hai, Nona. Aku Drew, itu aku yang sebenarnya Anda temui di supermarket apartemen Day Flowers,” aku Drew. Clara melongo, ia menutup mulutnya. Saking terkejutnya, Clara melotot tak percaya. Bagaimana bisa dua pria itu memiliki wajah yang sangat mirip? Clara sesekali membandingkan wajah Drew dan wajah Gery bersamaan.
“Um, Tuan. Apakah benar Anda yang... ada di sana malam itu?” tanya Clara hati-hati.
“Iya, itu aku. Aku si cowok mesum yang mau kasih kamu ganti rugi. Aku salah memberikan kartu nama kakakku ke kamu. Seharusnya aku memberikan kartu namaku," katanya.
"Kakak? Jadi, Gery adalah kakaknya Drew? Astaga, aku sedang menghadapi orang-orang berkuasa sekarang!" Clara merutuk dalam hati. Clara merasa tamat riwayatnya saat ini. Ia benar-benar akan dipecat oleh Gery detik itu juga.
Sementara Gery tersenyum penuh kemenangan. Gery masih ingat janjinya jika Clara harus membuat klarifikasi ke hadapan publik jika dia salah menuduh orang.
“Baiklah, nona. Sekarang adikku sudah mengaku jika dia pelakunya. Sesuai kesepakatan yang pernah kita buat, Anda harus mengklarifikasi bahwa aku bukan pelaku pelecehan seksual dan kamu harus membayar 3 kali lipat uang yang saya berikan ke kamu. Jangan sebutkan nama adikku di klarifikasimu itu, aku hanya ingin Anda mengakui jika Anda salah menuduh orang. Dan aku akan menuntutmu ke jalur hukum karena sudah mencemarkan nama baikku,” kata Gery dingin. Di sana, Clara tak bisa berkutik.
Bibirnya gemetar, Clara tidak pernah melakukan kesalahan sebesar ini. Ia menuduh bosnya sendiri. Bagaimana itu bisa terlihat mudah dihadapi? Drew menangkap raut ketakutan Clara. Ia pun mendekati wanita itu.
“Gery, stop! Kamu berlebihan.”
“Jangan ikut campur. Sejak kapan kamu jadi orang yang lembut? Lagipula, gara-gara dia, citraku semakin buruk di hadapan karyawanku,” gerutu Gery. Hal yang paling tidak disukai Gery adalah diremehkan oleh bawahannya sendiri.
“Tapi, dia cuma karyawan biasa. Dia bukan lawan yang sebanding denganmu,” bela Drew. Gery menggeleng cepat. Keputusannya sudah bulat.
“Aku bukan tipe orang yang akan mencabut kata-kataku kalau sudah punya keinginan.” Drew ingin menjambak rambut kakaknya itu. Sejak dulu, Gery selalu memiliki sikap yang dominan dan seenaknya sendiri. Ayah mereka bilang, itu justru merupakan kelebihan Gery. Hal itu dibuktikan dengan Gery bisa menjadi bos di usia muda.
“Nona, tenanglah. Aku akan membantumu. Aku akan menepati janjiku untuk bertanggung jawab dan memberimu ganti rugi,” kata Drew lembut. Clara serasa mati rasa. Dia hanya ingin pergi dari Spark dan menangis sejadi-jadinya.
Tetap saja, pelaku pelecehan yang Clara cari selama ini ternyata orang yang berkuasa. Clara pasti akan tetap dipermalukan lagi sebagaimana Gery melakukannya.
“Tidak perlu, Tuan. Saya bisa melakukannya sendiri,” kata Clara menepis bantuan Drew. Drew bisa memahami itu. Dia tahu Clara pasti syok dan kesal padanya. Namun, Drew menunggu Clara tenang dan membuat klarifikasi sesuai kesepakatan yang ia lakukan.
Akan tetapi, Drew bisa menyadari jika wanita cantik di depannya itu sedang tidak berkonsentrasi. Clara bolak-balik mencoret tulisannya di atas kertas kosong. Belum lagi wanita itu terisak sambil menuliskannya. Bagaimana tidak, mata elang Gery terus memelototi Clara sehingga membuat wanita itu takut. Drew berinisiatif membantu Clara menyelesaikan hukumannya.
“Nona, aku belum tahu namamu.” Tanya Drew sambil membawa kertas berisikan tulisan yang ia buat di ruangan Gery.
“Nona Clara.”
“Oh, nona Clara. Sudah, jangan menangis. Aku minta maaf karena membuatmu takut dan malu. Aku membuat ini untuk kamu bacakan di depan publik. Tenang, aku nggak akan lari dari tanggung jawab ini. Sejujurnya, aku menunggu kamu menghubungiku,” kata Drew dengan nada penuh ketenangan. Clara lebih takut dengan tatapan tajam Gery saat ini yang terus mengawasi setiap gerakannya.
“Tuan, saya tidak akan menuntut ganti rugi lagi. Saya hanya ingin Anda membebaskan saya setelah ini,” kata Clara memohon pada Drew.
“Enak aja! Saya mengalami kerugian materiil gara-gara Anda! Tapi tenang saja, dalam waktu dekat ini Anda tidak akan menginjakkan kaki ke gedung ini lagi karena Spark sedang bersih-bersih karyawan," ujar Gery angkuh.
“Gery, bukankah ini terlalu kejam?”
“Jangan ikut campur. Ini juga gara-gara kelakuanmu. Andai kamu bisa menjaga sikap, aku nggak akan melakukan ini,” sindir Gery kepada adiknya. Drew pun tak bisa apa-apa. Ini bukan ranahnya, Spark adalah perusahaan yang Gery kuasai.
Detik itu juga, Clara didampingi ajudan Gery menaiki podium di aula. Dengan tubuh yang bergetar, Clara membacakan teks klarifikasi atas kesalahpahaman yang dibuat Drew untuknya.
“Saya.. Colliana Clara, meminta maaf kepada Tuan Gery Rochstein karena telah salah paham menuduhnya sebagai pelaku pelecehan seksual terhadap saya. Pelaku pelecehan seksual itu bukan Tuan Gery Rochstein. Saya mohon maaf karena sudah menuduh dan membuat kerugian atas kejadian ini. Saya akan menanggung akibatnya karena sudah menuduh Gery Rochstein atas masalah ini,” kata Clara membacakannya dengan isakan tangis.
Sejujurnya, Drew tidak tega menyaksikan Clara menangis seperti itu. Hatinya mendadak tersentuh saat bertemu Clara. Drew menilai wanita itu tampak rapuh dan putus asa. Berbeda dengan Gery, dia tampak puas akan klarifikasi dari Clara. Kini, hidupnya sedikit tenang.
“Setelah ini, aku menunggu uang kompensasi yang akan kamu berikan padaku 3 kali lipatnya,” ujar Gery mengingatkan Clara setelah selesai mengklarifikasi di depan publik. Clara menyeka airmatanya dan mengangguk pelan.
“Iya, Tuan.”
“Nggak perlu. Bawa saja uangnya. Aku yang akan menyelesaikan ini dengan Gery. Anda bisa kembali bekerja, nona.” Drew menghadang Gery yang seperti ingin menginjak Clara.
“Drew, jangan bersikap konyol. Biarkan wanita itu...”
“Gery, urusan ini biar aku yang selesaikan.”
Clara pergi dengan keadaan berantakan. Dia tahu pasti karyawan di kantor itu semakin tidak menyukainya. Pasti akan banyak olokan terhadapnya karena sudah membuat keonaran dan sempat melibatkan karier Pak Arnold sampai jauh.
“Clara... Apa kamu baik-baik saja?” tanya Vey. Clara menggeleng, ia memeluk Vey dan menangis tersedu-sedu. Clara terlalu malu untuk mendongakkan kepalanya di hadapan orang-orang. Hanya wanita bertubuh tinggi itu saja yang memercayai Clara saat ini. Barra pun ingin memeluk Clara, namun tampaknya ia tidak bisa melakukan itu di depan umum.
*