(Warning🌶️)
Amina, gadis cantik yang adopsi oleh keluar konglomerat dari sebuah panti asuhan, dan memiliki seorang Kakak angkat bernama Stevan.
Semasa mereka kecil, Stevan selalu memberi perhatian dan kasih sayang sebagai seorang Kakak, hingga dengan berjalannya waktu mereka pun tumbuh dewasa, dan kasih sayang yang diberikan oleh Stevan membuat orang-orang sekitar merasa tak nyaman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tidak mengingat apa-apa.
...Sejak sesi hipnotis itu, hari-hari berlalu membawa keceriaan kembali bagi Amina. Tawa renyahnya kembali menggema di seluruh mansion, membuat Nyonya Elsa menarik napas lega....
...Namun, ada perubahan pada Stevan. Sejak kepulangan mereka, ia memilih untuk tinggal di apartemennya dengan alasan ingin memiliki privasi. Permintaan itu disetujui oleh Tuan Hernando dan istrinya....
🌺
🌺
🌺
...Pagi itu, seperti biasa, Amina bersiap-siap dan berdandan cantik. Dengan langkah ringan, ia menuruni anak tangga menuju meja makan....
"Pagi, Ma," sapa Amina riang, seraya duduk di kursi menanti sarapan yang akan disajikan oleh Nyonya Elsa.
"Pagi juga, sayang," sahut Nyonya Elsa dengan mata berkaca-kaca, menatap Amina penuh haru.
"Mama kenapa? Kok nangis? Apa Papa memarahi Mama?" tanya Amina dengan bingung.
"Ah, tidak apa-apa, Nak. Mama hanya bahagia melihat kamu tumbuh begitu cepat," elak Nyonya Elsa, menyembunyikan kebenarannya.
...Ia tak ingin sedikit pun membangkitkan ingatan Amina akan kejadian buruk itu. Bahkan, video yang sempat viral telah dihapus seluruhnya. Sementara itu, Lina dan teman-temannya dikeluarkan dari kampus, dan Tuan Hernando telah memberikan peringatan keras kepada seluruh siswa untuk tidak lagi membahas insiden tersebut....
"Oh... begitu," ucap Amina lega, "aku kira Papa memarahi Mama."
Tiba-tiba, suara Tuan Hernando terdengar di antara mereka, "Memangnya Papa terlihat berani memarahi ibumu yang galaknya seperti singa betina?" Ia kemudian duduk di kursinya.
"Siapa yang kau panggil singa betina?" tanya Nyonya Elsa dengan rahang mengeras.
"Lihatlah, Amina," keluh Tuan Hernando sambil menatap putrinya dengan wajah memelas, "Mama marah pada Papa."
"Mama, jangan marahi Papa," usul Amina polos, "kalau Papa sebut Mama singa betina, jewer saja telinga Papa!"
"Ide bagus, Amina!" seru Nyonya Elsa.
...Tanpa menunggu lebih lama, ia menghampiri suaminya dan menjewer telinga Tuan Hernando. Kontan, Tuan Hernando menjerit kesakitan, sementara Amina tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan itu....
...Melihat tawa riang Amina, Nyonya Elsa pun ikut tertawa bahagia. Tuan Hernando, meski masih merasakan perih di telinganya, hanya bisa pasrah. Namun, melihat kebahagiaan istri dan putri angkatnya, rasa sakit itu seolah sirna begitu saja....
"Akhirnya... kembali seperti dulu," gumam Tuan Hernando dalam hati, ikut tersenyum bahagia.
🌺
🌺
🌺
...Singkat cerita, Amina diantar sopir ke kampus. Mobil yang mereka tumpangi memasuki area kampus dan berhenti di tempat biasanya....
"Terima kasih, Pak," ujar Amina seraya membuka pintu mobil.
"AMINA!" seru Amel yang tiba-tiba berlari menghampirinya dan langsung memeluk erat Amina yang belum sepenuhnya keluar dari mobil.
"Astaga, Amel! Pelan-pelan, biarkan aku turun dulu," kata Amina terkejut dan sedikit kesulitan karena tubuh Amel menindihnya.
"Ish, kau ini! Aku kan cuma kangen," gerutu Amel sambil bangkit berdiri dan menatap Amina dengan wajah cemberut.
"Hah..." Amina menghela napas panjang, kemudian keluar dari mobil dan berdiri menghadap Amel.
"Kamu ini—"
"Sayang," tiba-tiba suara Kevin memotong ucapan Amina, muncul dari arah belakangnya.
Sontak, Amina menoleh. "Kak Kevin? Siapa yang Kakak panggil sayang?" Ia terdiam sejenak, mencoba mengingat, lalu tersenyum menggoda. "Apa jangan-jangan kalian... pacaran ya? Cieee..."
...Kevin dan Amel bertukar pandang dengan ekspresi bingung, sebelum kembali menatap Amina....
"Amina, kamu benar-benar tidak ingat apa yang terjadi?" tanya Amel dengan nada khawatir.
"Memangnya ada apa?" balas Amina, memiringkan kepalanya dengan wajah penuh kebingungan menatap Amel.
"Kamu dan Kak Kevin kan—" Amel mencoba melanjutkan.
"Ehem!" tiba-tiba Stevan berdeham, kehadirannya sontak menginterupsi.
"Kakak!" seru Amina dengan senyum merekah, ia berlari kecil menghampiri Stevan dan langsung memeluknya erat.
"Kenapa kalian belum masuk?" tanya Stevan setelah melepaskan pelukan Amina dengan lembut.
"Kakak ini kenapa sih? Apa Kakak tidak suka lagi aku peluk?" Amina mengerucutkan bibirnya, menatap Stevan dengan ekspresi kecewa.
Maafkan aku, Amina, batin Stevan berusaha tetap tenang.
"Begini maksudku—" Kevin mencoba menjelaskan situasi.
"Sudahlah!" potong Amina dengan nada kesal. "Aku mau masuk kelas. Ayo, Amel!" Tanpa menunggu jawaban, Amina meraih lengan Amel dan menariknya pergi, meninggalkan Stevan dan Kevin yang terdiam.
"Dengar, Kevin," tekan Stevan dengan nada serius, "bilang pada Amel, aku tidak ingin kalian berdua mengungkit masa lalu dan memicu ingatan buruk Amina kembali."
"Kenapa? Dia itu kekasihku," bantah Kevin dengan nada tak terima.
"Bajingan," desis Stevan penuh amarah, "kau tidak tahu sedikit pun tentang apa yang ibuku dan Amina lalui. Jadi, turuti saja perkataanku, sebelum aku membuat kalian menyesal." Stevan berbalik dengan tajam dan melangkah pergi meninggalkan Kevin yang terdiam.
...Kevin mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sejak kecil, Stevan selalu menjadi penghalang dalam hubungannya dengan Amina, dan kini ia kembali melakukan hal yang sama....
(Bersambung)