Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 15
Ruang Tamu Utama Kediaman Klan Zhu terasa hening namun penuh tekanan.
Zhu Hao duduk di kursi tuan rumah dengan punggung tegak, berusaha terlihat tenang meski hatinya bergemuruh. Di kursi tamu kehormatan, duduk Tetua Yun dari Sekte Langit Abadi. Wanita paruh baya itu menyesap tehnya dengan anggun, auranya yang lembut namun mendominasi memenuhi ruangan.
Di samping Tetua Yun, berdiri Ling Yao.
Gadis jenius itu tampak sedikit pucat. Ada perban tipis di pergelangan tangannya sisa pertarungan melawan Tian Zhu di reruntuhan. Wajah cantiknya ditekuk masam, memancarkan hawa dingin yang membuat pelayan yang menuangkan teh gemetar ketakutan.
"Patriark Zhu," Tetua Yun meletakkan cangkirnya. "Seperti yang saya katakan lima tahun lalu. Saya datang untuk menjemput putra Anda."
"Tentu, Tetua Yun. Ini kehormatan bagi klan kami," jawab Zhu Hao sopan.
Pintu ruangan terbuka. Shi Hao melangkah masuk.
Ia telah membersihkan diri sepenuhnya. Wajahnya segar, matanya jernih dan polos. Ia mengenakan jubah biru muda yang rapi, tampak seperti cendekiawan muda yang santun sangat kontras dengan sosok Tian Zhu yang brutal dan berdarah dingin beberapa jam lalu.
Shi Hao membungkuk hormat. "Salam kepada Ayah, Salam kepada Senior Yun."
Tetua Yun tersenyum ramah. "Shi Hao. Kau sudah besar. Dan kultivasimu... hm?"
Mata Tetua Yun sedikit menyipit saat memindai tubuh Shi Hao.
Shi Hao dengan sengaja menekan auranya, hanya memperlihatkan Qi Condensation Tahap 6 (naik satu tingkat dari rumor Tahap 5 agar terlihat wajar).
"Tahap 6 di usia sepuluh tahun. Fondasimu sangat kokoh. Bagus," puji Tetua Yun. "Meskipun tidak secepat Ling Yao yang sudah Tahap 9, tapi kestabilanmu jarang ditemukan."
"Terima kasih, Senior," jawab Shi Hao merendah.
Ling Yao mendengus pelan di sampingnya. "Tahap 6? Lambat. Kalau kau masuk sekte dengan level segitu, kau hanya akan jadi bulan-bulanan murid senior."
Shi Hao menoleh pada Ling Yao dan tersenyum canggung. "Kakak Ling Yao benar. Mohon bimbingannya nanti."
Dalam hati, Shi Hao tertawa jahat. 'Gadis bodoh. Kalau aku tidak menahan diri, satu jari saja cukup untuk membuatmu menangis.'
"Ling Yao, jaga sopan santunmu," tegur Tetua Yun pelan namun tegas.
Ling Yao menunduk. "Maaf, Bibi Guru. Saya hanya... sedang kesal karena kejadian di reruntuhan tadi."
"Ah, Reruntuhan?" tanya Shi Hao dengan wajah penasaran yang dibuat-buat. "Saya dengar ada keributan besar di hutan. Apa yang terjadi?"
Mata Ling Yao berkilat penuh amarah saat teringat sosok bertopeng itu.
"Seorang pencuri hina bernama Tian Zhu," desis Ling Yao, tangannya mengepal. "Dia mencuri warisan yang seharusnya milikku. Jika aku bertemu dia lagi, aku akan membekukan darahnya tetes demi tetes!"
Shi Hao menelan ludah (pura-pura takut), padahal dalam hati ia berpikir, 'Wah, seram sekali. Untung aku pakai topeng.'
Tetua Yun berdiri. "Cukup. Kita tidak punya banyak waktu. Kapal akan berangkat satu jam lagi. Shi Hao, bersiaplah. Ucapkan selamat tinggal pada orang tuamu."
Satu jam kemudian, di gerbang utama Klan Zhu.
Suasana haru menyelimuti keluarga Zhu. Lin Rou, ibu Shi Hao, memeluk putranya erat-erat sambil menangis.
"Hao'er, jaga dirimu baik-baik. Makan yang teratur. Jangan berkelahi dengan orang yang lebih kuat," isak ibunya. "Dunia kultivator itu kejam."
Shi Hao membalas pelukan ibunya. "Jangan khawatir, Bu. Aku akan baik-baik saja."
Zhu Hao menepuk bahu putranya. Matanya merah, tapi ia menahan air matanya. Sebagai seorang ayah dan prajurit, ia harus kuat.
"Pergilah, Nak. Jangan kembali sebelum namamu mengguncang dunia," ucap Zhu Hao. Ia kemudian menyerahkan sebuah kantong kain kecil. "Ini 500 Batu Roh. Tabungan ayah selama ini. Gunakan dengan bijak."
Shi Hao tertegun. 500 Batu Roh adalah jumlah yang sangat besar untuk klan kecil seperti mereka. Itu mungkin pendapatan bersih klan selama setahun.
Shi Hao menerima kantong itu dengan berat hati. Ia ingin menolak, tapi itu akan melukai harga diri ayahnya.
'Ayah, Ibu... suatu hari nanti, aku akan membalas ini sejuta kali lipat,' sumpah Shi Hao dalam hati.
Sebelum berbalik pergi, Shi Hao diam-diam menjentikkan jarinya.
Sebuah berkas cahaya emas yang tak kasat mata melesat masuk ke dalam tubuh Zhu Hao dan Lin Rou. Itu adalah Segel Perlindungan Jiwa teknik rahasia yang akan memberitahu Shi Hao jika nyawa orang tuanya terancam, sekaligus memberikan perlindungan satu kali dari serangan mematikan.
"Aku pergi!"
Shi Hao melompat naik ke atas pedang terbang raksasa milik Tetua Yun yang sudah menunggu. Ling Yao berdiri di ujung lain pedang dengan tangan bersedekap, enggan melihat ke bawah.
WUSH!
Pedang itu melesat ke angkasa, menembus awan.
Shi Hao melihat ke bawah, melihat sosok ayah dan ibunya yang semakin mengecil menjadi titik, hingga akhirnya hilang tertelan jarak.
Di atas awan, angin menderu kencang namun terhalang oleh perisai Qi yang dibuat Tetua Yun.
Shi Hao duduk bersila, memandang hamparan benua di bawah. Hutan, sungai, dan kota-kota terlihat seperti mainan.
"Kita akan menuju Pegunungan Langit Abadi di wilayah tengah Benua Timur," jelas Tetua Yun. "Perjalanan memakan waktu tiga hari."
Shi Hao mengangguk. Ia melirik Ling Yao yang sedang bermeditasi.
"Hei," panggil Shi Hao.
Ling Yao membuka satu matanya. "Apa?"
"Kudengar Sekte Langit Abadi memiliki ribuan murid. Apakah persaingannya ketat?"
"Sangat," jawab Ling Yao dingin. "Ada Murid Luar, Murid Dalam, dan Murid Inti. Dengan bakat Akar Roh Surgawi milikmu, kau mungkin langsung masuk Murid Dalam. Tapi jangan senang dulu. Di sana, bakat hanyalah tiket masuk. Kekuatan adalah hukum."
Ling Yao menatap Shi Hao tajam.
"Dan ada satu hal lagi. Zhou Ming... sepupu yang kau hajar di tambang itu... kakaknya, Zhou Feng, adalah murid elit di Sekte Langit Abadi. Dia berada di tingkat Qi Condensation Tahap 10. Dia pasti akan mencarimu untuk balas dendam."
Shi Hao mengangkat alis. "Oh? Kakak yang sayang adik ya?"
"Jangan anggap remeh. Zhou Feng memiliki dukungan dari salah satu Tetua faksi pedang. Kau akan masuk ke kandang serigala, Shi Hao."
Shi Hao tersenyum tipis. "Terima kasih peringatannya, Nona Ling."
Ling Yao memalingkan wajah, pipinya sedikit merona karena kesal. "Aku tidak memperingatkanmu! Aku hanya tidak mau kau mati konyol dan memalukan reputasi Kota Awan Putih!"
Shi Hao terkekeh.
Ia kembali menutup mata, pura-pura bermeditasi. Padahal, kesadarannya masuk ke dalam Cincin Ruang miliknya.
Di dalam sana, Pedang Bintang Jatuh melayang tenang. Dan di sampingnya, ada setetes darah merah delima yang memancarkan energi kehidupan yang mengerikan.
'Tiga hari perjalanan... Cukup untuk menyerap setetes Darah Roh Sejati ini dan menembus' batin Shi Hao.
Di ketinggian ribuan kaki, di tengah perjalanan menuju takdirnya, Shi Hao mulai berkultivasi diam-diam di bawah hidung seorang Tetua Sekte.
NEXT CHAPTER > Tiba di Sekte Langit Abadi. Kemegahan sekte, pendaftaran murid baru, dan konfrontasi pertama dengan faksi musuh (Geng Zhou Feng) saat baru menginjakkan kaki di gerbang.