____________________________
"Dar-Darian?" suaranya pelan dan nyaris tak terdengar.
"Iya, akhirnya aku bisa membalas kejahatan mu pada Nafisha, ini adalah balasan yang pantas," ucap Darian Kanny Parker.
"Kenapa?" tanyanya serak dengan wajah penuh luka.
"Kau tak pantas hidup Cassia, karena kau adalah wanita pembawa masalah untuk Nafisha," ujarnya dengan senyum sinis.
Cassia Itzel Gray, menatap sendu tunangannya itu. Dia tak pernah menyangka akan berakhir di tangan pria yang begitu dirinya cintai. Di detik-detik terakhir. Cassia masih mendengar hal menyakitkan lainnya yang membuat Cassia marah dan dendam.
"Keluarga Gray hancur karena kesalahan mu, Cassia! Aku lah yang membuat Gray bangkrut dan membuat kedua orang tuamu pergi, jadi selamat menemui mereka, Cassia! Ini balasan setimpal untuk setiap tetes air mata Nafisha," bisik Darian dengan senyum menyeringai!
DEG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjaku02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Koridor rumah sakit milik Yazeed bergema dengan dentuman suara brankar yang pecah tajam, memecah sunyi yang menyesakkan. Langkah kaki yang terburu-buru beradu irama, membawa gelombang ketegangan yang menyusup sampai ke tulang.
"Nafi, ayo sadar!" pinta Darian, wajahnya tampak khawatir melihat wajah Nafisha yang pucat pasi dengan bibir yang tertutup rapat.
"Kamu di larang masuk!" suara perawat mencegah Darian yang ingin ikut masuk kedalam ruangan itu.
“Tapi, Sus, dia...” Suara Darian tercekik di kerongkongan, terhenti seperti terperangkap dalam jurang ketidakpastian.
“Tunggu saja,” jawab suster, setelah itu suster masuk dan menutup pintu memisahkan Darian dari Nafisha, dan meninggalkan hatinya terkepung rasa takut yang membakar hingga ke dasar jiwa.
Sunyi kembali merajalela, tapi di dalam dada Darian, badai kepedihan belum juga reda.
"Darian, sedang apa kamu?" suara itu membahana, menghentikan langkah Darian seperti tersengat listrik.
Wajahnya langsung berubah menjadi pucat pasi saat matanya menangkap sosok ayah yang berdiri tidak jauh di sana, ditemani pria pemilik rumah sakit itu.
"Ayah..." panggil Darian dengan suara serak, dadanya berdebar kencang, jantungnya berdegup bagai genderang perang.
Tatapan sang ayah menancap tajam, penuh curiga dan selidik, seolah ingin membedah setiap rahasia yang coba disembunyikan.
Langkah kakinya yang dibalut sepatu kulit mahal mengkilap, bergema di koridor itu seperti dentuman petir yang menggetarkan jiwa Darian. Ia mendadak kaku, lidahnya kelu, seakan terperangkap dalam perangkap rasa bersalah.
"Kenapa kamu ada di rumah sakit? Apa Cassia sakit?" tanya Papa dengan nada berat, matanya menuntut jawaban yang jelas. Seharusnya, anaknya itu ada di sekolah saat ini.
"Bukan, Pa," jawab Darian terburu-buru, nada suaranya bergetar menahan kegelisahan.
"Lalu?" tatapan Papa semakin menajam, penuh tekanan dan kekhawatiran.
"Dengan Keluarga Nona Nafisha!" hingga suara panggilan itu membuat ketiganya menoleh.
Suara itu menggema, memanggil perhatian ketiga orang yang ada di sana.
Noah melirik Darian dengan sorot mata penuh kepahitan dan kecewa, kini semuanya jelas. Inilah alasan kenapa anaknya telah bolos sekolah di waktu yang seharusnya dijalani.
Ketegangan di balik tatapan Ayah dan Anak itu begitu terasa panas. Namun, Leon Yazeed selaku pemilik rumah sakit itu tak ingin ikut campur di antara keduanya sebab itu bukanlah ranahnya.
...****************...
Neva Cristina, perempuan asal dari Indonesia, berdiri di tengah hiruk-pikuk rumah sakit YHS sebagai perawat yang tak pernah lelah berjuang menyelamatkan nyawa.
Di balik seragam putihnya, ia adalah ibu yang penuh cinta untuk Nafisha Aurellia, sumber semangat dan alasan terbesar yang selalu membuatnya kuat melawan kelelahan dan deru dunia.
Setelah Mendengar kabar putrinya dilarikan ke rumah sakit, Neva yang saat itu sedang bertugas sebagai perawat berlari terbirit-birit menuju ruang Nafisha.
Wajahnya berubah penuh kecemasan, dadanya berdegup kencang seolah ada sesuatu yang menekan di sana. Dalam hati, dia terus menggenggam harap, “Semoga kamu baik-baik saja, Nak...”
Tanpa pikir panjang, Neva mendorong pintu ruangan itu dan melangkah masuk dengan tergesa. "Nafisha, sayang... kenapa kamu bisa sampai masuk rumah sakit?" suaranya gemetar, tak peduli ada siapa pun di sana.
Tapi yang menyambut hanyalah keheningan, Nafisha belum sadar—terpaku dalam syok yang dalam.
Di sudut ruangan, Darian mendadak bangkit, matanya berkaca-kaca melihat ibu kekasihnya datang. "Maaf, Bu... Aku juga tidak tahu pasti.
Nafisha ditemukan pingsan di kamar mandi. Kata dokter, dia mengalami syok berat," jawab Darian terbata-bata, takut mengecewakan.
Neva terhenti, tubuhnya seolah membeku. Pandangannya menukik tajam ke arah Darian. "Astaga... maaf, Nak, Ibu tidak tahu kamu ada di sini," bisiknya penuh perasaan, suara serak oleh kekhawatiran yang tak tertahankan.
Hati Neva seakan tercekik, berharap ada keajaiban yang segera datang untuk putrinya.
“Tidak apa-apa, Bu. Aku tahu Ibu pasti sangat khawatir dengan kondisi Nafisha,” sahut Darian dengan senyum lembut yang berusaha menenangkan suasana.
Neva membalas senyum itu dengan mata yang masih menyiratkan kecemasan yang dalam. “Terima kasih, Nak. Kamu begitu sigap mengantar putriku ke rumah sakit, padahal ini masih jam sekolah...” suaranya bergetar, menahan perasaan takut yang menggerogoti hatinya.
“Sama-sama, Bu. Aku juga sangat cemas, bahkan hatiku seperti direnggut saat melihat Nafisha seperti ini,” jawab Darian, suaranya berbisik penuh kepedihan.
Keduanya terdiam, menoleh ke arah Nafisha yang masih terlelap dalam keheningan yang membekukan, tanpa tanda-tanda akan terbangun.
Dalam diam itu, udara seolah menebal dengan kekhawatiran yang menggantung, membuat waktu berhenti sejenak, hanya menyisakan doa dan harapan yang begitu rapuh.
Berbeda jauh dengan ketegangan dan kecemasan yang menyelimuti rumah sakit, suasana di kamar Cassia justru dipenuhi kegembiraan yang meledak-ledak.
Baru saja pulang dari sekolah, dia duduk di tepi tempat tidur, tangannya tak henti-hentinya mengutak-atik ponsel dengan senyum kemenangan terukir di wajahnya.
Suaranya penuh semangat saat menghubungi anak buahnya, dia memberikan bonus besar dan memastikan video itu terus melejit, menggemparkan jagat maya.
Di matanya, dunia seakan miliknya sebuah takhta yang siap dia raih dengan penuh percaya diri.
"Ini baru permulaan, Nafisha. Darian," gumamnya pelan, tapi penuh api kebencian yang menggelora di dada. "Aku akan hancurkan hidup kalian lebih hancur dari serpihan kaca yang pernah kalian lemparkan ke hatiku di masa lalu." Matanya menyala, mengancam seperti badai yang siap meluluhlantakkan segalanya tanpa ampun.
Dendam yang tertanam dalam dirinya bukan sekadar api kecil, tapi kobaran api yang tak akan padam hingga balas dendamnya terbayar lunas.
...****************...
Media sosial masih saja ramai dengan adanya Sebuah akun misterius yang tiba-tiba mengunggah video syur yang menampilkan seorang wanita dan pria, tanpa jejak jelas hubungan keduanya.
Video itu meledak di jagat maya, menarik perhatian jutaan warganet dengan kecepatan luar biasa.
Di balik gemuruh pujian untuk goyangan wanita itu yang dianggap menggoda dan memikat, tersembunyi gelombang bisik-bisik nafsu dan juga kecaman pedas.
Sebagian pria terbuai, tergoda oleh sensualitas yang membara, sementara yang lain merasakan jijik dan marah, mengutuk keberanian tanpa batas yang tersaji di layar.
Di tengah hiruk-pikuk itu, satu hal pasti: video itu membakar suasana, memecah masyarakat menjadi dua kubu yang saling bertarung dalam diam.
Meski wajah pria dan wanita dalam video syur itu sengaja dibuat blur, bukan berarti mereka luput dari sorotan. Justru, rasa penasaran menusuk hati para penonton.
"@D: Gila, panas banget! Bikin darah mendidih!"
"@T: Ada yang tahu siapa wanita itu? Aku pengen banget PO!"
"@S: Ini sungguh menjijikkan..."
"@A: Jangan ditiru ya! Anak-anak dilarang keras nonton ini!"
Deretan komentar itu berhamburan, seperti bara api yang menyulut amarah sekaligus rasa ingin tahu yang membara dari warganet.
Dunia maya seakan terbelah antara mereka yang terbuai nafsu dan yang tercengang oleh kelakuan hina yang terpampang nyata.