Season 2 - Pewaris Phoenix Api Xiao Chen.
Di saat umat manusia telah berada di ambang kehancuran, Xiao Chen pun bangkit dari kematiannya dengan kekuatan yang telah mencapai ranah Setengah Dewa. Namun, kematian Fang Hao dan juga kerabat-kerabatnya dari Kekaisaran Bintang Biru, membuat Xiao Chen marah besar.
Xiao Chen pun memasuki wilayah Suci Ras Iblis, dan puncak pertarungan umat manusia melawan Ras iblis pun terjadi, mengguncang dunia.
Akankah Xiao Chen membawakan kemenangan bagi umat manusia? Ataukah umat manusia akan benar-benar tenggelam dalam kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 197
"Wha!" seteguk darah segar dimuntahkan oleh Huo Qiang'er, setelah menahan tinju asap tengkorak yang dilancarkan oleh Hun Li.
Jika Huo Qiang'er masih berada pada tingkatan ranah Kaisar Tempur, maka dapat dipastikan satu pukulan tinju itu dapat merenggut nyawanya. Bahkan di saat Huo Qiang'er menggunakan kekuatan Jiwa Baru nya, ia tak dapat benar-benar sepenuhnya menahan serangan itu, membuat Huo Qiang'er bertekuk lutut di atas tanah, sebelah tangan memegangi dadanya yang terasa sakit.
"Kuat sekali!" ucap Huo Qiang'er, ia pun meludah sekali, kemudian bangkit kembali.
Di sisi lain, Hun Li pun menerima luka yang cukup serius. Dampak benturan itu seolah-olah membuat tulang lengannya mengalami sebuah retakan. Di saat tinju kerasnya menghantam perisai mawar berapi, namun itu bukan hanya sekedar mawar biasa, tetapi wujud energi yang dihasilkan dari seorang Praktisi Ranah Jiwa Baru.
"Kau ... adalah orang ketiga yang mampu menahan serangan tinjuku!" ucap Hun Li, menggeram dingin.
Selain Jian Yu, hanya Kaisar Dewa Iblis dan Hun Yue, yang pernah menahan bahkan mematahkan serangan tinju asap tengkorak milik Hun Li. Dan saat ini, Huo Qiang'er adalah orang ketiga yang mampu melakukan itu, walaupun Huo Qiang'er harus mengalami luka dalam yang cukup serius.
Pertarungan antara sesama Praktisi Ranah Jiwa Baru tahap menengah itu benar-benar mengandalkan tingkatan kultivasi. Satu serangan yang mereka lepaskan dapat mengguncang wilayah, menggetarkan gunung.
Di bawah sinar bulan purnama, Huo Qiang'er pun mengeluarkan Tombak Darahnya, ia pun berdiri menatap Hun Li dengan tatapan yang tajam.
Angin yang berhembus cukup kencang mengibaskan rambut merah darahnya hingga berantakan. Dan saat itu Hun Li pun bangkit kembali, walaupun ia tahu bahwa tangannya seolah-olah mati rasa.
"Apa sebenarnya tujuan kalian menyerang kami 'Klan Hun'." Hun Li bertanya dengan nada yang berat. "Dan apa hubunganmu dengan Klan Luo? Tombak darah itu ... milik Pak Tua Luo Feng, kan?" tanya Hun Li, lagi.
Tetapi Huo Qiang'er tak menjawabnya dengan ucapan, melainkan menjawabnya dengan sebuah serangan menggunakan tombak darahnya.
Huo Qiang'er mendapatkan tombak darah itu dari Luo Xuan, di saat ia berlatih selama dua bulan di Kuil Aliansi Tiga Wilayah. Di mana tombak darah itu adalah senjata pusaka yang biasa digunakan oleh Pemimpin Kuil Aliansi Tiga Wilayah 'Luo Feng', tetapi di saat Huo Qiang'er berlatih di sana, Luo Feng memberikan tombak darah itu kepada Luo Xuan, ia mewariskannya kepada anaknya.
Namun, Luo Xuan merasa bahwa potensi Huo Qiang'er jauh melebihi dirinya, hingga Luo Xuan pun meminta kepada Luo Feng, agar memberikan Tombak Darah itu kepada Huo Qiang'er.
Awalnya, Luo Feng merasa tidak rela. Karena itu adalah tombak yang diturunkan dari leluhur keluarga Luo terdahulu. Tetapi jika melihat situasi umat manusia saat ini, membuat Luo Feng pun memberikannya kepada Huo Qiang'er, dan memintanya agar menjaga baik-baik dan menggunakan tombak itu untuk digunakan di jalan kebenaran.
Malam ini, tombak darah yang telah lama tertidur kembali dibangunkan oleh Huo Qiang'er, menemaninya bertarung dengan esensi elemen api yang sangat kuat.
Tombak darah yang biasanya memancarkan aroma darah dan bau amis yang pekat, kini berada di tangan Huo Qiang'er, menjadikan energi yang keluar itu bukanlah darah pekat, melainkan api yang membawakan aroma Kematian yang begitu mendalam.
Bahkan, di saat Huo Qiang'er menggunakan elemen apinya ke dalam tombak darah, api itu tidak lagi berwarna orange ataupun merah. Melainkan api itu berubah menjadi berwarna hitam, dengan api hitam yang tak pernah padam.
Saat itu, Huo Qiang'er pun terus menerus melancarkan serangan kepada Hun Li. Membuat Hun Li yang tengah merasakan kebas disebelah tangannya, menjadi sangat kerepotan dengan kecepatan Huo Qiang'er.
Setiap tombak Qiang'er di gerakan, udara tercerai berai, seperti air di atas kaca yang retak, memperlihatkan ruang kehampaan yang gelap.
"Sial! Aku seperti sedang bertarung menghadapi pemimpin Klan Luo!" gumam Hun Li sembari terus melakukan pergerakan untuk menghindari setiap serangan Huo Qiang'er yang kejam.
Namun, Huo Qiang'er tiba-tiba melompat mundur, bahkan seketika penampilan nya pun berubah. Gaun merah darahnya berubah menjadi berwarna hitam, mawar, mawar neraka yang sebelumnya berwarna merah dengan api orange yang menyala, kini berubah menjadi mawar hitam kematian.
"Pak tua Hun! Ini sudah berakhir!" ucap Huo Qiang'er dengan nada yang sangat dingin.
Huo Qiang'er pun mengangkat tombaknya, dan mawar-mawar hitam pun bermunculan dari bawah tanah, merusak permukaan tanah, lalu naik ke udara.
Bunga mawar hitam berukuran kacang polong itu tak terhitung jumlahnya. Setiap bunga berputar seperti kincir angin. Tetapi menimbulkan kekacauan yang menggetarkan bumi.
Hun Li tahu, bahwa jurus tempur milik Huo Qiang'er sangatlah kuat, ia pun kembali menggunakan seluruh kemampuannya.
"Walaupun aku harus mati, maka aku akan membawamu bersamaku ke neraka!" teriak Hun Li dengan suaranya yang lantang.