NovelToon NovelToon
Bunian Cinta Yang Hilang

Bunian Cinta Yang Hilang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Mata Batin
Popularitas:251
Nilai: 5
Nama Author: Ddie

Perjanjian Nenek Moyang 'Raga'' zaman dahulu telah membawa pemuda ' Koto Tuo ini ke alam dimensi ghaib. Ia ditakdirkan harus menikahi gadis turunan " alam roh, Bunian."

Apakah ia menerima pernikahan yang tidak lazim ini ? ataukah menolak ikatan leluhur yang akan membuat bala di keluarga besarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ddie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tuti Zubedah

Malam itu Nadira terbangun dari tidurnya dengan napas memburu. Kamar kosnya biasanya ramai oleh deru motor dan teriakan pedagang malam, tiba-tiba terasa sunyi pekat. Jam digital di samping ranjang menampilkan pukul 02.17—tengah malam tidak baik untuk terjaga kecuali untuk memaksakan shalat Tahajud.

Tapi bukan itu yang membuat bulu kuduknya meremang tapi mimpi yang baru saja menghancurkan kesadarannya.

Ia berdiri di sebuah kampung tua. Jalanan tanah merah. Rumah-rumah kayu beratap seng yang tampak lapuk dan berderit. Kabut pagi menggantung rendah, dinginnya menusuk seperti uap napas sesuatu dari dunia lain. Dan di hadapannya, sebuah jembatan bambu tua yang rapuh, seolah mengajak untuk diseberangi.

Di ujung jembatan sosok misterius dengan punggung dan rambut sangat dikenalnya.

Raga.

Ia tahu itu bahkan tanpa melihat wajahnya dan samar terdengar lembut suara seperti datang dari perut bumi.

“Kembali…”

Nadira bangkit dari atas tempat tidur, jantungnya berdebar tak karuan meraih ponselnya. Sebuah nama yang tidak pernah ia dengar, tidak pernah ia ketahui tiba-tiba tertulis di kolom pencarian.

Koto Tuo.

Ia mengerjap pelan. " Kenapa bisa sama kepikiran nama itu?”

Ia tak pernah ke Sumatra. Tak pernah sekali pun Raga menyebutkan nama kampung halamannya dengan spesifik. Ini seperti pengetahuan asing dipaksa masuk ke dalam kepalanya.

Namun jari-jarinya bergerak sendiri menelusuri gambar, peta, artikel. Semakin dalam ia menyelam, semakin dadanya sesak. Ada sensasi aneh, seutas tali tak kasat mata yang diikat di tulang rusuk dan ditarik dari suatu tempat yang jauh. Peta digital melengkung dan diam.

Tiba tiba ponsel nya berdering kuat sebuah notifikasi nomor tak dikenal masuk.

"Jangan datang."

Gadis itu tercekat, belum sempat ia menghela napas, getar kedua datang.

"Bukan untukmu."

Ponsel itu terlepas dari genggamannya, jatuh ke lantai memecah kesunyian.

Dan di tengah rasa ngeri yang membeku, sebuah kesadaran baru merayap masuk, lebih menakutkan daripada pesan misterius tersebut, 'Bukan dia yang mencari Koto Tuo tapi Koto Tuo-lah yang sedang mencari seseorang.

\=\=\=

Nadira menatap ponselnya, napas terengah dalam keheningan. Dua pesan itu masih terpampang, kata-katanya singkat dan dingin—seperti bukan dari manusia.

“Jangan datang.”

“Bukan untukmu.”

Tenggorokannya terasa kering.:Kosannya terlalu sunyi. Lampu neon di plafon berkedip pelan, meski biasanya stabil. Udara di kamar berubah dingin—bukan dari AC, tapi rembesan dari dunia lain.

“Ini mimpi atau nyata?” tangannya meraih ponsel, mengecek tanggal dan jam. Semua normal. Ia membuka kembali Google Map lokasi pencariannya berubah sendiri:

Koto Tuo — Nagari…

Tulisan itu menyala seolah di-highlight oleh tangan tak terlihat. Gadis itu terpaku. Kelopak matanya terasa berat—bukan kantuk, tapi dorongan aneh begitu kuat untuk memejamkan mata sebentar.

Dan suara itu datang lagi, lebih dekat, jelas dan berdesir kain tipis diseret di lantai kayu.

“Pulang…”

Nadira membuka matanya lebar-lebar.

“Stop. Ini cuma stres,” bisiknya, memijit pelipis. “Atau… sesuatu terjadi dengan laki laki itu ?"

Ia bangkit berjalan ke cermin kecil di dekat lemari. Wajahnya pucat, rambut berantakan, mata merah, tapi bukan itu yang membuatnya merinding. Di belakang pantulan dirinya, di sudut kamar, ada gumpalan kabut tipis yang diam berdiri, sudut itu kosong siluet mengawasi.

Nadira memejam lalu membuka matanya kembali dan kabut itu hilang secara tiba tiba . Ia terjatuh duduk di lantai, tubuhnya lemas.

“Aku mesti mencari Raga,” gumamnya serak. “Kalau enggak… aku bisa gila sendiri.”

Ponselnya masih tergeletak, pesannya belum hilang. Dan kini ada pesan ketiganya:

“Belum waktunya.”

Di luar jendela, Nadira merasa ada sesuatu yang lewat seperti bayangan mundur di balik tirai. Ini bukan mimpi, bukan pula halusinasi. Koto Tuo telah membuka pintunya, .Dan entah mengapa ia terseret masuk tanpa bisa menolak.

\=\=\=

Pagi itu kantor masih sepi ketika Nadira datang. Matanya sembab, wajahnya pucat, dan tangannya gemetar ketika menempelkan kartu akses di pintu.

Ia tidak tahu harus dengan siapa lagi bertanya, Tapi satu-satunya orang yang juga mengalam hal hal aneh dan tidak wajar hanyalah… Bram.

Dan mau tak mau, Nadira butuh jawaban mencarinya.

Ruang kerja Pak Bram terbuka sedikit. Dari celah pintu, terdengar suara laki-laki itu bergumam sambil menepuk-nepuk pipinya sendiri.

“Bram… Bram… lu harus waras, itu bukan kaki orang tapi kaki meja, dengar Bram, jangan semua lu anggap seperti hantu.

Tok..tok

Pintu nya diketuk dua kali, laki laki melonjak bagaikan kucing kena petasan, tubuhnya menegang, “Hah!? Si—siapa itu?!”

“Pak… saya Nadira.”

Ia menghela napas lega, dengan buru-buru merapikan kemeja salah masuk kancing, syukur deh, masa' kunti datang pagi pagi minta sarapan, “Oh, N-na—Nadira. Ada apa?”

“Pak, saya harus cerita sesuatu. Dan… mungkin Bapak juga harus jujur."

Bram terkaget kaget di todong begitu

“Duduk,dulu Nad, jangan kaya tiang listrik berdiri, Ada masalah apa?"

"Mohon maaf pak mengganggu pagi pagi"

" Oh tidak apa apa, Nad, Bapak juga lagi santai."

" Pak..."

" Ia..ada apa ?"

" Pak..."

" Apa sih kamu, pak ..pak ..mau minta jajan " Bram terlihat jengkel menatap wajahnya.

" Saya ..seperti ada yang mengikuti, " Nadira tidak tahan lagi, air matanya hampir jatuh menahan rasa

" Mengikuti ?" Bram tersentak, " kamu ada yang naksir ? Duh Tuhan Nad...jangan sampai deh, gak kamu pikirkan perasaan Bapak."

Nadira nyengir masam, tampang sedihnya berubah menjadi blo' on, kedatangan nya cuma bahan godaan laki laki tambun ini."

“Ada yang kirim pesan, Pak… tengah malam. Nomor tak dikenal."

Roman wajah Bram berubah menjadi rasa penasaran, "Lalu apa katanya?"

" Jangan datang, bukan untukmu.”

Laki laki itu tercekat, menutup wajah dengan kedua tangannya " B...apak juga....Nadira..mendapatkan pesan seperti kamu."

“Astagaa… sama beneran pak ?'

" Ia sumpah benaran."

Nadira menahan diri untuk tidak kepo, pria ini sulit ditebak cara berpikir nya, kadang benar kadang ngawur dan lebih banyak errornya." Cukup saya saja pak, bapak jangan ikut ikutan kena musibah."

" Bapak dua hari lalu mendapat kan Wa dari orang yang tidak di kenal, bapak sendiri heran tumben ada wa nyasar, biasanya tagihan kartu kredit."

" Lalu ?"

" Mereka mengatakan, cukup Bram, Tuti itu janda anak 6, tidak cocok untuk mu.

' Astaga?' Nadira mengucap didalam hati, punya Bos gak nyambung, pengen rasanya melempar jidatnya pakai latop " Bukan itu pak, ia menegakkan tubuhnya mulutnya membuka lebar ingin menelan Bram hidup hidup, " Ada bayangan putih, Wa dan Email misteri masuk, seperti memberi tahu."

Bram mengernyit, membuka ponselnya , menunjukkan pesan, " Coba kamu baca pesan ini baik baik Nad, ' jangan datang lagi untuk ku, Bram, dan Aku bukan untuk mu lagi,

salam Tuti zubedah, kampung rawa belong

" Bapaaaaak..."

1
ayi🐣
semangat thor ayo lanjut/Awkward//Scream/
Ddie
Dapat kah cinta menyatu dalam wujud dimensi Roh ? Bagaimana dalam kehidupan sehari-hari? Novel ini mencoba mengangkat dimensi ' Bunian' jiwa yang tersimpan dalam batas nalar, '
Rakka
Hebat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!