NovelToon NovelToon
AWAN MERAH

AWAN MERAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:24
Nilai: 5
Nama Author: yotwoattack.

Seorang pemuda tampan yang katanya paling sempurna, berkharisma, unggul dalam segala bidang, dan yang tanpa celah, diam-diam menyimpan sebuah rahasia besar dibalik indahnya.

Sinan bingung. Entah sejak kapan ia mulai terbiasa akan mimpi aneh yang terus menerus hadir. Datang dan melekat pada dirinya. Tetapi lama-kelamaan pertanyaan yang mengudara juga semakin menumpuk. "Mengapa mimpi ini ada." "Mengapa mimpi ini selalu hadir." "Mengapa mimpi ini datang tanpa akhir."

Namun dari banyaknya pertanyaan, ada satu yang paling dominan. Dan yang terus tertanam di benak. "Gadis misterius itu.. siapa."

Suatu pertanyaan yang ia pikir hanya akan berakhir sama. Tetapi kenyataan berkata lain, karena rupanya gadis misterius itu benar-benar ada. Malahan seolah dengan sengaja melemparkan dirinya pada Sinan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A M BAB 06 - hadiah perkenalan.

"Bagus."

Anggukan dari si gadis datar langsung memicu terciptanya tarikan pada sudut bibir Sinan. Sembari mengangkat dagu penuh bangga sembari pemuda tampan itu mengamati bagaimana Dinya memainkan benda lembut di tangannya. Suatu benda yang barusaja ia beri kepada gadis itu.

Srek.

Sorot kagum namun alis yang terangkat curiga setelahnya itu tak ayal membuat Sinan terkekeh sembari dengan begitu enteng ia mengambil kursi. Menempatkan diri agar ia dan Dinya duduk berhadap-hadapan. Sebelum mengamati gadis itu lagi.

Ini baru hari kedua mereka saling mengenal. Namun pihak lelaki yang excited sendirinya begitu terang-terangan dengan tanpa urat malu sudah memberikan boneka manis hasil buatan sendiri pada pihak lainnya. Setelah semalaman mengorbankan waktu istirahat, ia akhirnya bisa berjumpa dan memamerkan hasil karyanya itu. Beralasan bahwa boneka tersebut ialah bentuk hadiah dari pertemuan keduanya.

"Bener buat sendiri?" Kata Dinya sambil mengamati boneka beruang. Tatapan menyelidik itu kentara sekali menunjukkan bahwa ia tidak percaya. "Bagus. Rapih. Cantik juga."

Mendengar adanya pujian lanjutkan, membuat pemuda yang sudah kebablasan mengembungkan pipi dengan sekejap mata langsung berdehem lalu terkekeh. Mengambil sikap malu-malu sambil tangan besar itu terkibas hambar pada udara.

"Gak secantik kamu." Sinan membalas dengan gombalan yang sayangnya tak diberi respon. Belum menyerah, pemuda itu lantas kembali berujar. "Makin cantik kamu kalau poninya di belah gitu. Hiasan-hiasan ngebuka poni cocok banget di kamu."

Sampai beberapa saat kemudian. Sifat sadar diri perlahan tumbuh. Ia yang tahu bahwa tiada lagi peluangnya untuk mendapat sahutan hanya bertopang dagu sembari mengamati gadis itu. Bagaimana Dinya memainkan boneka di tangannya dan bagaimana sudut dari bibir mungil berisi itu sedikit tertarik lalu datar lagi. Entah mengapa seolah memberi sinyal aneh pada pihak pengamat.

"Dinya," kata Sinan. Sambil sorotnya yang berkabut terus mengabadikan wujud gadis di depan. "Boleh gigit gak?"

Seketika Dinya dibuat terbatuk. Yang hal itu langsung membuat pelaku sadar bahwa ia barusaja berhasil membuat reaksi kecil darinya tercipta tak ayal langsung terkekeh. Senyum Sinan masih tak luntur ketika tangan besar itu terparkir dengan begitu nakal kedepan dagu. Menatap Dinya penuh mengoda.

"Astaga~ kenapa batuk?"

Segera Dinya meliriknya tajam. Merasa nada dan raut yang pemuda nakal itu tunjukan sebegitu membuat geram. Sementara Sinan hanya membalas tatapan dari sepasang netra bulat yang perlahan menyipit lalu membuang pandangan ke arah samping. Lucu.

Srak.

Sambil menghirup nafas dalam-dalam sambil tangan pemuda itu parkir ke depan wajah. Menutup area hidung sampai mata dan hanya menyisakan seringai geli itu saja yang terlihat. Sinan terdiam dalam posisi itu dalam kurun waktu yang cukup lama. Jujur, wajah tupai imajiner entah kenapa malah terlintas. Sialnya wajah si tupai tampak begitu mirip dengan si gadis berpipi bakpao di depannya. Begitu lucu sampai sulit bagi Sinan gejolak tawa.

Punggung lebar milik si pemuda sampai dibuat bergetar. Sebelum dengan pasrah menjatuhkan wajahnya sendiri pada tumpukan tangan di atas meja. Lalu kerikikan sendiri disana.

"Sinan udah." Dinya tampak muak. Apa-apaan pemuda yang tiba-tiba tertawa sendiri itu. Gila apa sinting. "Liat sekitaran lo."

Yang ditegur tak mengindahkan. Malah kekehan seraknya terdengar lebih renyah dan menganggu. Mati-matian berusaha mengontrol ledakan gemas pada gadis yang sudah gelisah sendiri di kursinya.

"Semua orang lagi ngeliatin."

Akhirnya Sinan mengangkat pandangan sambil mengigit bibirnya. Bersandar dan melipat tangan di depan dada lalu menatap santai pada tupai gembul. Maksudnya Dinya. Astaga.

"Kenapa kalau ngeliatin," katanya. "Orang aku artis."

Mendengar penuturan santai penuh percaya diri itu langsung membuat alis Dinya menukik. Gadis itu merinding bahkan merasa jijik sementara pelaku hanya terkekeh. Sinan kembali menganggumi betapa pandai Dinya dalam membuatnya gemas sendiri. Membuatnya jadi gigit bibir lagi.

"Wah." Tiba-tiba suara seseorang yang ikut nimbrung menyapa telinga. Dia adalah Bianca. "Santai banget lo daritadi, Nan. Kayak gak terjadi apa-apa aja."

Sinan tak merespon. Bahkan ketika Bianca berjalan mendekat dan berdiri di depan meja, yaitu ditengah-tengah antara dirinya dan Dinya. Ia hanya diam. Juga tak repot-repot melirik karena sejujurnya ia masih marah dengan kejadian kemarin.

"Ternyata bener apa yang gue bilang kemaren," Bianca malah mengungkit yang itu malah membuat kekesalan si pemuda jadi makin kentara. Bahkan tak tanggung-tanggung pula Bianca berujar sarkas sembari melirik Dinya tajam. Hebat. "Bahwa lo udah kemakan muka polos nih cewe."

"Apasih Ca!" Valerie lekas menghampiri. Langkahnya tergesa-gesa karena tahu apa yang akan terjadi dari guratan nadi teman temperamennya itu. "Aelah tai, kita nih masih di sekolah gila!"

Sembari meja paling pojok dikelas terlibat perdebatan sepihak. Banyaknya murid yang memang telah berhadir disana termasuk gerombolan Mike, Parel, Lolita, dan yang lainnya hanya menonton. Tampak mereka sedang memperhatikan apa yang terjadi. Menyaksikan setiap gerak-gerik Bianca, seolah menanti apa yang ingin dilakukan gadis itu. Sama sekali tiada yang menyadari bahwa pemuda yang dikenal ramah dan polos oleh mereka sedang menggertak gigi. Kesal dengan perbuatan Bianca yang mengganggu kegiatannya dan sang gadis.

Srek.

"Bawa dia, Vall." Kata Sinan pada Valerie. Satu-satunya langkah dingin yang bisa ia ambil. Sebelum melirik dan mendapati ketiadaan dari perubahan raut pada wajah Dinya yang masih setia datar dan seolah tak terganggu. "Lagi males gua. Lo bedua pada cabut sana."

"Okey! Sekarang si polos udah mulai main jauh-jauhan, geng." Suara serak milik Max tiba-tiba mengudara. Membuat perhatian para murid di kelas menjadi teralihkan pada pemuda itu. "Setelah kemaren sok-sokan maen gampar, sekarang dia mau ngejauhin kita katanya."

Seketika. Seisi kelas menjadi ribut. Banyak yang kelepasan berujar bahwasanya mereka tidak percaya dan menyangka bahwa apa yang Max katakan adalah benar. Namun dari bekas lebam pada area bawah bibir pemuda itu, mereka jadi dibuat tak berkutik.

"Gila-gilaan ngebelain cewe yang baru dikenal satu hari. Kalau modelan nya kayak Bianca mah gak apa-apa, ini.. pfftt.." Max berdiri. Menyodorkan seringai mengejeknya pada Sinan yang kesabarannya begitu di uji. "Muka gak seberapa, badan rata depan belaka-"

"Gausah bacot. Tonjokan kemaren kurang?" Sahut Sinan yang secara otomatis langsung mengkonfirmasi ketidakpercayaan para murid. Lalu sambil melirik Bianca dan Max sambil nada tidak sukanya terdengar jelas. Begitu kentara menunjukan perasaan muak dan tidak berminat. "Masalah kalian itu sebenernya apa coba?"

Brak.

Sosok yang dikenal lembut kembali menunjukkan sisi lainnya dengan membanting meja. Dengan nafas memburuh Sinan bangkit dari kursi. Berdecak kencang lalu mengulurkan tangan untuk menarik Dinya dan membawa gadis itu angkat kaki dari sana. Meninggalkan kelas yang suasananya kian tidak kondusif.

Tap..

Tap..

Diperjalanan, seseorang yang dilanda kesal sama sekali tidak menyadari seberapa besar langkah yang dia ambil. Hingga beberapa saat kemudian baru tiba-tiba pemuda itu berhenti berjalan sambil menepuk jidat. Bisa-bisanya Sinan lupa.

"Hehehehe~" Sinan terkekeh renyah yang sebenarnya itu tidak perlu. Gadis yang sejak awal berjalan di udara akan semakin kesal jika ia melakukannya. Dan sesuai tebakan, raut muak itu ditodongkan yang itu entah membuatnya harus merasa bersalah atau malah tertawa. "Maafin, salah siapa pendek."

Dinya memutarkan bola mata ketika kakinya kembali menapak lantai. Ia sempat memberi sorot menghujat pada Sinan sebelum merajut langkah untuk meninggalkan pemuda itu. Yang tentunya si pemuda tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi. Terbukti dari Sinan yang secara santai mengekori langkah gadis itu dari belakang.

"Dinya, kenapa."

"Kenapa."

"Kenapa.."

"Kenapa sih.."

"Kenapa kenapa kenapa kenapa kenapa."

Langkah sekaligus ocehan yang pihak lelaki udarakan secara otomatis terhenti bersamaan dengan berhentinya langkah gadis di depannya. Sinan menunduk hampir berniat melayangkan tatapan bingung namun ketika ia menyadari fakta bahwa mereka sedang berhenti di samping jendela, segera pemuda itu tersadar akan sesuatu.

Greb.

Perasaan tidak mengenakan yang datang menciptakan dorongan untuk Sinan menggenggam tangan sang gadis. Bukan modus atau cari kesempatan seperti yang tadi-tadi pemuda itu lakukan, ia hanya.. entahlah.

"Kenapa daritadi aku gak disahutin." Katanya ingin mengalihkan perhatian Dinya. Namun si gadis tak bergeming. Bahkan juga tak bergerak ketika ditarik. Seolah terpaku di tempatnya. "Gak lama lagi jam olahraga, ayo."

"Ayo."

"Ayo.."

"Dinya, ayo."

Sampai beberapa saat kemudian, gadis tersebut akhirnya melemah dan membiarkan dirinya di bawa. Sinan sedikit bernafas lega namun tak ayal perasaan tidak mengenakan terus bersarang pada dada pemuda itu kendati keduanya telah berjalan bersama menyusuri lorong. Kini mereka bertukar posisi. Pihak lelaki yang mengambil bagian berjalan di dekat jendela sedangkan pihak yang lainnya hanya mengambil bagian lengan pihak lelaki.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!