Mungkin hal biasa kalo cewek cupu pacaran sama bad boy, namun kali ini kebalikanya gimana peran sicewe yang urak-urakan, suka balap liar, dan tidak mau diatur malah dia jatuh cinta dengan cowo cupu kutu buku yang anti sosial.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
akan berpisah
Pagi ini, Sera sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ujian kelulusan sebentar lagi, dan belakangan ini ia mulai lebih sering belajar bersama Gara. Meskipun sempat ada drama sebelumnya, Sera merasa bersyukur memiliki pacar seperti Gara—lelaki yang begitu sabar menghadapi dirinya. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa setelah lulus, ia akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk hubungan mereka.
Setibanya di sekolah, Sera masuk ke dalam kelas dan melihat gengnya sudah berkumpul ramai seperti biasa. Mereka mengobrol seru tentang berbagai hal hingga guru datang dan memulai pelajaran.
Saat jam istirahat tiba, mereka semua berkumpul di kantin, menikmati waktu santai sebelum kembali berhadapan dengan materi pelajaran yang melelahkan.
"Eh, guys, nanti kalian lanjutin kuliah di mana?" tanya Sera, menatap teman-temannya satu per satu.
"Belum kepikiran, sih." ujar Akram sambil menyeruput es tehnya.
"belum tau, Ser. Masih bingung." luna menimpali, mengangkat bahu.
"Hmm… gue sih kayaknya bakal satu universitas sama kakak gue." kata Asa.
Sera mengangguk, menyimak jawaban mereka dengan serius. Lalu, salah satu dari mereka bertanya balik, "Kalau lo sendiri gimana, Ser?"
Sera terdiam sejenak sebelum menjawab. "Gatau, sih. Nyokap nyuruh gue lanjut kuliah di Perancis biar tinggal bareng sama nenek, tapi… gue masih bimbang. Gue nggak mau pisah dari kalian."
latina langsung tertawa kecil. "Apaan sih, Ser? Alay banget! Meskipun nanti pisah, kita masih bisa sahabatan, kali."
"Iya, bener." Harsa dan yang lain ikut menimpali.
Sera tersenyum kecil, "Iya deh… tapi tetep aja rasanya berat."
Dalam hati, ia merasa bimbang. Selama ini, teman-temannya dan Gara selalu ada untuknya di saat ia hancur. Mereka adalah rumahnya. Tapi Sera juga sadar, dalam setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Cepat atau lambat, mereka akan berjalan di jalan masing-masing.
Saat bel pulang berbunyi, Sera bergegas menuju kelas Gara. Seperti yang sudah diduganya, lelaki itu sudah berdiri di depan kelas, menunggunya. Mereka berjalan berdampingan, tangan mereka saling menggenggam erat.
Semenjak Gara berpacaran dengan Sera, tak ada lagi yang berani membullynya. Para pembully seakan lenyap begitu saja, takut berurusan dengan Sera gadis yang dikenal jago berkelahi dan punya sifat pemarah.
Saat sudah berada di parkiran, Sera menatap Gara dan berkata, "Gara, nanti malam gue nginep di apartemen lo, ya. Males banget pulang. Di rumah ada ibu sama anaknya itu..." nada suaranya terdengar kesal.
Gara menoleh ke arahnya dan tersenyum lembut. "Iya, sayang. Boleh."
Sera tanpa ragu langsung melingkarkan tangannya di pinggang Gara, memeluknya sebentar sebelum masuk ke dalam mobil. Gara yang menyetir, sementara Sera duduk di sebelahnya, memainkan ponselnya dengan santai.
Beberapa murid yang melihat mereka di parkiran berbisik-bisik heran. Mereka masih sulit percaya kalau Gara ternyata anak orang kaya. Sebelum berpacaran dengan Sera, penampilannya begitu cupu dan sederhana, bahkan lebih sering menggunakan kendaraan umum meskipun keluarganya memiliki banyak mobil.
Tapi sekarang, dengan Sera di sisinya, semua orang mulai melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
Sebelum berpacaran dengan Sera, Gara memiliki penampilan yang polos dan sederhana, bahkan lebih sering menggunakan transportasi umum meskipun keluarganya memiliki banyak mobil.
berpacaran dengan sera membuat gara, menjadi lebih terbuka dan dikenal banyak siswa.
