Alexa tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan Angkasa-pria yang nyaris asing baginya. Bukan karena permintaan keluarga, bukan pula karena cinta, tetapi karena sebuah alasan yang tak bisa dijelaskan.
Alexa terjebak dalam kehidupan yang tak pernah ia inginkan, tapi semakin ia mencoba memahami pria itu, semakin banyak hal yang tak masuk akal dalam pernikahan mereka.
Di balik sorot mata tajam Angkasa, ada sesuatu yang tersembunyi. Sebuah kebenaran yang perlahan mulai terungkap. Saat Alexa mulai menerima takdirnya, ia menyadari bahwa pernikahan ini bukan sekadar ikatan biasa-ada janji yang harus ditepati, ada masa lalu yang belum selesai.
Namun, ketika semuanya mulai masuk akal, datanglah pilihan: bertahan dalam pernikahan yang penuh teka-teki atau melepaskan segalanya dan menghadapi konsekuensinya.
Di bawah langit yang sama, akankah hati mereka menemukan jalan untuk saling memahami? Atau pernikahan ini hanya menjadi awal da
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vin97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tersudut di Dalam Bayangan
Hari ini adalah tanggal terakhir dibulan tersebut, Alexa semakin gelisah karena tak sekalipun ia berhasil bertemu dengan Angkasa.
Sementara disisi lain, Angkasa menyadari bahwa Alexa terus berusaha menemuinya bahkan sampai hari ini.
Angkasa tidaklah begitu sibuk, ia hanya memberi banyak alasan dan membuat Alexa tak bisa bertemu dengannya.
Tak tau alasan pasti apa yang membuat Angkasa melakukan hal itu, sampai dititik dimana ia meminta Aditya untuk menghubungi Alexa.
"Hotel ?" Alexa tampak bangkit dari kursinya karena begitu terkejut dengan permintaan Aditya sekertaris dari Angkasa.
"Benar, tuan Angkasa ingin bertemu anda di Hotel milik Dewantara grup" ucapnya lagi.
"Kenapa harus hotel ? Banyak tempat di Jakarta. Kenapa harus disana ?" Alexa tentu menolak karena baginya tak perlu mereka bertemu ditempat tertutup seperti itu.
"Jika anda menolak, maka Pak Angkasa tidak akan mau bertemu" ucap Aditya.
Alexa tampak mulai bimbang, ini adalah cara agar ia bisa bertemu dengannya namun bertemu dihotel bukankah itu terlalu berlebihan.
Namun Alexa takpunya pilihan, jika dia menolak maka dia tak lagi bisa mencari tahu alasan ia diberhentikan.
--
Alexa berdiri di depan resepsionis dengan langkah ragu, wajahnya tampak bimbang. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya membuka suara.
"Bisakah Anda menghubungi kamar Bapak Angkasa?" tanyanya dengan nada pelan, hampir tak terdengar. "Tolong beri tahu dia untuk bertemu di lobi."
Resepsionis yang duduk di belakang meja menatap Alexa sejenak, kemudian mengangguk dan mulai mengetik sesuatu di komputer. Alexa menunggu dengan cemas, matanya sesekali menatap pintu yang mengarah ke lift.
Beberapa menit kemudian, resepsionis kembali menatapnya, wajahnya sedikit terkejut. "Maaf, Nona..," katanya, suara lembut namun tegas. "Saya baru saja menghubungi kamar Bapak Angkasa. Pesan yang diterima... melalui Aditya, sekretaris beliau. Beliau berkata, 'Di kamar atau tidak sama sekali.'"
Alexa terdiam sejenak, kata-kata itu menggema di telinganya. Ia merasa seperti ada yang salah, tetapi ia tak bisa berbuat banyak. Hanya ada satu pilihan yang tersisa.
Alexa kemudian mengangguk dan berjalan menuju lift.
Berhenti didepan tanpa menekan tombol dilift tersebut.
Tak lama ada penghuni yang akan menaiki lift.
Alexa mempersilahkan orang tersebut untuk masuk terlebih dahulu.
Alexa masih begitu ragu, karena jika ia sudah naik kelantai atas, ia tak bisa lagi mundur.
"Dia tidak akan melakukan apapun padaku kan ?" Batin Alexa.
Alexa kemudian mempersiapkan dirinya, resiko terburuk apapun ia harus bisa melewatinya.
Alexa kemudian menekan tombol lift itu dan naik kelantai atas.
Sesampainya dilantai 10, ia kemudian melihat sekeliling mencari kamar nomor 234.
Diujung sana, ia melihat nomor itu.
Alexa terus menelan ludahnya, ia kemudian perlahan mendekati kamar itu dan memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan itu.
Tak lama, seseorang itu membuka pintu.
Aditya mengangguk dan mempersilahkan Alexa masuk.
Alexa kemudian masuk dan Aditya hendak menutup pintu dari luar.
"Tunggu.. mau kemana ?"
"Silahkan bicara pada tuan Angkasa. Saya akan menunggu diluar" ucap Aditya lalu membuka pintu.
Alexa tak yakin apa yang dilakukan ini benar, tapi ia sudah masuk kedalam. Untuk keluar lagi mungkin tidak akan bisa.
Alexa berbalik,ia melihat ruangan itu begitu rapi. Namun Alexa tak menemukan siapapun disana. Dengan berani Alexa melangkahkan kakinya berjalan mendekati kursi tamu.
"Ku pikir kau tidak akan datang" suara berat itu terdengar oleh Alexa dan membuat ia berbalik dari sumber suara.
Tepat saat itu, Alexa ingat pria ini.
Pria ini adalah pria yang ia temui di mall, ketika Saudaranya, Nabila dituduh mencuri dompet.
"Anda ?"
"Kenapa ?" Angkasa tampak bingung ketika melihat Alexa terkejut saat melihat dirinya.
"Bukankah anda pria yang ada mall saat itu ?" Tanya Alexa.
"Ternyata ingatanmu tidak buruk juga" sindir angkasa.
"Apa ?"
Angkasa mendekati Alexa, namun segera mungkin Alexa mundur agar mereka tetap berjarak.
"Aku pikir kau tidak akan ingat denganku" ucapnya.
"Kenapa ?"
"Kenapa kau melakukan itu ? Apa karena kau masih dendam dengan apa yang terjadi kemarin ?"
"Bukankah sudah jelas bahwa saudaraku tidak bersalah. Dia tidak ada dicctv itu" ucap Alexa.
"Kau yakin ?" Tanya Angkasa.
Alexa terdiam, sejujurnya ia tau saudaranya pasti ada sangkut pautnya dengan hilangnya dompet itu.
"Dina"
Alexa tampak terkejut ketika Angkasa menyebut nama Dina, orang yang Alexa yakini ada didalam video itu.
"Wanita itu bernama Dina kan ?" Tanya Angkasa.
"Dan jika Dina.. teman dari saudaramu kan ?" Tanya Angkasa.
Hal itu semakin membuat Alexa terkejut, bagaimana angkasa bisa tau begitu detail soal ini.
Alexa tak menjawab, ia hanya diam.
"Apa yang kau mau ?"
"Aku akan melakukannya, tapi tolong ..."
"Kakakku tidak bersalah" ucap Alexa
Angkasa menghela nafas, ia lalu berbalik menghadap jendela yang tampak besar sehingga mereka bisa melihat suasana diluar gedung.
"Apa ini juga alasan kenapa kau memecat aku dari sekolah ?" Tanya Alexa mencoba mencerna setiap masalah sampai dimana ia ada ditempat ini.
Namun Angkasa tak menjawab apapun.
"Aku mohon.. biarkan aku tetap bekerja. Seluruh kerugian yang terjadi. Aku akan membayarnya" ucap Alexa memohon.
Meskipun ia tak tau apa kesalahannya,hanya hal ini yang bisa ia lakukan.
Angkasa berbalik, ia menatap Alexa yang melihat kearahnya.
"Kau .. mau melakukan apapun kan ?" Tanyanya.
Alexa menatap Angkasa seolah angkasa sedang merencakan hal buruk padanya.
Dan benar, Angkasa melangkahkan kakinya perlahan, dan membuat Alexa terus mundur hingga tak ada lagi ruang tersisa.
"Apa yang kau mau lakukan Tuan Angkasa" ucap Alexa dengan suara bergetar.
"Menikah lah denganku" ucapnya dengan suara kecil.
Alexa terkejut, permintaan itu tak pernah dibayangkan oleh Alexa akan diucapkan oleh Angkasa.
"Apa ?"
"Kau gila ! Aku tidak mau" Alexa menolak lalu mendorong Angkasa agar ia bisa pergi.
Namun Angkasa menariknya, masuk kedalam kamar dan mendorongnya hingga tersungkur ke kasur.
Angkasa tak membiarkan Alexa pergi, ia mencoba mencium tubuhnya, Alexa berusaha melepaskan diri. Berteriak berharap suara dirinya akan terdengar oleh orang luar.
Namun sayangnya teriakan itu tak akan didengar oleh siapapun, ruangan itu telah dirancang dengan kedap suara. Bahkan Aditya yang berdiri diluar pun tak mendengar apapun.
"Lepaskan aku ! Tolong !! Lepaskan aku tidak mau" teriaknya.
Tangannya ditahan dengan kuat oleh Angkasa.
Angkasa bak dirasuki iblis yang tak peduli dengan teriakan tolong oleh Alexa.
"Tuan .. lepaskan !! Aku ... Tuan ku mohon" Alexa memelas dan terus berusaha mendorong Angkasa.
"Kau... Pria jahat !!" Suara kecil itu mampu menghentikan Angkasa.
Angkasa berhenti, ia bangkit dan melihat Alexa yang berusaha menutupi tubuhnya, matanya memerah dengan suara terengah-engah, mata mereka bertemu.
"Pria jahat ?"
"Kau bilang.. aku pria jahat ?" Tanya Angkasa.
"Bagaimana denganmu .. ? Masuk kedalam kamar hotel dan bertemu dengan pria asing ?" Ucap Angkasa.
To be continued ...