NovelToon NovelToon
Pendekar Pedang Kelabu 3

Pendekar Pedang Kelabu 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Epik Petualangan
Popularitas:58.9k
Nilai: 5
Nama Author: YanYan.

Zhang Wei akhirnya memulai petualangannya di Benua Tengah, tanah asing yang penuh misteri dan kekuatan tak terduga. Tanpa sekutu dan tanpa petunjuk, ia harus bertahan di lingkungan yang lebih berbahaya dari sebelumnya.

Dengan tekad membara untuk membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan, Zhang Wei harus menghadapi musuh-musuh yang jauh lebih kuat, mengungkap rahasia yang tersembunyi di benua ini, dan melewati berbagai ujian hidup dan mati.

Di tempat di mana hukum rimba adalah segalanya, hanya mereka yang benar-benar kuat yang bisa bertahan. Akankah Zhang Wei mampu menaklukkan Benua Tengah dan mencapai puncak dunia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takdir Telah Menyimpang

Setelah ledakan ruang itu menghilang dan angin kembali menyapu lembut padang rumput yang telah hancur sebagian, Zhang Wei berdiri diam. Aura di sekeliling tubuhnya belum sepenuhnya padam, justru mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan. Energi spiritual yang mengalir di tubuhnya tampak bergerak lebih cepat dari biasanya, dan pusat kultivasinya terasa seperti mendidih perlahan, mendekati batas.

Dia menutup mata dan duduk bersila di atas tanah yang hangus, membiarkan semua yang telah ia lakukan—pertarungan, eksperimen dimensi, serta pencerahan mendalam—berputar dalam pikirannya. Semua itu bukan hanya pengalaman berharga, tetapi juga pemicu yang sempurna. Seluruh elemen telah ia kumpulkan, tinggal satu langkah kecil lagi untuk menembus batas itu.

Lian Xuhuan tidak berkata apa-apa. Ia bisa merasakan niat Zhang Wei dan memilih diam, hanya mengawasi dari dalam jiwa. Wajahnya yang tak terlihat menyiratkan senyum samar—muridnya ini benar-benar melewati batas dengan kecepatannya sendiri.

Energi mulai berkumpul di sekitar Zhang Wei, seperti tersedot ke dalam pusaran tak kasat mata. Langit di atasnya sedikit meredup, lalu bergetar halus. Bumi di bawahnya mengeluarkan suara retakan kecil. Alam merespons niatnya untuk menerobos—dan tidak menolaknya.

Tubuh Zhang Wei mulai bercahaya samar. Pusat kultivasinya membentuk pusaran sempurna, dan energi murni mulai disaring menjadi bentuk yang jauh lebih padat dan stabil. Pada saat itu juga, jalan menuju bintang lima terbuka.

Boom.

Ledakan senyap terjadi di dalam dirinya, tak terdengar di luar, tapi seluruh makhluk roh yang berada di sekitar area danau mengangkat kepala mereka dalam ketakutan. Seekor burung roh terbang menjauh dengan cepat, dan ikan-ikan di danau menyelam lebih dalam. Alam tahu—seorang ahli besar baru saja naik satu langkah lebih tinggi.

Zhang Wei membuka matanya perlahan. Aura di sekitarnya telah berubah. Lebih berat, lebih dalam, lebih matang. Semua yang menyentuhnya bisa merasakan tekanan tak terlihat, seperti dinding tak kasat mata yang membentang dari tubuhnya ke sekelilingnya.

Dia berdiri, menatap telapak tangannya sendiri yang kini mengalirkan energi lebih stabil dan tajam. "Bintang lima… akhirnya," gumamnya lirih.

Lian Xuhuan mengangguk dalam diam. Ia tahu ini hanyalah satu dari banyak langkah yang akan diambil muridnya, tapi setiap kenaikan di dunia kultivasi seperti pijakan menuju takdir besar.

Zhang Wei merapikan pakaiannya, menyimpan kembali pedang kelabunya ke punggungnya, lalu mengangkat kepala menatap arah barat daya. Kota Xiquan berada di sana—dan Pagoda Api Emas masih menunggunya.

Dengan satu langkah ringan, tubuhnya lenyap seolah tersapu angin.

Beberapa saat kemudian, siluet seorang pemuda muncul di depan gerbang luar Pagoda Api Emas. Para murid yang berjaga hampir tidak mengenalinya karena tubuhnya kini memancarkan aura tenang namun menakutkan, dan wajahnya terlihat sedikit berbeda—bukan karena bentuknya, tetapi karena ekspresinya.

Zhang Wei kembali.

Tanpa mengatakan apa pun, dia melangkah masuk ke dalam pekarangan, membiarkan sinar matahari siang menyorot wajahnya yang tampak tenang.

Saat Zhang Wei melangkah masuk ke aula utama Pagoda Api Emas, tempat itu tampak lebih sunyi dari biasanya. Tidak ada Li Hui, tidak juga para murid atau tetua lainnya. Yang berdiri di sana hanyalah seorang pria paruh baya dengan janggut tipis dan mata tajam yang bersinar seperti batu giok. Dia membungkuk ringan begitu melihat Zhang Wei.

"Selamat datang kembali, Tuan Muda Bai Chen," ucap pria itu dengan suara penuh hormat.

Zhang Wei mengangguk. "Kepala Cabang Ren Ji, hanya Anda di sini?"

Ren Ji tersenyum, sedikit kikuk namun tetap sopan. "Penatua Li Hui telah kembali ke markas utama kemarin malam. Sepertinya ada rapat penting dari pusat. Sebelum pergi, dia menitipkan ini padaku."

Ia mengeluarkan sebuah gulungan surat dari dalam jubahnya dan menyodorkannya dengan dua tangan.

Zhang Wei menerimanya, dan tanpa banyak basa-basi, ia membuka surat itu di tempat. Tulisan tangan yang tegas dan berkarakter memenuhi lembaran itu, aroma samar dupa langka tercium dari tinta yang digunakan.

"Bai Chen, datanglah ke kota Minghua esok hari. Ada hal penting yang ingin kubicarakan secara pribadi. Jangan terlambat. — Jiang Taishang."

Zhang Wei melipat kembali surat itu tanpa ekspresi, lalu menyimpannya ke dalam lengan jubahnya.

Ren Ji maju selangkah. “Kota Minghua berada sekitar 472 mil ke arah selatan dari kota ini. Jika kau menginginkannya, kami bisa meminjamkanmu binatang roh tingkat tinggi milik Pagoda. Dengan begitu, perjalananmu akan lebih cepat dan nyaman.”

Zhang Wei tersenyum tipis. "Terima kasih atas tawarannya, Kepala Cabang Ren Ji, tapi aku punya cara sendiri untuk sampai ke sana."

Ada sedikit kekaguman yang berkedip di mata Ren Ji. Dia tahu bahwa pemuda bernama Bai Chen ini bukan orang biasa. Apalagi aura yang kini melingkupi tubuhnya telah jauh lebih dalam dibandingkan sebelumnya. Diam-diam, dia merasa bersyukur karena tidak pernah meremehkannya sejak awal.

"Kalau begitu, aku tidak akan menahanmu lebih lama," ucap Ren Ji sambil membungkuk dalam.

Zhang Wei membalasnya dengan anggukan ringan, lalu berbalik dan berjalan meninggalkan aula utama. Di luar, angin siang menghembuskan daun-daun yang berguguran perlahan dari pohon-pohon giok yang tumbuh di pelataran. Ia menatap langit biru yang bersih sejenak, kemudian mengangkat tangannya.

Dalam sekejap, udara di depannya retak seperti kaca, dan celah dimensi kecil terbuka.

Dia tidak butuh tunggangan, tidak perlu kendaraan terbang.

Langkahnya melintasi ruang.

Tujuannya sudah jelas: kota Minghua, tempat Jiang Taishang menunggunya. Entah apa yang akan dibicarakan kakek gila itu, tapi naluri Zhang Wei mengatakan bahwa sesuatu yang besar sedang bergerak, dan dia akan berada tepat di pusatnya.

***

Jauh di ujung timur Benua Tengah, di sebuah pegunungan yang tertutup kabut abadi dan tidak pernah dikunjungi manusia biasa, sosok berjubah hitam duduk bersila di atas batu besar yang mengambang di tengah jurang dalam. Rambutnya panjang berwarna perak pucat, dan sepasang matanya yang tertutup tampak bergetar, seolah menangkap denyut-denyut dunia yang tak terlihat oleh orang lain.

Ia membuka matanya perlahan. Dua cahaya ungu pekat menyala dari sana, membelah kabut dan memantulkan bayangan mengerikan di dinding tebing.

“Sudah dimulai…” gumamnya dengan suara rendah seperti bisikan malam. “Kekuatan yang telah lama tidur… mulai bergerak lagi.”

Ia bisa merasakan getaran yang rusak, entitas yang mengguncang titik-titik keseimbangan, dan jejak kekuatan yang seharusnya tidak ada di dunia ini.

"Takdir telah menyimpang dari jalurnya. Berkah... atau bencana?"

Sosok itu berdiri. Jubahnya melambai tertiup angin yang tak terasa. Dari kejauhan, kabut mulai berputar dan mengalir ke arahnya, membentuk simbol-simbol kuno yang menari di udara.

"Tatanan lama akan runtuh… dan bencana akan menyelimuti tanah ini. Aku harus bersiap."

1
Chrysnha Leopard
mamtap
Zacky yulianto
Luar biasa
Hs Sinaga
ceriteranya kadang tdk logis
mc yg sovereign masih menabrak kereta, hrsnya gerakan mc lebih cepat dari kereta kuda
4wied
novel ini layak dapat dukungan dari pembaca setianya, ayo dong bantu agar peringkat novel ini semakin baik dan bagus, kirimkan like juga komen, share ke teman² kalian agar ikut baca, kasih poin yang banyak dan ikhlas biar author juga makin semangat berkarya
annaza ibenk
cerita bagus, moga sampai tamat thor
annaza ibenk
ceritaseru banget
Wak Jon
⭐️👌👌👌👌👌👌👌👌👌⭐️
Wak Jon
Keren
Wak Jon
🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝
Wak Jon
👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏
rinaris$
masih menjadi misteri perjalanan Zhang Wei
rinaris$
setelah sekian lama 🤦‍♀️
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
Megi Mariska
Satu2 nya karya novel yang bikin aku speechless tanpa komentar / krisan dari season 1 sampai di Novel ini, season 3...
Season 1 masih ada sedikit kekurangan tak berarti, tapi semakin lama semakin bagus, baik alur ceritanya, karakter MC yg ga kegatelan ma cewe2 kek novel2 sebelah, semoga tetap bertahan untuk hal yang ini...
Thanks Thor... You did a great job ... And keep it up always
Vote dan secangkir kopi untuk menemani mu berkarya... Semangat selalu... Jangan hiatus yah ... Muehehehe 😁😁✌️✌️
Alur yang bagus dan Cerita yang hidup 👍👍👍
Gaaaaaas Pooooool....
lanjutkan Tor
saniscara patriawuha.
gassssss manggg zhongggg........
saniscara patriawuha.
lanjutttkannn mangg zhonggg...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!