NovelToon NovelToon
Asi Babysitter Penggoda

Asi Babysitter Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Ibu susu / Fantasi / Duda / Harem / Konflik etika
Popularitas:20.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah jujur.

Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.

Majikannya, Ardan Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.

Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.

Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.

“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”

“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”

“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Gairah naik level ++

...0o0__0o0...

...Naya menunduk sedikit, bukan karena takut—tapi karena seluruh tubuhnya masih berdenyut oleh kedekatan barusan. Kata-katanya tercekat di tenggorokan....

...Arya menurunkan tangan-nya dari wajah Naya, namun tubuh laki-laki itu tetap berada sangat dekat… terlalu dekat....

...Keberadaan Arya saja sudah cukup membuat gadis itu kehilangan fokus....

...“Kalau otak mu bisa kosong hanya karena satu ciuman,” suara Arya merendah, bergesekan di antara mereka seperti bara, “bagaimana kalau aku tidak berhenti tadi ?”...

...Naya menelan ludah. Ada bagian dari dirinya yang ingin menjawab, ingin menantang, ingin mengatakan bahwa ia tidak selemah itu. Tapi tubuhnya mengkhianati-nya—gemetar halus tapi terlihat jelas bagi Arya....

...“Tuan…” suaranya lirih, hampir tidak keluar....

...Arya memiringkan kepala'nya sedikit, menatap-nya dari jarak yang membuat napas mereka menyatu. Ada senyum kecil—bukan manis, tapi dominan, menguji....

...“Jangan memanggil ku dengan suara seperti itu, Naya.” Tangan-nya menyentuh sisi leher gadis itu, bukan menggenggam, hanya menegaskan keberadaan-nya. “Itu justru membuat ku ingin melakukan hal yang akan membuat mu makin sulit bicara.”...

...Naya menahan napas....

...Arya melanjutkan, lebih pelan, lebih terukur, seolah setiap kata sengaja di arahkan langsung ke pusat kesadaran Naya....

...“Kendalikan tangan mu. Kendalikan dirimu.” Ia menunduk sedikit, menempelkan dahinya ke kening Naya. “Atau aku yang akan mengambil alih semuanya.”...

...Naya memejamkan mata sejenak, merasakan dominasi itu menyelimuti dirinya sepenuh-nya. “Saya… saya akan berhati-hati.”...

...Arya mengangguk kecil, masih dengan jarak yang terlalu dekat. “Bagus.”...

...Tapi sebelum ia mundur, ibu jari laki-laki itu kembali menyapu bibir Naya satu kali—sengaja, perlahan, membuat gadis itu kembali menahan napas....

...“Karena kalau kamu mulai ‘nakal’ lagi…” suaranya hampir seperti ancaman yang di bungkus kelembutan, “…aku tidak akan berhenti di ciuman.”...

...Arya belum melepaskan pinggang Naya. Tubuh mereka masih menempel, hanya di pisahkan oleh sedikit ruang yang tidak pernah terasa cukup....

...Mata laki-laki itu menelusuri wajah Naya perlahan—sangat perlahan—seakan ia sedang menahan sesuatu yang jauh lebih besar dari pada sekadar keinginan sesaat....

...“Naya…” suaranya rendah, berat, dan berbahaya pelan....

...Naya mengangkat wajahnya sedikit. Tatapan-nya masih kabur oleh ciuman tadi, pipinya memerah, dan bibirnya memucat lembut seperti baru saja di rebut....

...Arya menyentuh sisi wajahnya, ibu jari mengusap dari bawah telinga hingga rahang gadis itu. Sentuhan yang tidak menyakiti—justru sebaliknya, membuat lutut Naya hampir lemas....

...“Kamu tahu,” gumam Arya, suaranya panas tapi menahan diri, “kalau kamu terus melihat ku dengan mata seperti itu… aku akan lupa bagaimana caranya berhenti.”...

...Naya menahan napas. Dadanya naik turun cepat....

...“Tuan…” ia mencoba bicara, tapi suara itu patah di tengah....

...Arya menunduk, mendekat, begitu dekat hingga bibirnya hampir menyentuh bibir Naya lagi—hanya tinggal beberapa milimeter. Tapi ia tidak menyentuh. Justru berhenti tepat sebelum melakukannya....

...Dan itu jauh lebih menyiksa....

...Naya menutup mata, menunggu, jantungnya kacau....

...Tapi Arya tertawa kecil. Rendah. Hangat. Tapi terdengar seperti seseorang yang sedang menikmati betapa genting-nya situasi itu....

...“Aku ingin melakukan banyak hal sekarang,” bisiknya tepat di tepi bibir Naya, hampir seperti sentuhan tapi tidak menyentuh. “Terlalu banyak.”...

...Naya membuka mata pelan, pupilnya membesar oleh campuran takut dan ingin....

...Arya mengusap tengkuk Naya, membawa wajah gadis itu lebih dekat ke dirinya—lalu berhenti lagi....

...“Masalahnya…” Arya berbisik, menahan napasnya sendiri, “…kalau aku mulai, aku tidak tahu apakah aku bisa berhenti setengah jalan.”...

...Naya menggigit bibir—tanpa sadar, refleks. Arya melihat itu, rahangnya mengeras, sorot matanya menggelap. Namun ia tetap mundur sedikit. Sangat sedikit....

...Hanya sampai hitungan detik… sebelum Arya mengangkat tubuh Naya ke dalam gendongan-nya. Tanpa memberi jeda, ia menyambar bibir gadis itu, membawa-nya masuk ke dalam ciuman yang langsung dalam, panas, dan penuh tuntutan. Sambil berjalan menuju kamar....

...Naya terkejut, namun kedua tangan-nya spontan melingkar di leher laki-laki itu. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar membalas ciuman Arya—bukan sekadar menerima....

...Gadis itu mencoba mengikuti ritme duda itu, dan ternyata dia bisa. Bahkan mampu mengimbangi seolah sudah terbiasa bermain di medan yang sama....

...Arya masuk ke lift masih sambil menggendong Naya, mulut mereka tetap berperang. Tak ada yang ingin menyerah. Tak ada yang ingin berhenti....

...Ting…!...

...Denting lift terbuka....

...Ciuman mereka terpaksa terhenti—bukan karena mereka ingin, tapi karena keadaan memaksa....

...Arya melangkah masuk ke kamar sang putra. Matanya tidak pernah berpaling dari wajah Naya yang memerah, nafasnya tak beraturan....

...Hening....

...Hanya ada debaran jantung dan deru napas Naya yang masih memburu. Detak jam dinding terdengar jelas, seperti irama yang menambah tegang suasana....

...Bruk…!...

...Arya meletakkan tubuh Naya di atas ranjang. Ia sempat menoleh ke arah box bayi, memastikan Karan masih terlelap....

...Tatapan mereka bertemu....

...Satu tajam dan dalam—menuntut jawaban....

...Satu lagi polos namun menggoda—mengundang bencana....

...“Tuan… Arya,” cicit Naya pelan. Tangan-nya masih melingkar di leher duda itu, erat namun tetap terkontrol. “Apa Anda akan menghukum saya karena… kelancangan saya membalas ciuman Anda ?”...

...Arya menurunkan tubuhnya perlahan, hingga dada mereka saling bersentuhan. Nafasnya mengalir tepat di bibir Naya....

...“Tentu saja,” bisiknya datar namun berbahaya. “Aku tidak pernah mengizinkan siapa pun menyentuh bagian tubuh ku tanpa persetujuan ku.”...

...Naya memanfaatkan jarak yang sangat dekat itu. Kedua kakinya perlahan melingkar ke pinggang Arya, menariknya lebih dekat....

...“Erghh…”...

...Mereka berdua sama-sama mengerang pelan, bukan karena sakit, tapi karena kedekatan itu memicu sesuatu yang sulit di abaikan....

...Arya memejamkan mata sesaat, mengumpat dalam hati ketika Naya kembali menggoda tanpa suara....

...Bagian intim tubuh mereka saling bergesekan dari balik penutup kain yang mereka pakai, namun Arya jelas bisa merasa asetnya tepat berada di depan lubang buaya milik Babysitter putranya....

...Gadis itu menyeringai kecil melihat Arya berusaha keras menahan diri—bukan dari emosi, tapi dari gairah yang memburu....

...Naya suka melihat duda berbuntut satu itu tersiksa seperti itu. Dan Arya… sangat sadar bahwa Naya tahu persis efeknya pada dirinya....

...Naya masih mengunci pinggang Arya dengan kakinya, sementara laki-laki itu menahan diri mati-matian di atas tubuhnya. ...

...Tatapan mereka saling mengiris—dua arus listrik saling bertabrakan, sama-sama ingin mendominasi, sama-sama ingin menyerah, tapi menahan....

...“Lepaskan.” Suara Arya rendah. Bukan permintaan, tapi perintah yang nyaris pecah....

...Naya justru mengencangkan kaitan kakinya, senyumnya muncul tipis—lebih berani, lebih menusuk dari sebelumnya. “Kalau saya tidak mau… bagaimana, Tuan ?”...

...Seketika suasana kamar berubah lebih gelap....

...Napas Arya terdengar kasar, tercekik oleh kendali yang goyah. ...

...Naya merasakan getaran-nya jauh sebelum dia melihat-nya....

...Arya menunduk, wajahnya hanya beberapa senti dari leher Naya. Bukan untuk mencium. Bukan untuk menyentuh. Tapi untuk menahan… dan menghukum dengan tidak memberi apa pun....

...“Naya…” suaranya serak, nyaris seperti geraman....

...Gadis itu membeku....

...Bukan karena takut—karena tatapan Arya membuat seluruh tubuhnya panas dalam hitungan detik....

...“Jangan memainkan aku.”...

...Ucapan Arya meluncur pelan, tapi dingin....

...“Kalau kau terus memancing ku… aku tidak yakin kau siap menghadapi apa yang akan terjadi.”...

...Naya menelan ludah, namun tatapannya tidak lari....

...“Kalau saya ingin menghadapi-nya ?”...

...Itu....

...Itulah kalimat yang benar-benar membuat sesuatu dalam diri Arya pecah....

...Satu tangan Arya menahan sisi kepala Naya di ranjang—keras, mengekang, tetapi tetap tidak menyakiti. Yang satunya menggenggam pinggang gadis itu, menghentikan setiap usaha geraknya....

...“Naya,” bisiknya dalam, begitu dekat hingga napasnya menyapu bibir gadis itu. “Aku tidak bermain.”...

...“Aku juga tidak,” jawab Naya lirih....

...Dan di detik itu, ada sesuatu yang lewat di mata Arya—gelap, dalam, dan berbahaya. Ia menunduk…dan berhenti tepat sebelum bibir mereka bersentuhan....

...Sangat dekat....

...Begitu dekat hingga Naya dapat merasakan panas napasnya, tetapi tidak mendapatkan apa pun....

...Siksaan paling manis sekaligus paling kejam....

...Arya tersenyum kecil—senyum yang tidak ia tunjukkan kepada siapa pun....

...Senyum yang bukan milik laki-laki baik-baik....

...“Kau ingin hukuman ?” Suaranya sangat rendah. “Baik. Kau akan mendapatkan-nya.”...

...Naya terpaku....

...Arya menegakkan tubuhnya… dan perlahan melepas kemejanya. Mengukung kembali tubuh Naya —tanpa memberi kesempatan melawan....

...“Mulai malam ini…” Arya menatap-nya dari atas, sorot matanya gelap dan berat. “kau akan memohon. Tapi aku tidak akan memberi mu pelepasan sampai aku sendiri yang menyerah.”...

...Naya terdiam. Tubuhnya panas. Kepalanya berputar....

...Arya menunduk sekali lagi, bikinnya terhenti tepat di dekat telinga gadis itu....

...“Dan percaya padaku…” suara itu seperti belati halus yang melukai manis. “kau akan merasa frustasi setiap detiknya.”...

...Arya menggerakkan tubuhnya maju mundur pelan, napasnya panas menyapu kulit Naya. Tatapan pria itu terfokus penuh, ganas, seolah sedang menaklukkan setiap inci tubuh gadis itu tanpa perlu menyentuh lebih jauh....

...Tangan Arya meremas kedua sisi dada sintal Naya, kuat namun terkendali, membuat gadis itu terperangkap sepenuh-nya di bawah bayangan-nya. ...

...Arya menunduk, membiarkan bibirnya menghisap puting-nya yang membuat Naya terperanjat halus—cukup untuk membuat lututnya lemas, namun tidak cukup untuk memberi pelepasan yang gadis itu cari....

...“Ahh… Tuan Arya…” suara Naya pecah, samar, di penuhi getaran tak berdaya....

...Arya mempercepat gerakan-nya—mengeras, menghimpit, menuntut. Setiap gerakan pria itu membuat napas Naya tersengal, tubuhnya menggeliat, dan matanya merem-melek menahan sensasi yang semakin memuncak....

...Jari Naya mencengkeram rambut Arya, bukan untuk melawan, tetapi karena tubuh-nya tak sanggup meng-handle intensitas yang menghantam-nya bertubi-tubi....

...“Tuan Arya… A—” Ucapan itu terputus....

...Arya tiba-tiba berhenti....

...Begitu saja....

...Seolah menarik seluruh dunia Naya dari bawah kakinya. Gadis itu terdiam, terengah, tubuhnya masih bergetar karena berada tepat di tepi pelepasan yang tidak jadi...

...0o0__0o0...

1
Ita rahmawati
makanya babby karan titipin dulu ke omanya biar kalian tenang dn oma nya tantrum 🤣🤣
Merey Terias
wkwkwk gagal lagi kan kalian berdua ? 🤣🤣🤣🤣 makanya nikah dulu baru main esek-esek 🤭🤭🤭
Ita rahmawati
sampe lupa kan jatah anaknya,,hampir saja 🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
ASHLAN DINENDRA
kak karyamu yang baru kenapa dihapus? cuma up 2 ditunggu malah hilang
ASHLAN DINENDRA: ditunggu kakk semangat
total 2 replies
Nuna Mochi
jangan lupa tinggalkan jejak
Yuyun Yunaas
Arya sudah berada di ujung, Naya. jadi bergeraklah 🤣🤣🤣🤣💪
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Sunarmi Yati
Gerakan tubuhmu Naya, pak duda udah pening 🤣🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
🤣🤣🤣🤣 gak tahan juga kan kau duda
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
gas Thor 🤭🤭🤭
Merey Terias
semakin bikin gregetan 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
ku nantikan kelanjutan kalian berdua, 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
mau aku bantu dorong gak kalian berdua 🤣🤣🤣🤣👍
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣💪💪💪
Nuna Mochi: asiap kak 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Sunarmi Yati
aku yang greget sama kalian berdua🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: aku juga kak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Sunarmi Yati
sikat aja 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣entar dulu ya kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: asiap kakak 🤭🤭beradik yang
total 1 replies
Sunarmi Yati
Minimal nikah dulu lah 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 masih belum kepikiran kayaknya mereka kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
masih ku pantau kalian berdua 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 jangan sampai kedip ya kak.
total 1 replies
Sunarmi Yati
meresahkan, yak kan ? duda ? 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 pastinya dong kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
kesempatan dalam kesempitan ya pak duda 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 ya dong kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!