NovelToon NovelToon
Alvaro'S Diary

Alvaro'S Diary

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:897
Nilai: 5
Nama Author: Wèizhī

Alvaro Ardiwinata adalah seorang remaja berusia 16 tahun yang terlahir dari keluarga kaya. Namun, meskipun hidup dalam kemewahan, dia merasa tidak pernah menjadi bagian dari keluarga tersebut. Dia lebih dianggap sebagai "anak pelayan" oleh kedua orangtuanya, Jhon dan Santi Ardiwinata. Setiap kesalahan, besar atau kecil, selalu berujung pada hukuman fisik. Meskipun ia berusaha menarik perhatian orang tuanya, mereka tidak peduli padanya, selalu lebih memperhatikan adiknya, Violet. Violet yang selalu mendapat kasih sayang dan perhatian lebih, tapi di balik itu ada rasa iri yang mendalam terhadap Alvaro.

Sementara itu, Alvaro berusaha menjalani hidupnya, tapi luka psikologis yang ia alami semakin mendalam. Saat ia beranjak dewasa, ia merasa semakin terasingkan. Tetapi di balik penderitaan itu, ada harapan dan usaha untuk menemukan siapa dirinya dan apakah hidup ini masih memiliki makna bagi dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wèizhī, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

Alvaro mendapat hukuman dari pihak sekolah, dan itu adalah membersihkan area sekolah selama seminggu penuh. Membersihkan sih tak masalah tapi ini hukumannya harus membersihkan satu area sekolah, yang benar saja. Bisa encok Alvaro nanti.

"Nasib...," gumam Alvaro meratapi nasibnya sembari ia memegang satu sapu ditangannya.

Alvaro mulai menyapu halaman sekolah, tampak beberapa murid menertawakannya di belakang. Alvaro mengabaikan mereka dan terus saja menyelesaikan apa yang harus diselesaikan.

Saat ia menyapu area parkiran. Xavier, Angga, Reza, Bagas, dan Hendra tampak melihatnya dari kejauhan.

"Alvaro? Kenapa dia menyapu?" Tampak Angga bertanya-tanya mengenai hal tersebut.

"Katanya dia dihukum. Tapi gatau kenapa sih. Katanya ada rumor yang beredar soal itu.," ucap Bagas menjawab pertanyaan Angga.

"Selidiki" titah Xavier

"Baik, bos" jawab Bagas, Reza, dan Hendra serempak.

Mereka bertiga pun pergi ke arah yang berbeda. Yah, karena jika sudah mendapat perintah harus segera dilakukan. Jika tidak, maka akan menerima amukan Xavier.

Xavier dan Angga berjalan mendekati Alvaro.

"Al" panggil Xavier. Sontak hal tersebut membuat Alvaro langsung menghadap dirinya.

"Lho? Bang Xavier sama bang Angga kenapa belum pulang?," tanya Alvaro. Karena saat ini sudah lewat dua puluh menit sejak bel pulang berbunyi.

"Ketiduran. Yok pulang" ajak Angga

"Gak bisa... Aku harus menyelesaikan ini...," ucap Alvaro menolak.

Xavier mengernyitkan keningnya, ia menatap tak suka pada sapu yang dipegang oleh Alvaro. Sontak Xavier langsung mengambil sapu itu dan mematahkannya menjadi beberapa bagian. Hal itu membuat Alvaro terkejut dibuatnya.

"Sekarang pulang" ucap Xavier yang langsung di angguki oleh Alvaro.

"Kuat banget..," batin Alvaro merasa kagum.

"Lho?! Terus hukumanku?!," tanya Alvaro saat ia kembali mengingat bahwa dirinya tengah dihukum. Rusaknya satu sapu bukanlah hal yang harus membuat ia berhenti kan.

"Sudahlah ayo. Biarkan saja, tak akan ada yang menentangnya. Kalaupun ada, suruh mereka menghadap kami!," ucap Angga yang penuh penekanan di akhir kalimatnya

"Baiklah. Tapi aku harus pulang ke kediaman Ardiwinata" ucap Alvaro yang mendapat tatapan tak suka dari Xavier dan Angga.

"Tak boleh!" Tegas Angga

"Aku harus pulang, bang. Kalau nggak, nanti bakal makin rumit masalahnya" ucap Alvaro lirih...

Xavier dan Angga tampak berfikir dengan keras untuk menanggapi Alvaro. Namun mereka juga masih belum memiliki hak untuk mengaturnya secara bebas.

"Huft... Baiklah, tapi kita antar" ucap Xavier yang pada akhirnya mengizinkan.

""Tapi bang-,"

"Angga!," tegas Xavier tak ingin di bantah.

"Oke. Kalau begitu ayo" ucap Angga yang pada akhirnya juga mengizinkan meski ia pribadi merasa enggan.

---

Kediaman Ardiwinata. Alvaro menghela nafasnya kasar, bersiaplah akan sesuatu yang mungkin terjadi.

Alvaro berjalan masuk ke dalam kediamanya, disana sepi dan Alvaro tiba-tiba merasa lega akan hal itu. Namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memukulnya dari belakang, membuatnya tersungkur kedepan.

PLAKKK!!!-

Suara pukulan yang renyah dan enak di dengar— maksudnya terdengar menyakitkan. Alvaro melihat siapa yang memukulnya dan ternyata itu adalah Santi, ibunya. Santi melihatnya dengan tatapan tajam, matanya tampak melotot pertanda ia marah besar.

"Dari mana saja kau?!!," tanya nya murka.

"Aku... Aku habis menginap di ru-," belum selesai dengan kalimatnya, Santi sudah berbicara lagi.

"Menginap?! Siapa yang mengizinkan mu?!!! Kemari kau!," ucapnya yang sudah dalam mood tak baik.

Santi mencengkram leher Alvaro kuat hingga membuat remaja itu kesulitan bernafas.

"Ma... Se... Sesak...," ucap Alvaro dengan kesulitan saat ia mengeluarkan kalimatnya itu.

Tapi Santi bukannya melepaskan dengan baik-baik, dia membanting putranya hingga kembali tersungkur. Alvaro langsung terbatuk-batuk dan meraup udara sebanyak yang ia bisa untuk mengatur nafasnya kembali.

"Ukhuk! Ukhukk! Ukhuk!... Hoshh... Huft..."

"Anak tak tahu diri! Ku beri kau pelajaran!" Santi menarik paksa lengan Alvaro hingga membuat remaja itu meringis kesakitan.

Santi membawa nya ke sebuah ruangan yang tampak suram. Pintu yang memiliki gembok rantai, membuat wajah Alvaro seketika menjadi pucat. Alvaro bergidik ngeri melihat ruangan itu, ia tak mau masuk kedalam.

"Tidak... Ma, aku tak mau! Aku tak mau kesana... Ku mohon... Hukuman yang lain saja... Maa..," ucap Alvaro memohon dengan tatapan matanya yang sudah mulai berkaca-kaca. Ia sungguh tak mau masuk kedalam ruangan tersebut.

"Diam!!" Santi tampak tak memedulikannya. Ia membuka gembok pada ruangan tersebut dan membanting tubuh Alvaro keras.

"MAA!!! AKU MOHON TIDAK! JANGAN DISINI... AKU TAK MAU... KELUARKAN AKU!!!" teriak Alvaro histeris saat ibunya mulai mengunci kembali pintunya.

Dor!! Dor!! Dor!!

Beberapa kali Alvaro menggedor pintunya namun tak kunjung terbuka. Tak ada pula respon yang ia dapat dari ibunya itu. Alvaro melihat ke sekelilingnya, ia merasa pusing, ia ingin muntah.

Ruangan yang ia sebisa mungkin ia jauhi. Tempat dimana dia menghabiskan waktu saat berumur 7 tahun. Dimana saat itu ia juga dihukum karena tak sengaja mendorong Violet, padahal orangnya saja tak terluka sedikitpun.

Sepele?! Ayolah guys, masa cuma itu doang yang bikin Alvaro menghindar dari ruangan itu?! Tentu tidak! Saat itu ayahnya menyayat lengan dan kakinya disana, dia juga dipasangkan rantai kaki agar tak terus memberontak. Membuat Alvaro sungguh ketakutan saat melihat ruangan tersebut.

"Hiks... Tidak... Tidak...," gumaman itu berhasil keluar dari mulut Alvaro. Sebuah air bening bak embun pagi itu keluar melewati wajahnya dan terjauh di lantai.

Alvaro duduk dengan menekuk lututnya, ia tak mau pergi terlalu jauh dari pintu. Duduk dengan menangis, memang tak membantu apapun. Tapi, apa yang bisa ia lakukan disini, tak ada apapun. Hanya ada sebuah alat untuk menyiksa saja.

---

"Apa?! Kenapa kalian tak paksa saja dia pulang kesini?!," tanya Bunda Lily marah pada kedua putra kembarnya itu.

"Tapi Bund. Kita kan belum dapet surat adopsi dia...," ucap Angga mencoba untuk menjawab sebaik mungkin.

"Assalamu'alaikum, ayah pulang." Ayah Samuel memberi salam dan memasuki kediamannya. Ia melihat sang istri yang sepertinya tengah dalam mood yang tak baik, dan kedua putranya yang sedang menundukkan kepala mereka. Sepertinya dapat ditebak apa yang terjadi disini.

"Ada apa ini?," tanya Ayah Samuel pada sang istri.

"Anak mu loh ini! Gak bawa Al pulang" jawab sang istri dengan kesal. Bahkan ia sampai tak menjawab salam dari suaminya.

"Kenapa bisa begitu?" Kini Ayah Samuel bertanya pada kedua putranya.

"Surat adopsi," jawab Xavier singkat namun dapat dipahami oleh Ayah Samuel.

"Sudah ada" ucap Ayah Samuel yang sontak membuat kedua putranya melihatnya.

"Sudah ada?! Kenapa gak ngasih tahu?," tanya Angga kesal.

"Baru dapet tadi. Tapi belum fiks. Kita harus mendapat tanda tangan Tuan Ardiwinata dan Nyonya Ardiwinata" jelas Ayah Samuel.

"Terus gimana?!," tanya Bunda Lily merasa jengah.

"Besok kita jemput dia, ya. Sekarang kita istirahat dulu" jawab Ayah Samuel yang lalu ia mendapatkan senyuman istrinya kembali

"Bener ya? Aku mau dia jadi putra bungsu ku pokoknya! Hehehe," ucap Bunda Lily merasa senang, ia sampai memeluk sang suami. Sedang anak mereka hanya menatap tak percaya

"Bang.," panggil Angga

"Ke kamar aja" ucap Xavier merespon.

Ayah dan Bunda mereka sudah mulai menunjukkan kemesraannya. Siapa yang mau melihatnya. Membuat diri tak kuasa saja, mending istirahat.

...✧✧✧✧✧...

Alvaro's Diary

Lelah...

...✧✧✧✧✧...

...End Of Chapter 10...

...✧✧✧✧✧...

1
Unknown
Halo guys. terimakasih mau nyempetin baca karya ku ini. mungkin masih banyak kurangnya dalam beberapa hal, tapi aku usahain ceritanya agar tetap seru. sekali lagi terimakasih sudah mampir. and tinggalkan jejak, oky?! ~
Hebe
Saya enggak sabar untuk membaca kelanjutannya thor!
Izuku_Uzumaki
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!