"Dia bukan adik kandungmu, Raja. Bukan... hiks... hiks..."
17 tahun lamanya, Raja menyayangi dan menjaga Rani melebihi dirinya. Namun ternyata, gadis yang sangat dia cintai itu bukan adik kandungnya.
Namun, ketika Rani pergi Raja bahkan merasa separuh hidupnya juga pergi. Raja pikir, dia telah jatuh cinta pada Rani. Bukan sebagai seorang kakak..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Tiba di Pulau Prede
"Hei, kenapa di kembalikan? aku sudah bilang pada bibi Sartika, ini depe untuk menjadikanmu pacar pura-pura ku, meski sebenarnya aku berharap kamu bisa jadi pacar beneran..." ucapan Putra terhenti, ketika Rani menatapnya dengan sangat tajam.
Putra yang di tangannya sudah membawa banyak barang yang di berikan Rani. Mendekati gadis itu dengan wajah memelas.
"Rani, bantu aku kali ini. Si tua bangka itu mau menjodohkan aku lagi, aku sudah bilang tidak mau. Tapi aku masih di paksa, bantulah aku Rani. Anggap saja mengingat hubungan baik kita selama lima tahun ini!" pinta Putra.
"Hubungan baik yang mana? kamu selalu membuat pekerjaanku semakin lama..."
"Tapi kan, aku selalu menambah bonus bibi Sartika"
Rani berdecak kesal.
"Tuan muda..."
"Rani, panggil Putra saja. Kamu mengerikan saat memanggilku seperti itu!"
"Putra, tolong jangan menyulitkan aku. Aku hanya ingin hidup tenang dan damai bersama bibi Sartika. Kamu tahu kan, aku dan kamu itu seperti langit dan bumi. Kamu adalah kebanggaan ayahmu, pewaris Neocourt Company, sedangkan aku hanya butuh perkebunan dengan gaji harian 75 ribu. Meski katamu, kamu tidak perduli semua itu. Tapi aku perduli, orang tuamu pasti perduli. Ayahmu pasti ingin wanita yang mendampingi kamu itu wanita yang baik, yang pantas untukmu. Dan itu bukan aku. Jika ayah dan ibumu marah, mereka bisa saja mengusirku dan bibi Sartika. Putra, kamu mengerti kan?" tanya Rani.
Putra tetap menatap Rani dengan sangat dalam.
"Rani, apa ada pria lain di hatimu?" tanya Putra pelan.
Rani tertegun sejenak. Mana ada pria lain di hatinya. Jika ada nama seorang pria, itu hanya Raja. Tapi Rani sudah anggap Raja kakaknya. Sejak kecil mereka bersama. Tidak mungkin ada perasaan seperti itu.
Rani menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada...."
"Ya sudah, kalau begitu coba buka hatimu untukku!" sela Putra.
Rani mendengus kesal.
"Jadi, kamu belum mengerti? aku tadi bilang apa, kamu belum paham?" tanya Rani.
"Rani, kamu jangan egois dong!"
Rani sampai melotot mendengar apa yang dikatakan Putra. Bisa-bisanya pria di depannya itu bilang dia egois.
"Kenapa melotot, nanti matamu lepas!"
Kalau saja ini film Naruto, mungkin sudah ada asap mengepul di kepala Rani.
"Lubang hidungmu melebar..."
"Aku membencimu!" pekik Rani kesal.
"Tapi aku mencintaimu, Rani"
Rani menghela nafas pelan. Kenapa dia merasa seperti sedang menganiaya Putra. Wajah pria di depannya itu begitu terlihat kasihan. Mengundang rasa iba siapapun yang melihatnya. Apalagi wajah putra itu memang baby face. Jadi, kalau putra menunjukkan wajah memelas begitu. Wajahnya memang sangat kasihanable.
"Sudahlah, tidak ada habisnya kalau seperti ini. Begini saja, aku akan bantu kamu jika memang tidak suka pada calon istrimu. Tapi tidak sebagai pacar pura-pura..."
Putra terlihat senang, dia sangat bersemangat sampai menyela ucapan Rani.
"Kalau begitu pacar sungguhan kan?" tanya putra.
"Tidak!" tegas Rani.
"Rani, apa yang kurang dariku?"
"Kalau kamu bicarakan hal itu lagi, aku bahkan tidak mau bantu kamu!" gertak Rani.
"Eh, oke! oke! kamu perhitungan sekali..."
"Apa katamu?" tanya Rani.
"Tidak Rani!" jawab Putra cepat sambil tersenyum canggung, "aku hanya bilang, kamu sangat cantik. Nanti kalau kamu sudah tidak benci pada orang kaya. Kabari aku ya!"
**
Sementara itu, setelah empat jam penerbangan. Mereka pun sampai di pulau ini. Pulau Prede.
"Panas sekali, ya ampun!" keluh Hani.
Raja hanya diam, sesekali dia melihat ponselnya. Ayahnya sudah memberikannya nomor telepon, pak Kusni. Pengurus pulau ini, dan orang yang akan menjemput mereka menuju villa tuan Shahan.
"Kakak, apa pesuruh paman Shahan itu masih lama? ini panas sekali. Aku masuk saja ke dalam ya, nanti kalau sudah datang..."
"Jaga ucapanmu! jangan katakan hal semacam itu. Tidak baik menyebut pak Kusni dengan kata itu" Raja memperingatkan adiknya.
Dan Raja, bicara seperti itu tanpa melihat ke arah Hani sama sekali.
Hani langsung bungkam. Kakaknya itu orang yang sangat sedikit bicara. Jika dia sudah bicara lebih dari satu kalimat seperti itu, artinya Raja sedang serius. Daripada membuat Raja kesal, lebih baik dia diam.
Tak lama, pak Kusni datang. Mereka pun meninggalkan bandara.
"Mohon, maaf sekali lagi tuan Raja dan nona Hani. Saya terlambat, tadi ada sedikit masalah di pabrik"
"Tak apa pak Kusni" sahut Raja.
"Terimakasih atas pengertiannya. Oh ya, tuan dan nona pasti lelah, bagaimana kalau langsung ke villa untuk beristirahat?" tanya pak Kusni.
"Tentu saja, kak Alarik ada di villa juga kan?" tanya Hani yang memang tidak senang dengan cuaca yang ada di pulau ini.
Padahal, kalau di pulau ini. Siang hari di musim panas memang seperti ini. Tapi tetap akan dingin dan sejuk di pagi dan sore hari. Bahkan akan sangat dingin di malam hari.
"Tuan muda sedang ada di perkebunan..."
"Kalau begitu ke perkebunan saja!" ucap Hani sangat bersemangat.
Selama ini dia memang hanya tahu Alarik dari foto-foto dan video yang di kirimkan oleh Frans. Dari foto saja, Hani sudah sangat tertarik. Dia yakin jika bertemu orangnya, Alarik itu pasti sangat tampan. Hani benar-benar tidak akan melepaskan Alarik. Sidah tampan, pintar dan kaya raya. Apalagi, pria itu pasti tidak akan menolak, karena ayah Hani sudah menyelamatkan ayahnya. Hani sungguh sangat yakin akan diterima oleh Alarik.
"Baik tuan, nona" kata pak Kusni dengan sangat sopan.
Beberapa waktu kemudian, pak Kusni dan supir sudah membawa Raja dan Hani ke perkebunan pulau Prede milik Frans Shahan.
"Ini dia perkebunan apel tuan Alarik, di sebelah sana ada kebun jeruk, anggur dan di ujung sana ada perkebunan nanas yang sangat luas"
Hani sangat tertarik mendengar semua yang di katakan pak Kusni. Bukankah itu artinya, calon suaminya sangat kaya.
Raja sendiri, dia tidak fokus pada apa yang dikatakan pak Kusni. Ada angin berbeda yang berhembus melewati Raja. Angin yang seolah membelainya untuk menoleh ke arah sebelah kiri. Dimana kaca jendela mobil itu terbuka.
Entah bagaimana, tangan Raja terangkat dan memegang gagang pintu. Dia menarik gagang itu dan membuka pintu mobil.
Arah pandangannya juga tertuju pada sebuah tempat. Dimana ada kerumunan para buruh perkebunan yang sedang memetik buah apel.
Para buruh yang kebanyakan memang wanita. Dan menggunakan penutup wajah dan juga topi lebar karena cuaca memang sedang panas.
Deg deg deg
Raja menyentuh dadanya, sudah lima tahun, sudah lima tahun lamanya. Dia tidak merasakan perasaan seperti ini.
"Ada apa di sana?" gumam Raja pelan, sambil mengarahkan pandangannya ke arah yang sejak tadi menarik perhatiannya.
***
Bersambung...