Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
***
Yang di tunggu tunggu akhirnya tiba. Hari ini Reza dan Amira sudah resmi bercerai. Dimana ekspresi dari keduanya sangat berbeda. Amira dengan ekspresi tenangnya, dan Reza yang terlihat sangat gusar sejak memasuki ruang persidangan tadi.
sewaktu mereka sampai di parkiran dengan tiba tiba Reza menarik tangan Amira. Merasa Mereka bukan lagi pasangan yang halal, Amira segera menghempaskan tangan Reza lalu mendorongnya.
"Wah wah wah...Ternyata sifat bar bar yang selama ini kamu sembunyikan keluar juga ya!" Ejek Reza dengan tersenyum miring.
"Bukan urusanmu!" Amira melengos lalu pergi.
"Jangan kamu kira selama ini aku tidak tau ya kalau kamu itu bukan wanita baik baik! buktinya setelah keluar dari rumah ku, muncul sudah semua sifat buruk mu itu!" Ejek Reza lagi, sambil terus mengikuti langkah Amira.
Amira menghentikan langkahnya. "Ya, dan aku bersyukur karena sudah bisa keluar dari rumah jahanam mu itu!"
"Yang kamu katai rumah jahanam itu rumah yang sudah menampung mu selama kau menjadi istriku! Dan asal tau saja, aku tidak merasa rugi sama sekali karena lebih memilih Genata dari pada perempuan miskin sepertimu!"
Amira berbalik "Ya, memang aku miskin! lalu kenapa?" Amira bersedekap dan menatap tajam lawannya "Dan ingat satu hal! aku pun tak rugi jika kau lebih memilih gundikmu itu yang memang suka menggatal! memang sudah cocok ya kalian itu! Sama sama pasangan jahanam!"
Reza yang emosi karena sudah di katai oleh Amira ingin membalasnya! Namun, di urungkan karena Amira sudah di tarik lebih dulu oleh Dina. Dina mengajak Amira segera pulang supaya tidak terus menerus meladeni omongan tak berfaedah mantan suaminya itu.
***
Di kamar, Rani duduk berhadapan dengan suaminya. Abdul menjulurkan sebuah amplop yang terlihat tebal.
"Ini gaji mas kamu yang pegang. Jangan lupa beli Ayam besok, masak dengan menu kesukaan Zahir juga kesukaanmu dan Amira. Bukankah kalian sama sama suka olahan Ayam yang di beri santan?"
Abdul bersyukur ada Amira yang menemani istrinya. Jadi, dirinya tidak terlalu kepikiran kalau nanti sang istri harus kesepian karena hanya berdua dengan Zahir.
Hari ini Abdul memang pulang ke desa. Dirinya sangat rindu dengan anak dan istrinya. Walaupun jaman sudah semakin canggih dan mereka masih bisa melakukan Videocall. Tetapi hal itu berbeda. Dengan jika kita bertemu langsung dengan orang tercinta.
Rani menganggukkan kepalanya seraya tersenyum hangat. Dirinya sangat bersyukur untuk rezeki yang di beri sang maha kuasa.
.
.
***
Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. Tidak terasa sudah dua tahun Amira berstatus sebagai janda. hari hari Amira dia lakukan dengan bekerja di toko sembako keluarga Arga. Dina yang menyuruh Amira bekerja di toko keluarga sambil membantu mbak Sum.
Amira yang memang membutuhkan pekerjaan, tidak menolak tawaran Dina. Rani pun mendukung keputusan Amira untuk bekerja. Sesekali Rani datang untuk bertemu Amira. Karena sahabatnya itu sekarang tinggal di ruangan belakang toko sembako itu.
Amira yang memilih tinggal di sana. Karena merasa tidak enak jika harus terus menerus tinggal bersama Rani yang memang sudah bersuami. Tidak ingin mengundang persepsi orang orang tentang dirinya. Jadi, dia lebih memilih tinggal di belakang toko yang dulunya di pakai untuk menaruh barang yang sudah tidak terpakai.
.
.
Arga masuk ke dalam toko sembako milik keluarganya "Amira!" yang di panggil pun menoleh "Iya mas?" sambil berjalan menghampiri. "Kamu ikut saya ke rumah Dina hari ini! Dia akan menggelar acara tujuh bulanannya besok! Kamu di minta datang olehnya!" Amira mengangguk dan berkata akan berganti baju terlebih dahulu.
di perjalanan tidak hanya Amira dan Arga ada si bungsu juga yang ikut serta.
Sesampainya mereka di tempat tujuan. Mereka sudah di sambut oleh perempuan berperut besar yang memakai gamis berwarna sage. "Lama bener kalian! Mampir di mana tadi?" bibirnya mengerucut menunjukan protesnya. "Seperti tidak tau saja dengan tabiatnya silvi!" Arga menjawab sambil melangkah masuk duluan.
Dina melotot tajam melihat adiknya yang hanya cengengesan saja dari tadi. "Kamu beli apa?" Dina yang sudah hafal langsung mencecar sang adik. "bukan aku lho kak yang jajan di jalan tadi! Tapi mbak Amira!" dirinya saja sampai heran dengan sang kakak laki lakinya itu. Tidak usah meminta pun, mas Arga seakan tau kalau mba Amira ngiler melihat pedangan cilok di pinggir jalan tadi.
"Ini kan aku belinya pakai uangnya mas Arga, jadi aku beli enam bungkus" Amira menyodorkan cilok itu ke tangan Dina juga. "Banyak amat Mir! Sampai beli enam?" siapa saja yang Amira belikan.
"Untuk aku dua! He he" Silvi memutar bola mata malas. Untuk urusan mba Amira saja, mas Arga sangat peka. Kenapa kepada adik adiknya tidak!.
Arga datang dan langsung menyodorkan tangannya meminta cilok bagiannya. "Kamu nggak kasih sambal kan punya aku?" matanya sibuk memperhatikan wajah Amira.
"Tidak mas" jawab Amira yang langsung berjalan ke arah dapur untuk mengambil mangkok. "kenapa cuma satu?" Arga melirik Amira yang menuangkan cilok beserta kuahnya ke dalam wadah mangkok tadi.
"Mas mau juga?" Amira berdiri menuju dapur setelah melihat anggukan kepala Reza.
Amira dan Arga duduk di ruang tengah. Arga memperhatikan Amira yang sibuk mengunyah dan meniup kuah ciloknya. Apakah se nikmat itu?.
"Mira!" Amira hanya berdehem menjawab panggilan Arga. "Maukah kau menikah denganku!"
ukhuk
Amira melotot, cilok bulat berukuran agak besar yang niatnya akan dia gigit, malah jatuh di telannya hidup hidup atau di telan utuh. Arga segera mengambilkan air untuk Amira dan menepuk nepuk pelan punggung atasnya.
Setelah dirinya sudah bernafas seperti sedia kala, Amira mengambil bantal sofa dan memukulkannya ke tubuh Arga, Dirinya begitu kesal! Bisa bisanya Arga mengajaknya menikah dengan ekspresi macam menahan berak! Huh...!
"Apakah mas mu ini tidak bisa bersikap romantis sekali saja!" Dina yang baru sampai ruang tengah menaikkan sebelah alisnya "Ada apa?" Amira melengos, dan saat bertatap mata dengan Arga. Amira melotot tajam "Tidak usah lah mas Arga mengajak Mira menikah! Kalau pada akhirnya macam orang tidak niat saja!" Amira berdiri dan menuju ke dapur untuk mencuci mangkuk bekas makan ciloknya.
Dina menahan tawanya, baru kali ini sang kakak diam tak berkutik oleh pukulan serta pelototan mata Amira.
sudah di duga nya kalau Amira lah orang yang bisa membuat kakanya bagai sapi yang di cucuk hidungnya.
Arga menghela nafas kasar "bagaimana cara melamar secara romantis?" Arga menyugar rambutnya ke belakang. sungguh, dirinya begitu frustasi kalau harus menghadapi Amira sekarang yang sudah sangat berbeda dengan Amira yang dulu.
Tawa Dina membahana dirinya sudah tidak kuat untuk tidak menertawakan kakaknya ini. Mood ibu hamil itu sangat baik hari ini di karenakan adanya orang tersayangnya.
Assalamualaikum sahabat semua🥰🥰🥰
Maaf ya kakak semua kalau karya ini tidak cocok di jati kalian semua...
Saya tekankan sekali lagi, kalau karya ini memang karya pertama saya. jadi, saya ingin dukungannya dari kalian semua...supaya bisa memperbaiki cara menulis saya yang mungkin kurang baik...🤗🤗🤗