NovelToon NovelToon
EGO

EGO

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Wanita Karir / Keluarga
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: si_orion

Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon adalah keempat CEO yang suka menghambur - hamburkan uang demi mendapatkan kesenangan duniawi.

Bagi mereka uang bisa membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan bahkan seorang wanita sekalipun akan bertekuk lutut di hadapan mereka berempat demi mendapatkan beberapa lembar uang.

Sampai suatu hari Maxwell yang bertemu dengan mantan calon istrinya, Daniel yang bertemu dengan dokter hewan, Edric yang bertemu dengan dokter yang bekerja di salah satu rumah sakitnya, dan Vernon yang bertemu dengan adik Maxwell yang seorang pramugari.

Harga diri keempat CEO merasa di rendahkan saat keempat wanita tersebut menolak secara terang terangan perasaan mereka.

Mau tidak mau Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon melakukan rencana licik agar wanita incaran mereka masuk ke dalam kehidupan mereka berempat.

Tanpa tahu jika keempat wanita tersebut memang sengaja mendekati dan menargetkan mereka sejak awal, dan membuat keempat CEO tersebut menjadi budak cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si_orion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 30

Maxwell seharian menghabiskan waktu bersama Zayden yang memiliki kosakata baru yang dia ucapkan dengan mulut kecilnya itu. Pricilla benar mengajarkan anaknya dengan sangat baik.

Tak bisa dipungkiri bahwa Zayden membawa dampak yang begitu besar pada Maxwell. Dia dulunya adalah pria yang abai terhadap anak kecil, bahkan dia risih ketika dititipi keponakannya. Maxwell tak mau menjalin sebuah hubungan, bahkan dia pernah berkata tak ingin menikah apalagi memilikı anak.

Namun, semenjak kehadiran Zayden, Maxwell banyak berubah. Pria yang awalnya sering bersikap dingin itu kini menjadi sosok Ayah yang hangat untuk Zayden. Dia mulai memerankan perannya sebagai Ayah yang baik dan perhatian pada anaknya. Meskipun ini adalah pengalaman pertamanya, tapi Maxwell berhasil menjadikan dirinya sebagai sosok Ayah yang sempurna untuk Zayden.

Pricilla menatap hangat dua pria itu dari meja makan. Setelah menghidangkan makan siang untuk mereka, Pricilla menghampiri anak dan kekasih? Bukan, Ayah dari anaknya itu.

"Ayo kita makan siang, makanannya sudah jadi." ucap Pricilla.

Ketiganya duduk dimeja makan, dengan Zayden yang memakan makanannya sendiri meskipun belepotan. Pricilla juga sesekali menyuapi anaknya itu.

Interaksi Pricilla dan Zayden selalu menjadi tontonan favorit untuk Maxwell akhir-akhir ini.

Dia merasa berdosa sebenarnya karena telah tinggal bersama Pricilla layaknya sepasang suami istri tapi tanpa ada ikatan jelas untuk mereka. Maxwell hanya masih merasa ragu apakah dia bisa menjadi sosok suami yang baik untuk Pricilla? Apakah dia bisa menjadi kepala keluarga yang bisa membimbing keluarganya? Meskipun dibilang sebagai anti-relationship tapi Maxwell tetaplah bisa memaknai hubungan sakral itu.

Bagi Maxwell pernikahan bukan hanya bagaimana dia memiliki Pricilla seutuhnya sebagai istri, tapi juga bagaimana dia bisa memberikan kasih sayang, perhatian, serta bimbingan yang baik untuk Pricilla dan Zayden.

"Pricilla." panggil Maxwell, dia kembali ke dapur setelah menidurkan Zayden yang ketiduran setelah makan siang.

Pricilla yang masih sibuk mencuci piring hanya menjawabnya dengan deheman. Hingga dia terenyak saat tangan besar Maxwell melingkar diperutnya.

Pricilla masih gugup akan skinship dengan Maxwell, meskipun tak bisa dipungkiri bahwa mereka sudah berulang kali berhubungan badan, tapi rasa gugup itu masih melingkupi diri Pricilla.

"Ini sudah hampir 1 bulan kita tinggal bersama."

"To the point"

"Ayo menikah.”

Pricilla membeku seketika, tangannya yang hendak mengambil piring terhenti. Otaknya sedang bekerja keras mencerna kalimat yang Maxwell ucapkan. Menikah?

Wanita itu mendengus saat tersadar. "Jangan bercanda."

"Aku tak bercanda," bantah Maxwell.

"Aku serius, ayo menikah dan bangun hubungan yang lebih baik dan bahagia bersama Zayden."

Pricilla tak menjawab, dia segera menyelesaikan cuci piringnya. Setelah selesai, Pricilla langsung melepas tangan Maxwell yang melingkari pinggangnya lalu segera pergi.

"Jangan menghindar seperti itu."

Maxwell mengikuti langkah Pricilla masuk ke dalam kamar mereka.

Pricilla tetap terdiam sambil merapikan ranjang mereka yang berantakan oleh mainan Zayden.

"Pricilla." panggil Maxwell ketika wanita itu tak menggubrisnya.

"Max, apa kau sadar dengan apa yang kau ucapkan? Menikah? Pernikahan bukan hal yang mudah." akhirnya Pricilla membuka suara.

"Aku tahu, kita bisa sama-sama belajar sambil menjalaninya." jawab Maxwell.

"Aku rasa kau akan bosan padaku sebentar lagi, jadi jangan membuatnya menjadi rumit." ujar Pricilla.

"Bosan? Kenapa kau berpikiran seperti itu? Jadi selama ini kau hanya menganggap aku sebagai partner bercinta saja?”

"Memangnya apalagi? Kau yang membawa aku kesini dan berhubungan tanpa membicarakan status kita terlebih dahulu. Kau juga yang seenaknya menyentuhku tanpa berucap apapun. Jadi, bukankah hubungan kita selama ini hanya sebatas partner bercinta saja?" jelas Pricilla menyimpan kotak mainan Zayden disudut kamar.

Maxwell meraih tangan Pricilla saat wanita itu akan pergi dari kamar mereka. "Aku tak pernah menganggapmu sebagai partner bercinta saja. Aku sudah bilang kan kalau aku membawamu dan Zayden kesini supaya kita bisa dekat dan saling belajar. Kau tahu bagaimana aku-"

"Justru karena aku tahu bagaimana dirimu aku jadi ragu dengan ucapanmu tadi. Menikah? Kau bahkan pernah tak mengakui anakmu sendiri. Bagaimana bisa kau mau menjalin hubungan yang serius." potong Pricilla.

"Itu dulu, sekarang aku sudah menerima Zayden, apalagi yang kau ragukan?"

"Dengar Max, kau sudah terbiasa dengan puluhan wanita, kau akan bosan pada-"

"Aku tak pernah bosan padamu."

"B-"

"Aku menggunakan Wanita Panggilan hanya sekali, dan tak akan pernah lagi menyentuh Wanita yang pernah aku mainkan. Sedangkan kau, aku bahkan menyentuhmu berulang kali."

"Ini bukan tentang itu, Max."

"Lalu tentang apa?”

Pricilla mendengus.

"Aku rasa kau sudah cukup dewasa untuk mengerti. Bisakah kau tak membahas masalah pernikahan lagi? Jangan menjadikan kehadiranku disini sebagai beban untukmu. Kau bebas kembali pada kebiasaanmu dan jangan pedulikan aku disini, cukup pedulikan anakmu saja."

"Apa itu karena Ray?"

Maxwell mendengus kala tahu bahwa Pricilla acap kali jalan bersama Ray. Dan Maxwell tak suka dengan itu.

"Ini tak ada hubungannya dengan dia." bantah Pricilla

"Tentu saja ada, secara tak langsung kau menolak lamaranku karena kau sudah menjalin hubungan dengan Ray.”

"Dan sepertinya kau tiba-tiba melamarku karena tahu bahwa aku dekat dengan Ray. Kau tak perlu khawatir seperti itu-"

"Pricilla Addison!"

"Namaku Pricilla Nooren!"

Maxwell terdiam menekan emosi dalam dirinya. Pricilla sangat suka sekali mendebat dia dan berakhir pada pertengkaran. Kenapa mulut seksi itu suka sekali membantah dan melawan pada Maxwell. Maxwell selama ini tak pernah dibantah dan dia tak suka ketika ada yang berani mendebatnya.

"Kau sungguh akan terus keras kepala seperti itu? Kau tak memikirkan Zayden? Dia butuh status legal dariku.”

Kini Pricilla yang terdiam. "Jangan menjadikan Zayden sebagai alat untuk kau menang."

"Tapi kenyataannya memang seperti itu."

“ Maxwell Addison dengar, pernikahan itu bukan hanya tentang hubungan dan juga rasa obsesi dan kompetitifmu. Pernikahan kita juga bukan hanya tentang masa depan Zayden. Tapi kita tak bisa menikah kalau kau saja bahkan tak mencintai aku, aku tak bisa menjalani pernikahan hanya karena sebuah keegoisan." tutur Pricilla sebelum pergi dari kamar

Maxwell kembali terdiam. Cinta? Kenapa baru terpikirkan oleh Maxwell. Apakah dia mencintai Pricilla?

Selama ini dia belajar tentang bagaimana membangun hubungan yang baik. Jika masalah cinta, bolehkah Maxwell jujur bahwa dia mulai Jatuh cinta pada Pricilla? Dia telah menjatuhkan hatinya pada dua malaikat itu, Zayden dan Pricilla. Mereka telah berhasil meruntuhkan sisi keras dalam diri Maxwell.

Namun, Maxwell masih merasakan kesemuan untuk cintanya pada Pricilla. Bahkan selama ini tak pernah sekalipun kata cinta itu keluar dari mulut Maxwell. Bukan hanya pada Pricilla, tapi 30 tahun usianya dia bahkan lupa kapan terakhir dia mengucapkan cinta selain pada mendiang Ibunya.

Cinta? Bagaimana menyatakan cinta yang baik dan benar?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!