Bu Guru, Jadi Mommy-ku!

Sudah beberapa hari sejak kejadian itu. Keira tidak pernah masuk mengajar, hal itu menimbulkan tanda tanya dalam benak Mia. Mia berusaha mencari informasi dari guru lain, tapi jawaban para guru itu malah membuatnya semakin sedih.

"Mia, sepertinya Bu Guru Keira tidak bisa lagi mengajar di sini."

Pulang sekolah Mia menangis histeris membuat gempar penghuni  rumah.

"Nona kecil." Para pelayan kebingungan karena gadis kecil itu menangis tidak kunjung berhenti, bahkan sekarang mengurung diri di kamar, tidak mengizin siapa pun masuk ke dalam kamarnya.

"Nona kecil, tolong buka pintunya." Bibi pelayan mengetuk pintu berulang kali tapi tidak ada jawaban. Semua pelayan di rumah semakin cemas dan panik.

Logan bergegas pulang setelah mendapatkan telepon dari rumah.

"Apa yang terjadi pada Mia?" tanya Logan seraya menggulung lengan kemejanya, menghampiri para pelayan yang berkumpul di depan kamar putrinya.

"Tidak tahu, Tuan. Tadi Nona kecil pulang di jemput sopir, tapi sampai rumah menangis histeris seperti ini," jelas Bibi pelayan.

Logan mengela nafas panjang, lalu meminta kepada bibi pelayan untuk mengambil kunci cadangan.

"Tuan, kamar Nona kecil 'kan tidak ada kunci cadangan," ucap bibi pelayan membuat Logan semakin panik.

"Kalau begitu panggil ahli kunci!" titahnya.

Bibi pelayan mengangguk, segera menjalankan perintah dari tuannya. Setelah lima belas menit menunggu ahli kunci tiba untuk membuka kamar Mia.

Dan akhirnya pintu kamar tersebut terbuka. Logan segera masuk ke dalam kamar putrinya. Ia melihat Mia meringkuk di atas tempat tidur sambil menangis.

"Mia, sayang, ada apa?" tanya Logan, duduk di tepian tempat tidur. "Jangan membuat Daddy dan para bibi pelayan cemas seperti ini," sambungnya.

Mia menatap ayahnya dan tangisnya semakin histeris. "Ini semua gara-gara Daddy dan Grandma!" teriak Mia di sela tangisnya.

Logan tidak mengerti akan maksud putrinya.

"Maksudmu apa? Bicara yang jelas," ucap Logan, lembut, dan sabar.

"Beberapa hari yang lalu  Grandma menjemputku dan memintaku menunggu di taman, lalu Grandma berbicara dengan Bu Guru cantik di sekolah, setelah kejadian itu Bu Guru tidak pergi mengajar sampai hari ini aku bertanya kepada Guru lain dan jawabannya adalah Bu Guru cantik sudah tidak mengajar lagi di sana. Huaaaaaaaa." Mia menceritakan semuanya sambil menangis, meskipun ucapannya tidak terlalu jelas, tapi Logan masih bisa memahaminya.

Logan terus terang sangat terkejut mendengar hal itu semua.

"Mia, mungkin Bu Guru mengambil cuti." Logan berusaha menenangkan putrinya.

Mia menggeleng keras, "tidak mungkin, Dad. Bu Guru sepertinya juga marah padaku. Saat itu aku berusaha memegang tangannya tapi Bu Guru menepis tanganku, Hu hu hu."

Logan menatap sedih putrinya lalu membawa putrinya ke dalam pelukannya.

"Daddy tolong lakukan sesuatu. Bawa kembali Bu Guru cantik." Mohon Mia di pelukan ayahnya. "Kalau Daddy tidak mau membujuk Bu Guru cantik aku tidak mau sekolah dan tidak mau makan!" ancam Mia.

"Iya, Daddy akan berusaha membujuk Bu Guru cantik," jawab Logan, seraya mengelus pucuk kepala putrinya. Dalam hati bertanya-tanya, apakah ibunya mengatakan kata-kata kasar pada Keira hingga membuat wanita itu tersinggung? Dia harus mencari tahu masalah ini.

"Janji." Mia mengacungkan jari kelingkingnya.

Logan mengangguk lalu mengaitkan jari kelingkingnya ke jari mia.

"Sudah jangan menangis lagi." Logan mengusap wajah sembab putrinya.

Mia sudah lebih tenang dari sebelumnya. Gadis kecil itu menenggelamkan wajahnya ke pelukan ayahnya sampai tertidur pulas.

Logan meletakkan putrinya ke tempat tidur dengan pelan dan hati-hati. Setelah itu, ia beranjak keluar dari kamar putrinya.

"Bi, jaga Mia, aku akan keluar sebenar ke rumah Mommy," ucap Logan.

"Baik, Tuan," jawab Bibi, lalu masuk ke dalam kamar tersebut, menjaga Nona Kecil sepenuh hati.

*

Sampai di rumah ibunya. Logan langsung mencari keberadaan Lara. "Mommy menemui Keira?" tanya Logan to the point pada ibunya yang duduk di dekat kolam renang.

Lara menoleh, menatap putranya. "Dia bercerita padamu?"

"Mia," jawab Logan.

Lara menarik nafas panjang, sambil mengangguk. "Iya, beberapa hari yang lalu aku menemuinya. Aku meminta maaf padanya atas semua yang sudah terjadi," jelas Lara.

"Mom, seharusnya Mommy berdiskusi dulu padaku. Asalkan Mommy tahu tindakan Mommy ini membuat Keira mengundurkan diri dari sekolah. Dan sekarang Mia menangis seharian karena sedih dan kehilangan Keira!"

Lara beranjak berdiri, ia sangat terkejut mendengar hal tersebut, lalu menatap kecewa pada putranya. "Haruskah Mommy berdiskusi denganmu yang sangat pengecut ini, Logan! Semua masalah ini terjadi karena kau terlalu pengecut untuk mengakui kesalahanmu!"  Lara menunjuk putranya dengan penuh emosi.

Logan memejamkan mata seraya mengusap wajahnya kasar. Ia tidak mampu berkata-kata. Logan beranjak pergi dari sana, ia tidak pulang tapi menuju apartemen Keira.