Pohon Neraka Dunia terbelah, membebaskan miliaran jiwa pendosa ke dunia para ninja. Sementara itu di gunung yang berada di bawah kekuasaan Klan Naga Badai, tetua Klan Naga Badai memilih prajurit muda untuk mewarisi gulungan Dewa Badai dan Dewa Bayangan.
Inilah kisah Ren yang memulai perjalanan panjangnya menguasai peninggalan-peninggalan Dewa kuno serta pertempuran tanpa akhir melawan jiwa-jiwa yang terbebas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon After Future, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15: Sulitnya menemui ketua klan
“KETUA KLAN! Ini dia buah yang kau inginkan!”
Ren menggoyangkan kakinya menunggu ketua klan keluar rumah. Lama sekali, sampai membuat Ren kesal.
“Dia tidak memiliki keseriusan dalam hal ini. Dasar orang tua sange pemalas!”
“APA KATAMU!!!!”
Ren berbalik sembari menghindari shuriken yang melesat ke lehernya. Sorot matanya tajam menangkap sosok yang melemparkan shuriken itu. Dia adalah Shin Sora, putri ketua klan.
Shin Sora sangat marah saat mendengar olok-olok Ren. Dia berkata dengan nada tajam, “Hati-hati saat berucap. Aku bisa membuatmu dihukum cambuk 1000 kali atas dasar menghina ketua klan.”
Namun jangankan takut, Ren malah tersenyum mengejek.
“Kekuasaan apa yang kau miliki, gadis kecil? Selain itu, mana ada aturan yang melarang kebebasan berpendapat di dalam pikiran. Kau sangat aneh dan sensitif, padahal ayahmu saja sangat tenang.”
Ren mengedipkan sebelah matanya. Sikap santainya itu membuat Sora mati kata.
Ren memasuki kediaman ketua klan lebih dalam dan bertemu anak ketua klan lainnya. “Mau apa kau kesini hah? Tahu dirilah, anak angkat!”
BUKK!!
Ren mendaratkan tinjunya di wajah anak laki-laki itu.
“Tutup mulutmu bocah! Aku memang anak angkat, tapi aku tetap kakakmu!” Ucap Ren dengan geram.
“Cih, banyak sekali yang menggangguku hari ini. Dai Sai, Sora, dan sekarang... Ah sudahlah!”
Yukio yang baru sampai berpapasan dengan Shin Sora yang sedang bergumam. Dengan attitude lembutnya, Yukio berhasil membuat Sora menceritakan masalahnya.
“Ada apa Sora? Kau kelihatan marah sekali.” Tanya Yukio sembari memasang wajah khawatir.
“Cih! Tanya saja kepada temanmu itu! Anak angkat yang tidak tahu aturan itu!” Teriak Sora dengan histeris.
Yukio memiringkan kepala, tapi dia tahu kalau kediaman ketua klan tidak bisa dimasuki orang sembarangan, jadi rencana Yukio mengantarkan makan siang harus tersendat.
Sementara itu orang yang dicari oleh Yukio sedang berusaha meyakinkan ketua klan.
“Buka pintunya ketua klan! Kau harus menepati janjimu! Berikan gulungan berisi Ninjutsu legendaris Naga Badai padaku!” desak Ren yang tidak mengerti mengapa orang-orang tidak percaya padanya.
Pertama Dai Sai, sekarang ketua klan. Saking kesalnya Ren karena tidak dibukakan pintu, dia nekat mencuri dari perpustakaan pribadi ketua klan.
“Kalau kau tidak memberiku gulungan rahasia itu, aku akan menjarah perpustakaan kesayanganmu!”
Masih tidak ada jawaban, Ren pun melangkah menuju area belakang kediaman.
Di tengah jalan dia sempat bertemu lagi dengan anak ketua klan yang tadi dipukulnya. Anak ini berusaha menuntut balas dengan cara merebut buah persik 1000 tahun yang susah payah Ren dapatkan. Namun aksinya gagal, dan Ren kembali memukulnya sampai benjol.
“Jangan kau dekati harta yang sudah susah payah kudapatkan! Kecuali kau mau mati?”
Ren melempar adik angkatnya keluar jendela. Istri ketua klan, Sakura, yang punya kemampuan melihat menembus materi padat, atau bahasa gampangnya penglihatan X-ray, menjadi marah pada Ren.
“Anak angkatmu semakin kasar kepada adik-adik! Kapan kau akan menghukumnya, suamiku?”
Jawaban suaminya membuat Sakura kecewa berat.
“Aku tidak bisa menghukumnya karena sudah pernah kulakukan bulan ini. Ingat perjanjian kita? Hanya menghukum Ren sekali sebulan sebagai bentuk apresiasi atas bakatnya.”
Sakura membuang nafas kasar. “Terserah kau saja!” katanya sembari membuang wajah sekaligus angkat kaki dari kamar.
Ketua klan melanjutkan pekerjaannya. Dua jam kemudian, Ren berhasil mempelajari sebuah jutsu baru dari perpustakaan. Jutsu itu bertipe defensif dan memerlukan kabut sebagai media pertahanan utama.
Belum puas dengan satu jutsu, Ren mempelajari satu lagi, kali ini jutsu bertipe api yang dapat digunakan untuk memperkuat senjata. Sebagai ninja yang sejak awal perjalanan menguasai elemen api, angin, dan petir. Mudah saja bagi Ren menguasai jutsu elemen api tersebut.
“Ini jutsu yang keren. Yang ini juga. Aku penasaran berapa banyak jutsu yang bisa kukuasai?”
Ren terus membaca gulungan demi gulungan berisi teori-teori dan pengembangan Ninjutsu. Perlu diketahui, jika di dunia ini semua manusia normalnya memiliki berkah berupa dua elemen di tubuh mereka.
Namun, meskipun begitu, sangat sedikit orang yang bisa mengembangkan berkah elemen di tubuh mereka. Salah satu caranya adalah dengan masuk ke akademi ninja, terkhusus akademi ninja milik klan Naga Badai.
Akademi akan membantu muridnya untuk membangkitkan kekuatan elemen yang tertidur dalam dirinya. Namun meskipun manusia normalnya terlahirkan bersama dua elemen saja, bukan berarti mereka tidak bisa menambahkan elemen lain ke dalam diri mereka.
Contohnya Ren Ren memiliki dua elemen yaitu api dan angin, namun saat Alvien mengambil alih tubuhnya Alvien menambahkan core petir ke jantung Ren karena merasa elemen itu sangat keren.
Caranya bagaimana? Ada metode yang gampang dan ada juga yang susah. Yang susah biasanya melibatkan memakan makanan yang menjijikkan yang terbuat dari core monster. Sedangkan yang gampang, bisa dengan meminta bantuan sensei di akademi ninja yang punya kemampuan langka—menanamkan core elemen ke tubuh individu lain.
Lalu bagaimana dengan Ren? Ren menggunakan kedua cara yang ada. Dengan menelan pil burung petir dan meminta bantuan ketua klan agar menanamkan elemen petir ke dalam tubuhnya.
Saat Ren sedang sibuk mengacak-acak perpustakaan, pintu terbanting dengan keras.
Ren refleks menjatuhkan buku di tangannya karena yang datang adalah ketua klan.
Ketua klan tersenyum licik, “Apa kau puas mengacak-acak tempat favoritku?”
Perlahan-lahan keringat membasahi leher Ren. Keringatnya semakin intens tatkala ketua klan merebut buku itu dari tangannya.
Sorot mata ketua klan menajam. Senyumnya tidak luntur, namun hatinya berubah panas sekali.
“Sudah kubilang jangan sentuh bukuku, tapi aku akan memaafkanmu kali ini, hahaha.”
Kembali kepada Yukio, dia yang sedang bersantai di tangga tiba-tiba melihat sesuatu di langit. Benda itu terlihat seperti burung tapi punya badan yang terlalu besar.
“Benda apa ya itu? Apa kepala keluarga Kai membuat barang aneh lagi?”
Benda itu semakin turun, hingga mendarat tepat di hadapan Yukio, 10 meter darinya.
Awalnya Yukio bingung. Tapi saat wajah makhluk itu mengingatkannya pada ukiran-ukiran di dinding auditorium akademi, bulu kuduknya langsung meremang.
“Kau ... Makhluk dari dunia lain kan?”
8 pasang tanduk yang membentuk mahkota, kulit merah terang, dan tubuh yang kokoh serta tinggal mengenal pakaian sehingga kau bisa melihat kelaminnya bergelantungan. Itulah makhluk yang leluhur kami sebut Dimentia (makhluk dari dunia lain). Dimentia adalah anak buah raja iblis yang datang dari dunia lain. Mereka bukan berasal dari neraka. Mayoritas dari mereka masih memiliki raga.
Beberapa detik kemudian, terdengar jeritan seorang wanita dari arah luar kediaman. Ren dan ketua klan bangkit dari kursi mereka. Keduanya memiliki rasa tanggung jawab yang kuat untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
"Biar aku saja yang pergi, ketua." Ren mengambil inisiatif.
"Tidak. Aku sendiri yang akan menangkap orang yang mengganggu ketentraman rumahku," balas ketua klan. Sorot matanya perlahan menajam.
"Oke, ayo kita belasah bajingan itu!"