Warning!!!
ini hanya sebuah cerita kayalan belaka, bukan area bocil, jika tidak suka silahkan skip.
Tolong juga hargai karya ini dengan memberikan LIKE untuk mengapresiasi karya ini, VOTE atau GIFT sangat berharga buat kami para penulis, terima kasih sebelumnya.
-------
Berkali-kali mengalami kegagalan dalam pernikahan membuat seorang janda muda yang umurnya belum genap 24 tahun nan cantik jelita bernama Sisilia Aramita memutuskan untuk tidak akan menikah lagi seumur hidupnya. Meskipun statusnya janda namun ia masih tatap perawan.
Ia sudah bertekat, jika menemukan pria yang menurutnya tepat ia akan menyerahkan dirinya pada orang itu dan hanya akan menjalani hubungan tanpa ikatan pernikahan.
Hingga ia bertemu dengan seorang pengusaha tampan bernama Jackson Duran, yang membuat dunianya jungkir balik.
Apakah Jackson bisa merubah pendirian Sisilia untuk mau menikah kembali ataukah ia akan gagal mendapatkan cinta Sisilia.
Yuk simak bagaimana kisah mereka berdua...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertolongan Nadia
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah menbaca ya bestie.... Pencet tombol like, komen dan yang belum pencet tombol suscribe, pencet dulu ya, terima kasih readersku
......................
Yang terpikirkan oleh Sisil saat ini adalah pergi ke ibukota, ia ingin ke rumah kakaknya Devi. Sisil menaiki kereta malam, dan diperkirakan akan sampai di ibukota menjelang fajar.
Sisil mencoba menghubungi Devi berkali-kali namun tak.ada jawaban. Ia sedang membutuhkan seseorang yang bisa membantunya lepas dari kesedihannya.
Ia mencoba lagi mengubungi Devi namun tetap sama, akhirnya Sisil menyerah, ia pun menghubungi Nadia. Tak lama sambungan teleponnya diangkat oleh Nadia.
^^^"halo Sil ada apa?"^^^
"hai Nad...kamu dimana?"
^^^"di rumah sakit"^^^
"siapa yang sakit Nad?"
^^^"ya orang sakit lah...masak iya orang sehat" ucap Nadia di seberang sana dengan nada kesal^^^
"hehehe...maaf...maaf..."
^^^"ada apa Sil? tumben malam-malam menelpon aku"^^^
"Nad...maaf...aku bisa minta tolong tidak?"
^^^"apa? Apa obatmu sudah habis?" terdengar kekehan di telepon^^^
"habis? Diminum aja belum"
^^^"lalu?"^^^
"Nad...boleh tidak aku sementara menginap di tempatmu? Aku sedang perjalanan ke ibukota"
^^^"hah...?! Serius kamu? Kamu nggak sedang bercanda kan? Terus pernikahan kamu gimana?"^^^
Nadia belum mengetahui cerita tentang pernikahan ketiganya
"nanti aku ceritakan, sekaranh aku butuh sandaran" Sisil sedikit terkekeh
^^^"ya sudah jika kamu sampai di ibukota, langsung ke rumah sakit Mitra Husada, jadwal jagaku sampai jam tujuh pagi" ^^^
"baiklah Nad...sampai bertemu besok..."
Sisil merasa lega, kini ia mendapat tempat untuk berlindung sementara waktu. Sisil merasa lega karena ia masih memiliki tabungan meski tidak terlalu besar namun bisa untuk menyambunh hidup selama ia belum mendapat pekerjaan.
Pukul empat lebih dua puluh menit ia telah sampai di ibukota. Ia langsung pergi ke rumah sakit Mitra Husada tempat Nadia melakukan koas.
Perjalanan dari stasiun sampai rumah sakit hanya dua puluh lima menit. Kini Sisil sudah berada di rumah sakit itu. Sisil berjalan masuk menyeret kopernya. Ia mencari keberadaan Nadia, ia bertanya pada satpam yang berjaga. Akhirnya Sisil pun berjalan ke IGD karena Nadia berada di sana.
Dari depan pintu IGD Sisil bisa melihat, sahabatnya itu sedang duduk di depan komputer. Sisil pun masuk dan berdiri di hadapan Nadia yang masih belum menyadarinya.
"dok...saya mau periksa" ucap Sisil tersenyum jahil. Nadia pun mendongak, sedetik kemudian ia tersadar, yang berada di hapannya adalah Sisil. "Sisil..." Nadia pun keluar dari mejanya dan memeluk Sisil
"kamu benar Sisil kan?" Nadia mengurai pelukannya dan melihat tubuh Sisil dengan teliti "sekaran kamu kurus Sil..." ucap Nadia
"aku keberatan beban hidup Nad....jadi kurus deh..." Sisil terkekeh
"kamu berhutang cerita padaku, ayo...ceritakan" Nadia menarik lengan Sisil keluar IGD dan duduk di kursi tunggu
"nanti saja Nad...kamu masih kerja"
"kebetulan sedang tidak ada pasien, nanti kalau ada aku akan meninggalkanmu sebentar, nggak apa2 kan?"
"aku akan menunggumu Nad.."
"ayo sekarang cerita..." Nadia terlihat antusias
Akhirnya Sisil menceritakan apa yang sedang menimpanya dari awal sampai hari ini. Ia sudah pernah menceritakan pada Nadia namun tak semua karena hanya melalu sambungan telepon. Ia menangis, Nadia pun memeluknya ia tak menyangka perjalanan hidup Sisil begitu berat. Nadia ikut menitikkan air matanya.
"kamu boleh tinggal di apartemenku terserah kamu mau sampai kapan" ucap Nadia menghapus air mata yang menetes di matanya
"setelah aku mendapat pekerjaan aku akan pindah Nad..." Sisik tak enak hati
"kenapa pindah? Kamu tinggal di tempatku nggak gratis Sil...jadi jangan sungkan" ucap Nadia dengan senyum jahilnya.
"hah...? Bayar...sekarang kamu jadi pelit Nad, apa kamu sudah di buang oleh orang tua kamu" Sisil menelisik Nadia.
Nadia tergelak, ternyata Sisil yang ia kenal belum berubah, masih polos dan kadang terlalu serius. "ya ampun Sil...aku cuma bercanda...kamu cukup bayar dengan masakanmu, kamu tahu sendiri aku cuma bisa makan masakanmu waktu di kos dulu"
"huh...aku kira..." Sisil menghela nafasnya.
Jam giliran jaga Nadia telah berakhir, ia mengajak Sisil untuk pergi ke apartemennya yang tak jauh dari rumah sakit. Ia merasa iba melihat Sisil yang penampilannya sekarang terlihat sangat menyedihkan.
Tubuh kurus, matanya cekung dan menghitam, ia tak tega melihat Sisil seperti itu. Bahkan kadang tatapannya terlihat kosong meskipun Sisil memaksakan senyumnya.
Nadia memarkirkan mobilnya di basemen, kemudian ia mengajak ke unitnya yang terletak di lantai dua puluh. Sisil hanya diam, ia sudah tak merasa aneh lagi, Nadia anak orang kaya namun ia lebih memilih tinggal di kos saat kuliah.
Sisil membuka pintu unitnya "ayo masuk, di sini ada dua kamar, kamu bisa memakai kamar yang dekat dengan dapur" ucap Nadia
"terima kasih Nad..." ucap Sisil tulus
"kamu istirahatlah...pulihkan tenagamu, soal masak memasak besok saja jika kamu sudah pulih" ucap Nadia, Sisil pun mengangguk dan menyeret kopernya masuk ke kamar yang ditunjukkan oleh Nadia.
Nadia pun masuk ke kamarnya, ia mengambil obat untuk Sisil, ia tahu Sisil kuranh tidur, ia ingin memberi obat agar Sisil bisa tidur. Nadia mengetuk kamar Sisil sambil membawa obat dan segelas air putih.
"kenapa Nad?" tanya Sisil
"ini kamu minum dulu...agar badanmu lebih segar"
"ini apa Nad?"
"ini cuma vitamin Sil..." ucap Nadia yang tentunya bohong
"oh...baiklah nanti akan aku minum..."
"eh...itu harus diminum sekarang...agar saat kamu bangun nanti kamu kembali segar" ucap Nadia.
Sisil pun menerima pil itu dan meminumnya, ia tak menaruh curiga pada Nadia karena ia sudah sangat mengenal Nadia.
"maafkan aku Sil...hanya dengan obat itu kamu bisa pulih" batin Nadia
"sekarang tidurlah...aku juga ingin tidur..." ucap Nadia kemudian ia pergi ke kamarnya.
.
Di rumah tuan Hendra, ia tampak marah mendengar laporan anak buahnya "pasti Johan telah menyembunyikan Sisil...!!" suaranya menggelegar di rumah besar itu
"tuan Johan juga mengerahkan anak buahnya untuk mencari Nona Sisil tuan..." ucap anak buahnya
"baiklah...kamu ikuti kemana perginya anak buah si Johan, aku ingin Sisil segera ditemukan!"
.
.
B e r s a m b u n g
Jangan lupa ritualnya ya bestie...terima kasih