Park Eun-mi, seorang gadis Korea-Indonesia dari keluarga kaya harus menjalani banyak kencan buta karena keinginan keluarganya. Meski demikian tak satupun calon yang sesuai dengan keinginannya.
Rayyan, sahabat sekaligus partner kerjanya di sebuah bakery shop menyabotase kencan buta Eun-mi berikutnya agar menjadi yang terakhir tanpa sepengetahuan Eun-mi. Itu dia lakukan agar dia juga bisa segera menikah.
Bagaimana perjalanan kisah mereka? Apakah Rayyan berhasil membantu Eun-mi, atau ternyata ada rahasia di antara keduanya yang akhirnya membuat mereka terlibat konflik?
Yuk! Simak di novel ini, Kencan Buta Terakhir. Selamat membaca.. 🤓
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 15
Sebuah kamera ponsel tengah mengarah ke Rayyan dari balik pintu yang hampir tertutup.
"Gimana, kelihatan gak?", bisik Wina pada temannya yang sedang tersambung dengan panggilan video.
"Iya, kelihatan", sahut temannya.
"Cakep kan.. bukan kaleng-kaleng lho.. apalagi plastik. Asli ini..", Wina terkekeh saat sudah kembali ke dalam ruangan dan menutup pintunya.
"Iya deh.. iya..", nada suara temannya terdengar seolah menyerah kalah.
"Yang punya toko memangnya belum datang?", tanya temannya lagi.
"Belum, mungkin sebentar lagi. Aku sengaja datang pagi-pagi supaya bisa ngasih lihat Rayyan ke kamu, biar kamu percaya sama omonganku", Wina kemudian duduk di kursi kerjanya dan meletakkan ponselnya menyandar di tumpukan berkas.
"Bosku namanya Park Eun-mi, mereka temenan sejak SMP. Aku awalnya sih sedikit curiga kalau mereka berdua ada apanya. Tapi pas kemarin Eun-mi bilang hari ini dia ada janji kencan buta, hah... akhirnya aku bisa lega", Wina menghela nafas sementara temannya malah tersenyum geli.
"Jadi kamu bela-belain kerja di situ buat mata-matain dia? Niat baget sih?! Apa dia gak curiga?", tanya temannya.
"Lho, dia kan belum terlalu kenal sama aku. Masalahnya ini bukan buat pacaran yang setahun dua tahun say.. Buat nikah seumur hidup lho.. ya harus serius lah!", Wina sampai mengambil kembali ponselnya seolah itu bisa lebih meyakinkan temannya.
"Iya..iya.. terserah kamu aja. Tapi aku gak ikutan lho, kalo sampai kenapa-napa. Aku sudah bilang ke kamu jangan sampai berbuat yang aneh-aneh",
Ucapan temannya membuat Wina mencebik.
"Sudah dulu ya, nanti kita bicara lagi. Bosku kayaknya sudah datang. Bye..", Wina kemudian menutup panggilan saat mendengar suara Eun-mi menyapa Rayyan di luar.
"Assalamualaikum..", sapa Eun-mi saat sudah masuk ke ruangan.
Wina menjawabnya sambil tersenyum.
"Sudah sarapan? Aku bawa sandwich bikinan sendiri", Eun-mi meletakkan kotak makan di atas meja Wina.
Melihat itu, Wina yang memang sudah lapar langsung mengambil sepotong.
"Makasih..", ucapnya kemudian menggigit roti itu.
Dia tahu kalau Eun-mi memberinya makanan itu karena merasa tak enak padanya. Setiap pagi Rayyan akan menyediakan sarapan, tapi hanya untuk Eun-mi dan dirinya sendiri. Wina tak bisa protes, karena menurut yang lain itu memang sudah kebiasaan Rayyan dari dulu. Mungkin sebagai bentuk terima kasih atau penghargaan atas kebaikan Eun-mi. Entahlah, Wina tak mau terlalu memikirkannya. Yang jelas, dia sudah tahu pasti bahwa memang tak ada hubungan romantis di antara keduanya.
"Jam berapa rencana kencannya Mbak?", tanya Wina basa-basi.
"Oh, nanti setelah Zuhur. Aku minta tolong kamu bikin rekap penjualan bulan ini ya? Berkasnya ada di lemari itu", pinta Eun-mi seraya menunjuk sebuah lemari.
Wina mengangguk mantap. Tak bisa disangkal kalau Eun-mi adalah seorang atasan yang baik. Bekerja bersamanya cukup menyenangkan, dan Wina tak merasa terbebani dengan tugas yang diberikan.
Setelah waktu Zuhur, Eun-mi kini sudah mengganti pakaiannya dengan yang lebih pantas untuk sebuah pertemuan kencan.
"Bagaimana menurut kamu? Apa terlihat berlebihan?", tanya Eun-mi pada Wina.
"Wah.. Mbak. Cantik banget.. Kalo gini sih, dia pasti gak akan sanggup menolak Mbak. Andai gagal pun, pasti Mbak deh yang gak mau", puji Wina yang terlihat kagum.
Ternyata hanya dengan sedikit dandanan dan pakaian yang cocok, Eun-mi bisa tampil beda dan terlihat lebih cantik.
"Aduh.. besar kepala jadinya aku. Makasih ya.. Oke, aku berangkat dulu. Wish me luck..", ucapnya seraya keluar ruangan.
Wina mengangguk sambil tersenyum, kemudian meneruskan pekerjaannya.
Saat di dapur, para baker pun nampak terpesona dengan penampilan Eun-mi kali ini. Bermacam kata pujian dia dapatkan yang membuat pipinya merona walaupun tanpa blush-on.
Begitu juga seseorang di tangga yang baru turun dari lantai dua. Langkahnya terhenti saat melihat Eun-mi yang sudah siap dengan kencan buta terakhirnya. Dia tak pernah melihat Eun-mi berdandan rapi seperti itu. Sangat anggun dan cantik, hatinya meleleh..
Sepertinya kencan hari ini akan sukses seperti yang dia harapkan. Ya, ia hanya mengharapkan kebahagiaan Eun-mi dan membantunya lepas dari kencan buta yang tak berkesudahan.
"Rayyan!", panggil Eun-mi saat melihat Rayyan.
Rayyan pun menghampirinya kemudian berjalan beriringan dengan Eun-mi menuju keluar toko.
"Kalau ini juga gagal, aku harus gimana?", tanya Eun-mi seolah gusar.
"Kok pesimis gitu sih?", protes Rayyan.
"Bukan begitu.. Wajar kan aku ragu, yang kemarin gagal semua kok", Eun-mi menghentikan langkahnya saat di dekat mobilnya.
"Doakan aku ya. Jangan doakan berhasil, tapi doakan yang terbaik", pesannya, lalu masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Rayyan.
Rayyan memandangi mobil Eun-mi sampai menjauh. Hatinya meringis menyadari kalau sebentar lagi ia akan kehilangan Eun-mi.
Rayyan menghela nafasnya dan hanya berdiri sambil memandangi kakinya untuk beberapa saat. Apa yang dilakukannya sudah tepat? Tentu saja, bukankah dengan begini Eun-mi akan mendapatkan suami yang bukan hanya baik tetapi juga seiman? Bukankah kalau Eun-mi bahagia, dia pun juga akan ikut bahagia?
Lagipula setelah ini dia juga akan segera menikah dengan seseorang, yang jujur saja belum dia ketahui sama sekali. Bukan tak bisa, tapi tak mau. Dia ingin menempatkan posisinya seperti Eun-mi, walaupun prosesnya tak serumit yang dijalani Eun-mi. Akhirnya dia menutup renungannya dengan doa, semoga Allah memberikan yang terbaik buat Eun-mi.