NovelToon NovelToon
Alpha Love Story : The Girl

Alpha Love Story : The Girl

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Dikelilingi wanita cantik / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:59.5k
Nilai: 5
Nama Author: Septira Wihartanti

Devon merasa ia jatuh cinta pada gadis sebatang kara, setelah perjalanan cintanya dengan berbagai jenis wanita. Gadis ini anak jalanan dengan keadaan mengenaskan yang ia terima menjadi Office Girl di kantornya. Namun, Hani, gadis ini, tidak bisa lepas dari Ketua Genknya yang selalu mengamati pergerakannya. Termasuk pada satu saat, kantor Devon mengalami pencurian, dan terlihat di cctv kalau Hani-lah dalang pencurian tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pingsan

“Mak...sudnya Bang?”

Rasanya tenggorokan Hani kering sekali.

Ia langsung merasa pusing.

“Serius lu tanya? Emangnya lo nggak bisa mikir? Punya otak kan?” Jackson menoyor dahi Hani.

Pria itu mengaduk-aduk sesuatu di tas ranselnya lalu menyerahkan sebuah ponsel android jadul ke Hani.

“Nih, lo fotoin barang-barang berharga di kantor itu, biar gue bisa cariin duplikatnya. Gue nggak bisa berpatokan ke ingatan Anton doang. Kalo proyek kali ini berhasil, gue janji... lo bisa bebas pergi dari sini.”

Setelah kata-kata itu, Jackson menyuruhnya pergi.

Rasanya Hani memang ingin menghindari Jackson.

Ia begitu membenci pria itu.

Tapi sekali lagi pikirannya terganggu. Dengan berbagai pikiran berkelumit di benaknya, terutama mengenai bahwa Farid bukanlah adiknya.

Karena hal itu sudah tertanam dalam pikiran Hani selama ini, kalau dia punya adik.

Dan lagi... untuk apa arti kebebasan baginya kalau sudah tidak ada Farid lagi? Untuk apa dia berusaha bebas?

Rasanya ia seperti mati rasa.

**

Sambil bekerja membersihkan ruangan yang jadi jobdesknya, Hani berpikir.

Bisa jadi...

Pencurian mereka kali ini akan bisa menangkap tiga serangkai.

Juga meringkus Jackson sekalian.

Hani memang akan tertangkap, tapi baginya hal itu sudah bukan masalah.

Farid sudah tak ada.

Dipenjara pun tak apa baginya.

Dibunuh pun tak masalah.

Hani kali ini mengubah rencananya, ia tidak akan kabur seperti rencana awal. Ia tidak akan lari.

Seandainya ia ketahuan, ia akan berdiri di sana.

Yang penting Jackson dan tiga serangkai bisa dihukum. Dan ia bisa melihat mereka mendapat balasan setimpal.

“Hey, cantik...” sebuah bisikan dan kecupan ringan di pundaknya.

Hani langsung terdiam.

Bulu kuduknya langsung meremang.

Ia hafal wangi parfum ini.

Juga aura sosoknya yang begitu mengintimidasi.

Hani pun menoleh ke samping, ke arah suara. Devon tersenyum padanya.

“Kamu sudah berlebihan. Sampai botol serum Kayla saja kamu poles. Memangnya tidak ada hal lain yang bisa dibersihkan?” tanya Devon.

Hani pun tertegun.

Lalu perlahan dia melayangkan pandangan ke ruangan luas itu.

Semua karyawan sedang menatapnya.

Kayla juga sedang menatapnya tanpa berkedip.

“Apakah... ada yang tertinggal yang belum saya bersihkan?” tanya Hani tak mengerti.

“Justru sebaliknya. Kamu membersihkan hampir semuanya. Kalau saya biarkan kamu pasti akan naik ke atas dan membersihkan filter AC juga.”

“Ah iya! Itu belum saya bersihkan.”

“Ya jangan dooong itu bukan tugas kamu!” cegah Devon.

“Baru kali ini keyboard saya mengilat seperti baru.” Kayla mengangkat keyboard komputernya dengan mata berbinar.

Devon menegakkan tubuhnya sambil menggelengkan kepalanya. “Kamu dari pagi bersih-bersih, kamu sadar tidak ini sudah jam 12?”

“Ya Ampun!!” seru Hani. “Makan siang! Saya belum beli! Anuuu... Bang Devon mau makan apa? Bu Kayla? Semuanya?”

“Nggak usah Han, kita udah pesen delivery. Justru aku mau tanya kamu mau pesen menu yang mana?” tanya salah satu karyawan.

“Eh? Saya juga dibelikan?” Hani terkejut

“Ya iya dong!” sahut sebagian karyawan.

“Aduuuh nggak usaaah!” sahut Hani merasa tak enak.

“Kamu belum gajian, rejeki jangan ditolak.” Kata Devon.

“Gitu ya.” Hani berpikir, kalau perkataan Devon benar juga, ia bahkan tidak mengantongi uang sepeser pun. “Baiklah Pak. Kalau boleh saya minta yang porsinya agak banyak karena mau saya bagi dengan adi...” dan Hani pun terdiam.

Adik saya.

Ia sudah tidak punya adik lagi.

Ia sendirian sekarang.

“Ya Tuhan...” gumamnya.

Semua menunggunya dengan kebingungan.

Hani pun sadar, kalau hidupnya kini tidak sempurna lagi.

Ia putus asa, kurang tidur, kelaparan pula.

“Hani!!” seru Devon.

Hani lunglai, dan terjatuh di pelukannya.

Gadis itu pingsan, karena menanggung beban yang lebih berat dari yang bisa ditampungnya.

**

Brakk!!

Jackson meninju dinding di sebelah pria paruh baya berwajah culas di depannya. “Lu bilang kemarin sepuluh juta doang, bang sat...” geram Jackson ke arah pria itu. Sebut saja namanya Pak Paijo, ia pemilik toko percetakan dan fotokopi. Itu kamuflasenya. Sebenarnya, ia spesialis di bidang pembuatan identitas palsu. Sehari-harinya Pak Paijo bekerja di Dinas Kependudukan, dan usaha percetakannya ini dikelola oleh anaknya.

“Duh Bang. Sekarang lagi susah bang, banyak OTT (Operasi Tangkap Tangan). Maklum lah bang pemerintahnya udah beda.” Pak Paijo tampaknya sudah biasa diancam, karena ia tampak santai saja menanggapi Jackson yang memaki-makinya.

“Kalo gitu kenapa nggak diselesaiin sejak dulu sebelum pemerintahnya ganti heeeh?! Tunggu apa’an sih lo ngulur-ngulur waktu? Nunggu tambahan haaah?! Lo yakin banget gue bakal ngasih!” sahut Jackson kesal.

“Ya terserah Anda.” Pak Paijo mesem-mesem. "Saya bisa langsung...”

Dan beberapa pria bertubuh besar masuk ke ruangan dan mengelilingi Jackson. Bau alkohol langsung menghiasi udara di ruangan itu. “Buang saja berkasnya.” Kata Pak Paijo. “Sayang banget loh Bang Jackson, tinggal tambahin lagi 10 juta dan semua berkas identitas 'rasa asli' bisa Anda dapatkan. Situ kan pasti juga banyak duit hasil dari pemalakan pedagang kaki lima.”

“Ck. Nggak usah bercanda, Paijo. Gue lagi banyak urusan.” Gumam Jackson.

“Ya kalau begitu-“

Jackson secepat kilat mengambil sebatang pensil dari atas meja Paijo, ia memutar ke belakang, dan pensil itu ia tancapkan di leher salah satu orang besar di belakang. Darah langsung muncrat ke seantero ruangan. semua terjadi sebelum Paijo menyelesaikan kalimat ancamannya.

Berikutnya Jackson ambil staples besar dan ia tendang kemal uan salah satu orang besar dengan sikutnya, ia pukulkan staples berat itu ke kepala si orang besar.

Di saat orang besar yang ketiga dan keempat masih terbengong-bengong melihat betapa cepatnya Jackson bergerak, kepala mereka sudah direnggut lalu dibenturkan ke lantai.

Tubuh besar mereka seakan lumpuh saat menghadapi kecepatan Jackson.

Jackson mungkin tidak sekuat mereka, tidak seberat mereka, tapi jelas pengalaman Jackson di jalanan dalam hal menganiaya orang lain, dengan berbagai ukuran tubuh, lebih banyak. Hal fatal lain, mereka berempat sedang mabuk. Hal itu membuat Jackson leluasa bergerak.

Keempatnya jatuh ke lantai, entah pingsan atau sudah mati, Jackson memutar ke arah belakang Paijo dan menempelkan Cutter di nadi pria paruh baya berseragam ASN itu. Ujung Cutter itu sampai menusuk sedikit ke kulit Pak Paijo dan meneteskan darah segar.

“Jadi gimana Pak Paijo? Lo mau mati di sini dan gue tinggal cari aja berkas adek gue di lemari sana, tapi resikonya mungkin ada sangat banyak hal-hal yang seharusnya rahasia jadi ketahuan. Atau lo mau kasih semua-“

“Iya! Iya! Ambil semua di laci, dokumen adek kamu ambil semua!” seru Pak Paijo ketakutan.

“Gue minta databasenya juga.”

“Iya! Saya berikan semuanya! Ambil di laci! Ambil! Ambil!”

“Kita impas nih ya Pak? Bentaaar...” Jackson mengambil ponselnya dan merekam suara Pak Paijo. “Transaksi kita atas dokumen punya adek Jackson, lunas. Oke Pak, Setuju?”

“Setuju! Setujuuu! Saya jangan dibu-“

Dan Jackson memberinya bogem mentah sampai gigi Pak Paijo ambrol dan ia pun pingsan jatuh ke lantai.

Jackson membuka laci meja dan mengambil beberapa berkas. Ia memeriksa isinya dan mengangguk puas.

Tak lupa ia kantongi juga flashdisk di sana dan beberapa lembar uang di laci.

Ponselnya pun berdenting menampilkan pesan singkat.

“Kamu dimana sih? Aku udah pingin banget nih. Keburu kering nih peranakan.” pesan singkat dari seorang wanita dengan nama Tante Lily.

“Apa sih Tante Lily...” gerutu Jackson.

Kalau ia pikir, Lily mungkin seumuran dengannya, bisa jadi hanya berbeda beberapa tahun saja karena tubuh wanita itu masih kencang dan singset. Tapi karena Jackson keburu bilang kalau ia masih belasan tahun, dulu saat mengisi aplikasi kencan, jadi ya keterusan panggil Tante sampai sekarang.

Dulu Jackson suka bermain dan mencoba berbagai jenis wanita. Tapi setelah kejadian lima tahun yang lalu, yang membuatnya bertemu dengan Hani, kalau ia merasa harus menyalurkan hasrat seksualnya yang terbayang di benaknya adalah ibu Hani yang menatapnya dengan pandangan mengiba, sambil bilang “Tolong, setidak nya anak saya. Tolong ya Mas...”

Ibu Hani... wanita yang sangat cantik. Tercantik di dunia menurutnya. Jackson langsung jatuh cinta saat melihatnya. Tapi sayangnya, mereka bertemu dalam kondisi leher wanita itu dipenuhi darah.

Kenapa waktu itu ia harus setuju saja saat teman-temannya menjalankan aksi bejat di jalanan itu... seharusnya ia pulang saja dan tidur di rumah.

Ia juga tidak butuh-butuh amat mobil yang mereka begal itu.

Mobil semewah itu akhirnya tak bisa dijual juga karena identitas pemiliknya langsung ketahuan, dengan dashboard camera di mobil pula. Jelas tidak ada showroom yang mau membelinya. Yang ada mereka semua di-intai polisi.

Bukan Jackson yang membunuh mereka, tapi ia yang merencanakan aksi pembegalan itu. Dan ia diam saja walau pun tahu keduanya masih bisa ditolong kalau ia panggilkan ambulance saat itu juga.

Rasa trauma itu membayanginya, Jackson akhirnya tidak bisa berdekatan dengan wanita mana pun.

Tapi ada kalanya libidonya meningkat,  dan ia akhirnya terpaksa berkencan. Saat itu, ia memilih sosoknya kira-kira bertolak belakang dengan Ibunya Hani.

Mungkin yang wajahnya terkesan latina dengan kulit warna tan dan sedikit seksi. Kalau bisa yang agak provokator dan tingkahnya manja-manja menyebalkan.

Dan, ia dapatkan si Tante Lily di aplikasi kencan.

Jackson mengetik “OTW” dan membalas pesan singkat Lily.

sejak lima tahun lalu, ia hanya bercinta dengan Lily saja. Tidak ada wanita lain.

Apalagi melihat wajah Hani, hatinya seakan teriris sembilu.

Jackson melihat ke arah dokumen di tangannya dan menggigit bibirnya.

"Hadiah buat ulang tahun Hani." gumamnya.

***

1
Ummi Yatusholiha
ya ampyuuunnn itu perangkat komplek kok pada random sih madam,pecat aja lah 😄😄
emang ada ya pesugihan codot ngising 🤣🤣🤣
Wiwit Duank
gak ada bab yg receh²an Madam apalagi receh 100 an 200 an..ups 🤭
semuuuaaaa bab menyenangkan dan menghibur.makasih Madam 🥰🥰
lenong
receh nya sukaaa koq👍👍
Bakul Lingerie
heeet daaah.. 5juta doang, pelit amat Devon
Diedie
alah alesann 😁
Poethree Andrias
gpp mak meskipun receh tetep kita tunggu updatenya /Smile/
Emi Wash
recehmu menghibur hatiku jeng.....
semangat sehat selalu jeng septi....
Emi Wash
😂😂😂😂😂
Emi Wash
pelit luh pon ma calon bini, 5 jt mah enteng....
Emi Wash
codot ngising..... /Grimace//Joyful//Joyful//Joyful/
🥵🥵🥵
haduuuh ini udah maksimal lah Thor bagus gini bikin mood kembali ceria 🤣🤣🤣
🥵🥵🥵
astaghfirullah 🤣🤣🤣
🥵🥵🥵
biar pada sawan lah gak manfaatin Devon 😂🤣🤣🤣
🥵🥵🥵
😂😂🤣🤣🤣🤣
🥵🥵🥵
ini istri yg keberapa jadinya 😂😂
hilih moduus
🥵🥵🥵
namanya gak ada lebih keren ya 😂🤣😘
Faranisa Wilda
codot ngising🤣pasti madam salah satu majikannya hirotada radifan
Angspoer: yesss, barusan dia bahas itu ya, yang duda nasabah prioritas
total 1 replies
Wandi Fajar Ekoprasetyo
wew....yg begini macet....lah KLO lancar gimana Tante......maknyus dah karya Tante ku ini..... semangat
Wandi Fajar Ekoprasetyo
horang kaya ko perhitungan...... Devon uang km tuh ga bakalan abis ko
Naftali Hanania
ya ampuuunnn...itu perangkat komplek nya gak ada yg bener......😱😱😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!