"Pecahkan saja semua, dan ingat jangan ada yang tersisa."ucap seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan paras sempurna itu.
"Tidak tuan tolong jangan pecahkan semua ini saya mohon... saya minta maaf atas apa yang terjadi saya janji akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan oleh adik saya."
"Siapa anda berani-beraninya menindas orang kecil seperti dia, berapa hutang ibu ini hingga anda melakukan hal kejam seperti ini?"ucap seorang gadis yang baru saja tiba di toko perabotan langganannya.
Namun tidak ada jawaban sedikit pun dari pria yang kini tengah duduk dengan angkuhnya dikelilingi para bodyguard sambil menyaksikan anak buahnya yang tengah menghancurkan perabotan tersebut.
"Jawab aku berharap hutang nya hingga kalian semua menghancurkan semuanya ini!"ucapnya lagi kali ini dia berucap dengan nada tinggi.
Seketika suasana menjadi hening saat pria yang sedari tadi duduk dengan angkuhnya itu berdiri dan menghampiri gadis yang kini tengah menatap kesal pada mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Arthur pun pergi meninggalkan Emilia yang kini mematung di tempatnya hingga robot pembersih ruangan tersebut keluar dari balik dinding seperti biasanya Emilia terkejut dengan penampakan robot yang secara otomatis akan membersihkan area yang kotor.
Emilia pun pergi meninggalkan ruangan tersebut menuju arah pantai tempat biasanya ia duduk merenung meskipun saat ini angin cukup kencang dan gelombang cukup besar karena pasang.
Wanita itu tidak terlihat takut sedikitpun saat ombak mulai mengenai kakinya hingga seseorang menariknya dari belakang. Dia adalah Austin yang baru saja melihat perkiraan cuaca saat ini.
"Kau ingin mati."ucap Austin.
Emilia pun membulatkan matanya saat melihat gelombang cukup tinggi menerpa tempat yang ia duduki biasanya.
Saat itu terjadi guncangan yang membuat Emilia terlihat shock, karena dia pikir itu adalah gempa bumi tapi tiba-tiba tempat yang ia pijak bersama Austin bergerak naik keatas dan Austin langsung bergegas membawa Emilia pergi dari tempat itu karena dalam beberapa menit kemudian tempat itu akan menjadi membentuk dinding yang akan menjulang tinggi untuk berjaga-jaga apabila gelombang lebih tinggi dari itu tempat tinggal mereka akan aman meskipun dari mansion utama memiliki jarak yang cukup jauh dari area pantai.
Emilia melihat pantai itu tertutupi dinding tembok yang menjulang tinggi dan tidak terlihat area pantai lagi kecuali dari Mansion utama tempat dia tinggal bersama dengan Arthur.
Arthur yang kini menatap datar pada Emilia yang berjalan melewati dirinya tanpa berbicara sedikitpun membuat pria itu mengeratkan kepalan tangannya.
"Don semua aman."ucap Austin.
"Hmm..."lirih Arthur.
Arthur pun berjalan menuju tempat dimana Valeria kini berada, Arthur ingin melihat kondisi adiknya yang baru saja melewati masa sulitnya setelah melakukan kuret dan operasi kecil untuk membuang chips yang telah dihancurkan.
Emilia yang baru saja melihat keadaan Zabella pun menatap ke arah ruangan yang Arthur masuki saat ini entah apa yang Arthur lakukan disana karena dia tidak tau jika Valeria berada di sana.
Valeria pun menatap kearah Arthur dengan tatapan lekat entah apa yang sedang wanita itu pikirkan saat ini hingga kemudian Arthur bertanya."Bagaimana keadaan mu sayang."ucap nya sambil mengusap puncak kepala adiknya itu.
"Kenapa kakak tega mengirim ku ke rumah itu?"ucap Valeria yang membuat Arthur menatap tak percaya pada adik kandung nya itu.
"Kenapa kakak diam, apa kakak tidak sayang aku lagi semua orang disana jahat, termasuk daddy yang telah menjual ku pada pria yang merupakan kolega bisnis nya. Daddy bilang aku harus membalas Budi baiknya selama ini."ucap Valeria yang terlihat sangat hancur.
"Maafkan kakak sayang kakak justru menginginkan kesembuhan mu, karena hanya mereka yang memiliki obat penawar yang telah membuat mu depresi berat selama ini setelah kejadian itu. Tapi nyatanya iblis itu malah memanfaatkan mu, tenanglah sekarang kamu aman dan aku sudah menghancurkan iblis itu."ucap Arthur tegas.
"Aku tidak mau hidup lagi kak, rasanya sungguh sangat menjijikan mereka begitu kejam."ucap Valeria yang kini menangis sesenggukan.
"Tidak sayang jangan katakan itu kakak tidak punya siapa-siapa lagi jika kamu pergi."ucap Arthur yang kini memeluk erat Valeria sambil mengutuk Edison.
Arthur berharap pria itu mati mengenaskan atas balasan perbuatannya selama ini ia ingin pria itu merasakan penderitaan yang ibu dan adiknya alami.
Valeria pun sudah bisa dibawa ke Mansion utama dan sudah bisa menempati kamar miliknya, meskipun dokter masih harus memantau perkembangan nya.
Emilia pun sudah berada di dalam kamar setelah ia merasa lelah karena berkeliling Mansion tersebut. Semua itu ia lakukan karena dia sedang dalam suasana hati yang tidak baik.
Emilia memasuki kamar mandi dan mulai mengisi bathtub-e dengan air hangat dan sabun aroma terapi untuk menenangkan pikirannya yang saat ini tengah berkecamuk.
Emilia mulai memasuki bathtub-e dan perlahan ia berendam di dalam lautan busa sabun tanpa sehelai benang pun.
Saat dia hendak memejamkan mata tiba-tiba Arthur masuk kedalam kamar mandi dan berdiri di ambang pintu menatap Emilia yang kini tengah menatap kearahnya.
Arthur mendekat kearah Emilia kemudian dia berjongkok di samping bathtub-e lalu tangannya meraih tengkuk Emilia dan Arthur langsung menyerang Emilia dengan ciuman.
Pria itu membuat Emilia sedikit kewalahan karena Arthur menciumnya dengan sedikit kasar hingga saat Arthur merubah ritme ciuman tersebut menjadi lebih lembut barulah Emilia bisa merasa sedikit lega dan membalas ciuman tersebut dengan baik dan hal itu membuat Arthur tidak bisa menahan hasratnya akhirnya percintaan itu kembali terjadi di dalam kamar mandi.
Arthur seakan tak pernah bosan dengan itu. Bahkan dia seakan telah kecanduan tubuh molek Emilia yang kini terpampang nyata di hadapannya.
Arthur terus bergerak lincah membuat wanita cantik itu terus berteriak memohon ampun karena Emilia sudah tidak tahan merasakan gejolak yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata hingga akhirnya ia berulang kali menuju puncak dan Arthur baru satu kali.
"Katakan apa alasan mu menolak ku untuk menjadi pasangan mu rumput liar aku memiliki segalanya aku tampan dan mapan."ucap Arthur yang semakin mempercepat gerakannya.
"Aku tidak ingin hidup seperti ini terkurung di dalam sangkar dan tidak bisa melihat keindahan dunia luar."ucap Emilia.
"Aku rasa itu bukan alasan yang mendasar karena aku yakin kau tau aku memiliki akses keluar masuk untuk berpergian dan kau bisa pergi kapan saja saat kau mau nantinya."ucap Arthur lagi.
"Aku tidak mencintaimu."ucap Emilia lagi yang membuat Arthur semakin menambah kecepatan pergerakannya hingga membuat Emilia menjerit tak tahan dengan sesuatu yang seakan-akan meledak saat itu juga hingga tubuhnya bergetar hebat bersamaan dengan itu Arthur pun membuang benihnya di dalam sana.
Arthur berharap Emilia akan hamil secepat agar dia tidak perlu lagi membuat alasan untuk menahan wanita yang kini ia cintai dalam diamnya.
"Ayo mandi bersama."ucap Arthur yang menggendong Emilia menuju ruang head shower.
Pria itu tidak hanya mengajak Emilia mandi, tapi dia juga membantu wanita itu mandi dengan menyabuni tubuh mulus itu, dan membantu Emilia berkeramas hingga acara mandi memandikan itu selesai.
Emilia hanya bisa pasrah karena tubuhnya sudah benar-benar lemas dan tidak bertenaga lagi hingga akhirnya mereka selesai berpakaian dan mengeringkan rambut juga menggunakan skincare, Arthur membawa Emilia menuju ranjang empuk milik mereka.
Emilia terlihat sangat cantik dan fresh juga sexy karena Arthur memakaikan lingerie pada Emilia yang sudah tidak bisa protes karena rasa lelahnya itu bahkan membuat lutut Emilia sangat lemas.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Pagi hari pun tiba Emilia yang bangun lebih awal dari Arthur yang entah tidur jam berapa karena setelah membaringkan Emilia diatas ranjang dan menyelimuti tubuhnya dia pun bergegas pergi meninggalkan Emilia di dalam kamar tersebut.
Cahaya matahari mulai menyapa wajah Arthur pun menggunakan punggung tangan untuk melindungi matanya yang kesilauan karena Emilia dengan sengaja membuka tutup gorden kamar itu entah apa tujuannya. Yang jelas Arthur langsung bangkit dari ranjang dan menghampiri Emilia lalu memeluknya erat dari belakang.
"Kau sengaja mencari masalah dengan ku rumput liar apa hukuman kemarin sore belum cukup untuk mu?"ucap Arthur.
"Aku hanya sedang melihat itu."ucap Emilia yang kini menunjuk ke arah benda menyerupai cermin yang memantulkan cahaya matahari tadi.
"Rumput liar segera berlindung."ucap Arthur yang langsung membawa Emilia tiarap di lantai dan menggelinding di bawah sana saat tembakan itu memberondong mereka dari jendela kamarnya.
"Rumput liar segera hubungi Austin aku melindungi mu!"teriak Arthur yang kini meraih senjata di bawah tempat tidur.
Emilia yang hampir terbiasa dengan kondisi itu pun langsung sigap mengambil ponselnya dan menghubungi Austin tapi sayang sepertinya Austin tidak memegang handphone saat ini hingga satu drone berhasil dilumpuhkan.
Arthur langsung meraih jas miliknya dan membawa tubuh Emilia seperti karung beras dan bergerak cepat menuju kearah dinding, pria itu menekan sesuatu dibalik dinding yang kini membuat keduanya tertelan dinding tersebut dan mereka terlihat di sebuah ruangan rahasia yang terdapat banyak layar touchscreen mengambang dan Arthur menggunakan itu untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di pulau tersebut.
Arthur langsung membulatkan matanya saat melihat puluhan drone dengan senjata Laras panjang yang kini tengah memberondong kediaman nya itu.
Arthur pun mencoba menghubungi Austin, dan saat itu seakan berada di dalam film Emilia melihat sistem virtual yang memperlihatkan seorang pria yang pernah Emilia temui sedang tertawa menertawakan Arthur kemudian bicara dengan nada ancaman.
"Kau berani bermain trik dengan ku, maka terima akibatnya dan lihat apa yang ada di hadapan mu."ucap Edison yang memperlihatkan Erdogan yang sudah babak belur dengan luka-luka yang membuat Emilia tidak tega untuk melihat nya.
"Lepaskan dia karena urusan mu hanya dengan ku, jika berani langsung hadapi aku!"ucap Arthur yang kini menatap tajam kearah Edison yang semakin tertawa terbahak-bahak.
Emilia pun merasa bahwa dia terjebak di antara hidup dan mati saat ini, Arthur langsung menggunakan pakaian lengkap dengan rompi pelindung anti peluru dan berbagai senjata yang ada di pakaian yang ia kenakan saat ini.
"Tunggu aku disini dan jangan pergi kemanapun tetap pantau semua ini dan kamu pasti tau harus bagaimana di sebelah sana ada banyak senjata perlindungan, jangan sampai benda bodoh itu menyerang tanda merah ini karena disini adalah tempat Zabella dan adikku Valeria. Jika aku tidak kembali dalam keadaan tidak bernyawa aku titip mereka padamu Austin tau cara melindungi pulau ini."ucap Arthur yang kini terlihat enggan untuk pergi meninggalkan Emilia dan pulau itu, tapi Erdogan saat ini membutuhkan dirinya.
"Jangan pergi aku tidak sanggup mengurus ini sendiri aku mohon."ucap Emilia yang kini ’seakan tak ingin kehilangan Arthur.
"Tetaplah disini."ucap Arthur yang kemudian memeluk Emilia dan mengecup puncak kepalanya lalu bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.
Emilia pun hanya bisa pasrah dan berdoa semoga semua baik-baik saja, Emilia melihat seluruh pulau telah dikepung oleh drone yang berterbangan di atas sana.
Emilia pun menyentuh layar tempat dimana kumpulan senja itu terletak. Emilia menekan sesuatu yang lebih mirip parasut terjun payung dan menekan tombol itu lalu kemudian dia melihat semua drone itu meledak diatas sana.
Emilia pun melihat Arthur pergi dengan menggunakan helikopter yang entah akan pergi kemana saat ini. Emilia pun mencoba untuk menghubungi Austin tapi ternyata malah menghubungi Erdogan yang saat ini langsung muncul di layar touchscreen tersebut dalam keadaan baik-baik saja.
"Kau, dimana Arthur kenapa semua sistem keamanan dihidupkan."ucap Erdogan.
"Tuan Erdogan Arthur dalam bahaya dia meminta ku untuk menghubungi Austin karena kau sedang disandera dan Arthur pergi sendirian."ucap Emilia.
"Ini jebakan kenapa dia bisa sebodoh itu bagaimana aku bisa disandera aku ada di Dubai."ucap Erdogan.
"Tolong selamatkan dia aku mohon."ucap Emilia yang tidak pernah memohon pada siapapun selama ini karena firasat buruk yang ia rasakan saat ini.
"Aku akan segera menghubungi si brengsek Austin, tetap pantau semuanya dan jangan keluar apapun yang terjadi."ucap Erdogan.
Emilia melihat semua tampak sepi tidak ada pergerakan apapun disana, dan Emilia melihat tanda merah yang ada di layar touchscreen tersebut lalu melihat keadaan disana.
Semua aman, tapi dimana Austin saat ini Emilia heran kenapa pria itu tidak melakukan pergerakan sama sekali dalam keadaan darurat seperti ini, hingga dia terus berusaha untuk menghubungi Austin namun tidak ada jawaban.
Emilia pun kembali melihat layar yang menunjukkan bahwa Arthur sudah tiba di tempat pria yang sedari tadi memantau keadaan pulau yang ia tempati, namun Emilia tidak mendekat ke arah layar tersebut agar dia tidak terlihat oleh mereka.
Hingga saat Arthur di hadang oleh ratusan orang yang kini mengelilingi nya dengan senjata Laras panjang yang mereka pegang meskipun tidak ada yang berani menembak.
Mereka menggiring Arthur ke sebuah ruangan dimana saat ini pria tua yang tidak sadar diri dengan usianya itu langsung menghajar Arthur hingga Arthur terhuyung ke belakang.
Pria itu langsung meminta Arthur untuk bangkit saat itu juga.
"Kau adalah putra ku satu-satunya tapi kau berani mengkhianati ku, dan bermain trik di belakang ku."ucap Edison yang kini terus menghajar Arthur tanpa jeda.
Arthur pun mulai beraksi dengan melempar Boomerang yang kini merubuhkan ratusan orang bersenjata itu dalam hitungan detik urat leher mereka putus saat itu juga.
Benda itu begitu canggih, namun Arthur tidak menggunakan itu untuk menghabisi Edison karena Arthur ingin menghabisi pria itu dengan tangannya sendiri untuk membalaskan dendam ibunya dan adik perempuannya itu.
Edison sudah bersiap untuk kembali menghajar Arthur, tapi kemudian Arthur menangkis serangan dari pria yang kini menatap tajam kearahnya.
"Kau pikir aku akan melakukan semuanya itu saat kau tidak berbuat keji terhadap dua wanita yang sangat aku sayangi. Kau dan ibumu adalah monster berwujud binatang. Karena jika kau memang benar-benar ayahku maka kau tidak akan pernah melakukan semua itu!!"ucap Arthur yang akhirnya memberikan pukulan keras di wajah Edison yang kini terlihat baik-baik saja dan tertawa keras.
"Kau pikir kau bisa melawan ku heh, kau fikir aku selemah itu. Kau salah anak muda bahkan kau tidak akan bisa bertahan hidup di dunia ini jika tanpa aku?"ucap Edison tersenyum sinis.
"Aku akan menghabisi mu untuk membalaskan rasa sakit yang ibuku alami begitu juga dengan Valeria.