NovelToon NovelToon
Akankah

Akankah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Pendekar Cahaya

Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 32 (Galau)

Benar saja yang dikatakan Silva tadi di telpon, mereka sudah sampai di depan sekolah Zea. Mobil yang dikemudikan oleh Marco pun berhenti tepat di depan sekolah Zea. Marco membunyikan klakson, memberi isyarat pada Zea yang tengah duduk di warung depan sekolahnya.

Zea menoleh mencari asal suara tersebut. Saat matanya melihat mobil miliknya berhenti tepat di depan sekolahnya, Zea segera beranjak dari duduknya dan menghampiri mobil tersebut.

"Eh, ada Silva juga ternyata! Terus ini...." Zea terkejut dengan kehadiran Silva dan bertanya tentang gadis yang satu lagi, yang duduk di kursi tengah.

"Itu Flea, sahabatnya Silva, panjang deh ceritanya, nanti aku ceritakan sambil kita jalan aja" kata Silva. Zea pun duduk disamping Flea, lalu mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan sahabat Silva tersebut.

Silva mulai bercerita tentang Flea yang merupakan kakak kelasnya, yang pada akhirnya mereka bisa akrab dan menjadi sahabat. Silva bercerita pula tentang ketidaksengajaan dirinya melihat Flea yang dibawa oleh pria paruh baya saat perjalanan pulang dari bandara. Hingga pada akhirnya Flea bisa lolos dari pria paruh baya itu berkat bantuan Silva dan juga Marco.

"Oh... Gitu toh ceritanya" Zea mengangguk paham.

"Tapi, kak Flea kok mau aja sih ikut sama lelaki tua itu?" Tanya Zea sembari menatap Flea.

"Aku juga terpaksa, demi untuk biaya hidup sehari-hari sama buat bayar kost juga, karena orang tuaku sudah tidak mampu lagi mengirimkan aku uang dikarenakan kondisi keuangan mereka yang tidak memungkinkan, jadi, mau tidak mau aku harus berusaha sendiri dan hanya cara itu yang aku tahu agar bisa dapat uang dengan cepat" Flea bercerita sambil matanya berkaca-kaca karena sedih.

Zea yang hatinya mudah tersentuh dengan cerita sedih seperti itu, secara spontan langsung memeluk Flea dan seolah bisa merasakan apa yang dialami oleh Flea.

"Kak Flea jangan sedih gitu yah, kan ada kak Silva, ada aku juga, walaupun kita baru ketemu sekarang, tapi, aku mau kak Flea jadi sahabatku seperti layaknya aku jadikan Silva sahabatku" kata Zea. Flea hanya tersenyum mendengar perkataan Zea padanya.

"Tapi, aku bingung deh, kenapa kamu tiba-tiba peluk aku kayak gini dan ikut nangis juga, ada apa?" Flea bertanya pada Zea.

"Itu.... Aku..." Zea kesulitan mencari alasan dibalik tindakannya barusan.

"Zea itu memiliki sifat yang mudah tersentuh dengan cerita sedih kayak gitu, makanya dia ikut larut didalamnya" Silva memutuskan untuk membantu Zea.

"Benar begitu kan, Zea" Silva mengalihkan pandangannya pada Zea. Zea pun langsung menganggukkan kepalanya. Dia merasa lega karena Silva membantunya. Flea yang mendengarkan penuturan Silva, tersenyum karena secara tidak langsung, hal itu menunjukkan kalau Zea peduli pada dirinya.

Perjalanan pun terus berlanjut sampai ke kost Flea, karena itu yang terlebih dahulu mereka lalui. Flea pun turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih pada ketiga orang lainnya, terutama Zea, si empunya mobil dan setelah itu, Flea berjalan masuk ke kostnya.

Marco melajukan mobil kembali menuju ke tujuan berikutnya, yaitu, rumah Silva dan terakhir rumah Zea. Zea penasaran kenapa Silva bisa bersama Marco. Silva menjelaskan kalau dirinya dan juga Marco tadi habis mengantar ibunya Silva ke bandara, karena ibunya Silva berangkat berlibur ke Australia.

"Berarti kamu tinggal sendirian dong, karena kan ibu kamu berlibur" kata Zea.

"Gak sih, kan masih ada ART di rumahku, jadi, gak sepi-sepi banget lah, terus nanti juga kedua sahabatku menginap, aku gak bakal merasa kesepian deh" terang Silva dengan raut wajah sumringah.

"Marco pasti senang banget tuh bisa anterin calon mertua ke bandara dan bisa jadi nilai plus tuh buat kamu" kata Zea. Marco menatap Zea dari spion tengah dan hanya melemparkan senyum saja. Zea melihat senyuman Marco dari kaca spion tengah. Menurut Zea, senyuman itu bukanlah senyum bahagia, melainkan senyuman yang menyimpan sesuatu dibaliknya. Namun, Zea tidak bisa menerka rahasia dibalik senyuman Marco barusan.

"Aku yakin pasti ada sesuatu, nanti deh aku tanya ke Marco pas Silva udah turun nanti, gak enak kalau nanya langsung sementara masih ada Silva disamping Marco" batin Zea.

"Zea tahu gak yah? Kalau aku menyembunyikan sesuatu? Semoga saja tidak, karena Zea hanya diam aja pas aku dan Zea bertemu pandang tadi melalui spion tengah" Marco bergumam dalam hatinya.

Obrolan ringan pun menghiasi perjalanan mereka menuju rumah Silva. Salah satunya tentang turnamen tennis yang akan dilangsungkan besok siang dan Zea mengajak Silva untuk datang menyaksikannya bertanding.

Selang 20 menit kemudian, mobil pun berhenti tepat di depan rumah Silva.

"Makasih yah, sayang. Zea, makasih juga yah, kamu tadi udah izinkan kita berdua pake mobil kamu buat anterin ibu aku ke bandara" Silva mengucapkan terima kasih pada Marco dan juga Zea.

"Iya, Sil, sama-sama" jawab Zea singkat.

"Kamu hati-hati nyetirnya, jangan ngebut loh" Silva mengingatkan.

"Iya, sayang, kamu tenang aja" jawab Marco.

"Ya udah, kita langsung lanjut yah, Sil, kapan-kapan kalau ada waktu aku main deh ke rumah kamu, dadah" Zea melambaikan tangannya dan mobil perlahan melaju. Silva membalas lambaian tangan Zea dan terus memperhatikannya sampai mobil Zea hilang dari pandangannya.

Zea ingin segera menuntaskan rasa penasarannya yang tadi sempat tertunda.

"Marco, ada yang kamu sembunyikan yah?" Tanya Zea to the point.

"Hah? Maksudnya apa, Ze?" Marco tampak bingung.

"Yang tadi itu, yang pas kamu senyum aja menanggapi perkataan aku, waktu di perjalanan menuju rumahnya Silva" Zea memperjelas.

"Ternyata Zea tahu kalau aku memang sembunyikan sesuatu, insting cewek memang selalu tepat yah" batin Marco.

"Apa ada masalah?" Zea kembali bertanya, saat Marco beberapa lamanya hanya diam saja. Marco hanya menghela nafas dan belum juga menjawab pertanyaan Zea.

"Sepertinya ibunya Silva gak suka deh sama aku, apalagi dengan pekerjaan aku saat ini, yang ada ujung-ujungnya disuruh putus" Marco mulai bercerita.

"Hah? Putus? Kok gitu sih, Co?" Kini Zea yang bingung.

1
Raska Dipsy
itu tergantung dri feeling sih sbnrnya 😁
NT.RM
kadang suka ketebak sih curi curi orang naksir kita. tp, kadang gak bisa yakin 100% 😁😁
NT.RM
Hah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!