Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 15.
Tsania menatap dingin pada Anggita. Perempuan itu lagi, pikir Tsania. Anggita sepertinya suka sekali mencari masalah dengannya. Tsania yakin apa yang saat ini terjadi pastilah juga ulah perempuan itu.
"Kau pantas bersama Daka."
Apa yang Tsania katakan membuat Teo menatapnya dengan terperangah. Jelas Teo tidak terima dengan hal itu.
"Tapi sayang...dia tidak menginginkan mu!" Tsania tersenyum kecil dan membuat Anggita melotot ke arahnya. "Benarkan perkataanku?" Tsania mengalihkan pandangan pada Teo. Membuat semua orang juga menatap ke arah pemuda tampan itu.
"Ya."
Satu kata yang Teo ucapakan membuat semua orang kembali riuh. Anggita mengepalkan tangan, karena kini situasi malah berbalik menyudutkan dirinya. Teo dengan terang-terangan mengatakan jika tidak menginginkan Anggita.
Itu artinya, Anggita sudah lebih dulu tersingkir bahkan sebelum pertarungan dimulai.
"Karena aku menginginkanmu." Semua orang seketika dibuat terdiam dengan perkataan Teo selanjutnya. Bisa mereka lihat kini Teo yang meraih satu tangan Tsania. "Aku ingin kau menjadi kekasihku."
Duar!
Tepat di atas kepala Anggita sebuah bom baru saja meledak. Telinganya bahkan memerah karena mendengar apa yang baru saja Teo katakan.
Teo mengatakan perasaannya? Teo mengatakan cinta pada Tsania? Pemuda yang ia suka, pemuda yang telah ia tandai sebagai calon suami masa depannya itu kini malah mengatakan perasaan cinta pada perempuan murahan yang selalu membuat Anggita merasa muak.
"Aku jatuh cinta pada mu, Tsania!"
Sudah tak dapat lagi digambarkan ekspresi Anggita. Dan saat ini semua orang tercengang akan apa yang Teo lakukan.
Putra dari keluarga Dewantara itu menginginkan perempuan yang diberi julukan sugar baby serta anak haram sebagai kekasihnya. Tsania memang cantik, ia juga mahasiswi yang pintar, tapi rasanya belum layak untuk menjadi kekasih seorang Teo Daka.
Tak ada kata-kata 'terima' yang dielu-elukan atau kehebohan yang biasa orang-orang lakukan ketika ada yang menyatakan perasaan di depan umum. Senyap, semua mengunci mulut seraya berharap-harap cemas agar Tsania tahu diri, jangan sampai perempuan itu menerima tawaran Teo.
"Aku menerima tawaran mu, Daka." Tsania memperhatikan semua mahasiswa dan mahasiswi yang ada, hingga tatapannya terhenti pada Anggita. "Sekarang kita sudah resmi sebagai sepasang kekasih, disaksikan oleh semua orang."
Penonton kecewa, lebih tepatnya marah. Tidak sedikit yang mengumpat saat Tsania yang ternyata menerima perasaan Teo. Dan bagaimana dengan Anggita? Putri Galang Abraham itu memilih segera pergi menuju parkiran setelah melihat Teo yang memeluk Tsania.
Anggita masuk ke dalam mobil dengan menangis, ia memutuskan pulang dengan membawa amarah serta rasa kesal dan bencinya pada Tsania.
Sedangkan Teo yang perasaannnya diterima Tsania kini jelas sangat merasa bahagia. Tidak sia-sia dirinya yang memilih meninggalkan motor di jalanan dan berangkat ke kampus dengan berjalan kaki. Teo akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menyatakan perasaan.
Usaha Anggita gagal lagi. Perbuatannya yang menyebarkan artikel buruk tentang Tsania di group chat kampus kini lenyap seketika. Berganti dengan kabar Teo dan Tsania yang baru saja menjadi sepasang kekasih.
"Kurang ajar!"
Bugh!
Anggita mengumpat di dalam mobil, ia menangis dan membanting ponselnya dengan sembarang. Banyak sekali penghuni group yang kini membicarakan hubungan baru Tsania bersama Teo. Anggita begitu geram saat membacanya.
Meski semua mencibir karena mengetahui status Tsania yang tidak memiliki ayah, tapi mereka tak dapat lagi membicarakan hal itu lebih jauh. Resminya Tsania menjadi kekasih Teo Daka sudah mampu membuat semua penghuni kampus diam.
"Dasar perempuan murahan!!"
Prang!
Anggita yang tiba di kediaman mewahnya langsung berlari menuju kamar. Ia mengamuk, berteriak serta menghancurkan apa saja yang mampu ia jangkau.
"Jalang sialan!!"
Prang!
Botol-botol kaca yang bertuliskan merek ternama berserakan di lantai. Anggita benar-benar membuat keadaan kamarnya hancur berantakan.
"Anggita!!"
Anggita menoleh dengan mata yang basah. Ia sudah terduduk di lantai dengan tangan yang masih mengepal pada alas tempat tidur yang berhasil ia tarik dengan kasar.
"Apa yang kamu lakukan?!" Sekar masuk ke dalam kamar putrinya. "Kamu menghancurkan semuanya?!"
"Ini semua karena perempuan jalang itu!! Gadis murahan itu semakin bersikap kurang ajar!! Ia sudah merebut Teo dariku, Ma!! Dia merebut Teo!!"
Anggita menangis tergugu. Ia terisak seraya berteriak, menumpahkan rasa marah serta kesal yang ada. Tangannya bahkan tidak tinggal diam, terus membanting apa yang ada di sekitar tubuhnya.
"Aku tidak mau tahu. Aku ingin perempuan itu segera dikeluarkan dari kampus, Ma!! Papa pasti bisa melakukannya!! Dia sudah mempermalukan aku!!" kata Anggita dengan menggebu.
Ia yang awalnya terduduk di lantai dan menangis itu kini dengan tiba-tiba saja berdiri. Anggita menuju nakas yang terdapat telepon rumah di atasnya. Anggita langsung menghubungi ayahnya-Galang Abraham.
Anggita ingin Tsania dikeluarkan saja dari kampus dan ia yakin itu adalah hal mudah bagi seorang Galang Abraham.
Satu panggilan tidak menemukan jawaban, membuat Anggita mengulang kembali untuk menghubungi Galang. Dua, tiga dan entah hingga panggilan keberapa, Anggita tidak mendapati suara sang ayah. Wajahnya semakin kesal. Ia bahkan tak segan mengumpat dan didengar langsung oleh Sekar.
Sekar hanya diam terpaku, pandangannya tertuju pada Anggita yang sedang berusaha menghubungi Galang yang tak kunjung mengangkat panggilan dari putri mereka.
Mungkin kah karena suaminya saat ini masih berusaha untuk mendekati dan bicara pada wanita itu. Sekar menutup mata, ia memutuskan kembali lebih dulu setelah melihat Galang yang keluar dari kediaman wanita yang kini Sekar tahu merupakan wanita yang Galang cinta.
Sama sekali tidak berniat membiarkan suaminya yang tengah mengejar cinta wanita lain, namun Sekar memutuskan kembali hanya karena ingin memikirkan tindakan apa yang harus ia lakukan, tapi saat tiba di rumah ia malah mendapati laporan jika Anggita tengah mengamuk di dalam kamar.
"Katakan saja setelah papamu berada di rumah," suara Sekar terdengar lemah. Anggita menoleh pada ibunya yang sudah berlalu pergi meninggalkan kamar.
Ada apa dengan ibunya?
Sekilas sempat terlintas tanya dalam pikiran Anggita, namun setelahnya ia kembali memasang wajah kesal dan meletakkan gagang telepon dengan kasar.
"Awas kau Tsania!! Kau akan segera berakhir!"
konflik emak dah kelar🤧🤧
Jngn terpancing idg segala cara yg dilakukan Anggita si blis wanita itu... 😕