Seorang pria membangun perusahaannya dengan tujuan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin. Namun, semakin banyak uang yang dimilikinya, semakin tinggi kesombongannya. Pada akhirnya, kesombongannya menjadi kehancurannya. Ia dijatuhkan oleh perusahaan lain dan kehilangan segalanya.
Namun. Ia bereinkarnasi ke dunia kultivasi sebagai seorang Summoner, dengan kemampuan memanggil makhluk-makhluk luar biasa. Di dunia baru ini, ia didampingi oleh seorang Dewi yang setia di sisinya.
Sekarang, dengan segala kekuatan dan kesempatan yang dimilikinya, apa yang akan menjadi tujuannya? Apakah ia akan kembali mengejar kekayaan, mencari kedamaian, atau menebus kesalahan dari kehidupan sebelumnya?
Up suka-suka Author!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyerap Sampai Raja Suci!
Aku melarikan diri dari tempat kejadian. Beberapa orang mengejarku, mencoba menyelamatkan Qing Tan.
Mereka berpikir akan mendapatkan kehormatan dari Sekte Naga Hitam jika berhasil menangkapku.
Aku meningkatkan kecepatan dan menghilang dalam sekejap. Orang-orang yang mengejarku berhenti sejenak.
"Ke mana orang itu?"
"Dia sangat kuat, sampai bisa melarikan diri dalam beberapa detik."
"Sepertinya mustahil menangkapnya kalau hanya mengandalkan kekuatan kita..."
...---...
Aku yang telah melarikan diri cukup jauh berhenti sejenak di sebuah penginapan. Menutupi wajahku dengan jubah hitam, aku menyembunyikan tubuh Qing Tan di dalam ruang dimensi.
Itu adalah teknik yang diajarkan Yun Yun. Meskipun perlu waktu lama untuk mempelajarinya, teknik ini sangat berguna.
Saat memasuki penginapan, terlihat seorang gadis yang menjaga tempat itu. Ia memiliki rambut hitam panjang dan mata berwarna merah.
Setelah memberikan koin, aku langsung menuju ke kamarku.
"Ah, tunggu, Tuan..."
Aku terhenti sejenak, berpaling, lalu bertanya, "Apa ada masalah?"
"Ah, tidak, tapi koin yang Anda berikan adalah koin emas, sedangkan untuk menginap hanya perlu dua koin perak. Ini terlalu banyak."
"Memangnya satu koin emas setara dengan berapa koin perak?" tanyaku penasaran.
"100 koin perak \= 1 koin emas."
"Oh, begitu. Ambil saja kembaliannya," jawabku sambil berjalan menuju kamar di lantai atas.
‘Sudah lama tidak ada orang baik. Kira-kira siapa Tuan itu? Ia tidak tahu harga sebuah koin, tapi setelah mengetahuinya malah memberikannya tanpa ragu,’ batin gadis itu.
Malam Telah Tiba~
"Uaaahhh... Hari yang sangat melelahkan..."
Untuk pertama kalinya aku merasa selelah ini. Tubuhku masih terasa pegal-pegal karena pertarungan sebelumnya.
"Yun'er, kultivasi Qing Tan... apakah aku bisa menyerapnya?"
"Dengan kekuatanmu dan bantuanku, harusnya bisa. Tetapi jangan terlalu berharap, karena belum tentu akan selalu berhasil. Selain itu, kau sudah mengubah caramu memanggilku ya... hehe."
"Hehe, jadi begitu. Baiklah, kalau begitu aku akan mencobanya saja. Jika berhasil, ini akan menjadi keuntungan bagiku."
Aku pun mencoba menyerap kultivasi Qing Tan. Meski butuh waktu lama, sedikit demi sedikit kultivasinya mulai bisa kuserap.
Setelah empat hari, akhirnya semua kultivasinya berhasil kuserap. Sekarang aku telah berada di ranah Raja Suci (5).
"Huh... Kupikir aku akan bisa menerobos ke tingkat Kaisar Suci. Sayang sekali hanya sampai Raja Suci (5)."
"Kau ini... Bersyukurlah sedikit. Kalau orang biasa, belum tentu bisa menerobos secepat dirimu."
"Iya, iya..."
"Jangan iya-iya saja! Sudah paham belum teknik yang kujelaskan sebelumnya?"
"Iya, sudah. Meskipun belum menguasainya, aku mulai mengerti cara memakainya."
Shuutt...
"Hmm?"
Tok... Tok... Tok...
"A-anu, Tuan... Apakah Anda ingin turun untuk makan?"
"Ah, ya. Aku akan datang nanti."
"Yun'er, boleh aku pergi makan ke bawah?"
"Ya, ya, ya. Tapi jangan sampai terjadi hal seperti sebelumnya ya."
"Okeh."
Beberapa menit setelah gadis itu memanggilku, aku akhirnya turun untuk makan.
"Silakan dimakan, Tuan," katanya lembut.
"Ah... ya."
Makanan yang disediakan terasa sangat enak. Aku belum pernah makan makanan seenak ini. Bahkan kelezatan ini melebihi masakan Nona Yin.
"Heh, kau terlihat senang. Apa makanan itu sangat enak?"
"Umm, tidak juga..."
"Jangan bohong. Aku bisa membaca pikiranmu itu."
"Aku tak bohong. Makanan ini tak terlalu enak..."
"Ah... maaf, Tuan. Sudah menyediakan makanan yang tidak enak..."
"Eh..."
Tanpa sadar, aku berbicara keras, membuat gadis itu mendengarnya. Ia tampak khawatir karena ucapanku.
Belum, belum, siap-siap aja kulabrak bentar lagi