Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.
Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.
Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."
Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.
Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.
Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.
PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 KANTIN
"Hatchim," Aria menggaruk hidungnya yang terasa gatal. Sebelumnya dia tidak pernah ke kantin sekolah. Jadi Dia tidak tahu rangkaian bunga akan berada di setiap sudut ruangannya. Sebenarnya tidak masalah jika berada di ruangan terbuka. Tapi di ruangan tertutup seperti ini, alerginya terhadap serbuk sari, bisa dengan mudah kambuh. Karena itu dia berniat untuk pergi.
Tapi tiba-tiba sebuah suara memanggilnya.
"Aria?"
Aria langsung menoleh, melihat wajah yang dikenalnya, dia balas menyapa, "Senior."
"Hey, benar kamu rupanya, kufikir aku salah lihat," Jessica mendekat dengan senyuman di mata nya, "Apa kamu juga belum sarapan? Ayo, kita bersama, menu sarapan hari ini cukup spesial loh. Aku sudah melihatnya tadi."
"Tidak, aku sudah sarapan, senior. Aku hanya berkeliling."
"Ah, begitukah. Benar juga, kamu murid baru, pasti belum melihat banyak tempat, ya."
Aria mengangguk sebagai tanggapan. Kenyataannya dia sudah mengatakan yang sebenarnya. Anggapan seniornya juga tidak salah. Jadi dia tidak sedang berbohong.
"Emm, bagaimana dengan menemaniku. Tidak enak duduk sendirian. Lagipula kelas masih cukup lama. Kita bisa mengobrol untuk menghabiskan waktu. Sampai bell masuk berbunyi."
Aria terdiam, tawaran seniornya sangat bagus untuk rencananya, tapi masalahnya sekarang adalah alerginya bisa saja kambuh.
"baiklah," jawabnya memutuskan untuk menerima.
"Kamu baik sekali," Jessica mencubit pipi Aria dengan gemas. Juniornya benar-benar sangat manis. Bagaimana bisa orang lain mengatakan Aria adalah gadis yang tidak baik. Mereka benar-benar keterlaluan. "Ayo, kita mencari tempat duduk dulu. Baru aku akan mengambil makanannya."
Aria mengangguk, dan mengikuti dengan patuh. Dia sedikit mengelus tempat seniornya mencubitnya.
Mereka berdua mengambil posisi duduk di pinggir, yang dekat dengan jendela kaca. Jendela kaca di kantin adalah yang bisa dibuka dengan di geser. Ada pembatas kawat di tengahnya. Sehingga tak perlu khawatir seseorang akan jatuh.
Aria memang sengaja memilih tempat ini. Jika tidak, dia benar-benar tidak akan bisa bertahan di sini.
Sambil menunggu seniornya mengambil makanan, Aria membuka jendela kaca di sebelahnya, udara segar segera menerpa wajahnya. Matanya menatap pemandangan di bawah. Lagi-lagi dia melihat berbagai bunga. Sekolah ini akan sangat tidak cocok untuk mereka yang alergi bunga ataupun yang memiliki trauma pada bunga.
Aria menghembuskan nafas, semoga saja dia bisa bertahan.
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Jessica sambil membawa nampan di tangannya. Dia lalu melirik pada pria disampingnya, dan melanjutkan. "Aku mengajak Sammy bergabung tidak apa kan?"
Aria menggeleng, lalu berkata, "Iya."
"Bukankah, kamu juga biasanya bersamaku, Ketua. Mentang-mentang sekarah ada junior baru, yang lama dilupakan," Sammy duduk, lalu mengeluh.
"Aku sudah bosan bersamamu," jawab Jessica acuh.
Sammy memasang ekspresi terluka, "Senior, bagaimana bisa kamu begitu jahat. Apa kamu tidak mengingat suka-duka kita berdua," katanya berlebihan.
"Kau sebaiknya ikut klub teater, Sam. Bakat akting mu pasti lebih baik."
"Kurasa itu ide yang bagus."
Jessica melirik jijik pada pria tidak tahu malu di sebelahnya.
"Ngomong-ngomong Aria, apa kamu sudah memutuskan, akan bergabung dengan klub kita atau tidak," kata Jessica mengganti topik.
"Ah, ya benar. Kemarin kita belum sempat bertanya, karena bell masuk berbunyi," sahut Sammy.
"Aku tahu mungkin ini, sedikit terburu-buru, hanya saja kami-"
"Tidak senior," potong Aria. "Aku sudah memutuskan sejak lama. Apapun yang terjadi kemudian, tidak akan merubah keputusanku. Aku akan tetap bergabung dengan klub."
"Benarkah," ucap Sammy tidak percaya.
Aria mengangguk meyakinkan. Dia tidak pernah ragu dalam keputusannya.
Jessica tersenyum lega, mendengar jawaban Aria, nampaknya kekhawatirannya tidak berdasar. Niatnya mengajak Aria tadi memang tidak murni, yaitu untuk membujuknya untuk tetap di klub. Syukurlah jika seseorang meneruskan klub mereka. Dan semoga tahun depan akan lebih baik lagi.
"Kalau begitu mohon bantuannya untuk kedepan, Aria."
Kali ini Sammy juga ikut tersenyum gembira, memandang Aria dengan keramahan yang tidak biasa, lalu berkata, "Selamat datang di klub, junior."
"Sikapmu sangat berbeda, ha."
"Tentu, saja karena Aria sudah resmi menjadi anggota kita."
Jessica menyipitkan mata, "Jadi kau akan jahat padanya, jika Aria tidak bergabung di klub."
Sammy memasang ekspresi berpikir, dia lalu menjentikkan jari, dan berkata, "Yah itu mungkin saja."
"Apanya yang mungkin! Berani kamu memusuhi Aria ku."
"Senior, sangat bias."
Aria tersenyum tidak berdaya, kedua seniornya suka sekali bertengkar.
Sepuluh menit kemudian bell masuk berbunyi.
Jessica dan Sammy pun sudah menyelesaikan sarapan mereka. Keduanya berniat untuk mengantar Aria ke kelas. Tapi Aria menolaknya. Selain karena kedua seniornya berada di lantai yang berbeda denganmu. Aria memang lebih suka sendirian.
Dalam perjalanan ke kantin pagi ini, Aria menemukan beberapa informasi yang bagus mengenai musuhnya. Seperti yang dia duga, informasi sangat mudah ditemukan diantara gosip yang dibicarakan.
Baru saja semalam Aria memergoki musuhnya masuk dalam gudang kosong, pagi nya dia langsung menemukan alasannya.
Dua minggu lagi adalah ujian bulanan. Bukan masalah besar jika mereka di sekolah biasa.
Peringkat disekolah ini adalah hal yang penting. Sebuah gengsi yang harus didapat jika ingin memiliki pijakan yang kuat.
Bahkan meski keluarga mereka sangat kaya. Jika peringkat mereka rendah. Itu tidak akan berguna.
Seorang Alok Dirgantara, putra satu-satunya kepala sekolah NUSANTARA HIGH SCHOOL, bagaimana bisa memiliki peringkat yang rendah, itu akan sangat memalukan. Sayangnya dari yang semula menempati kelas 1A di tahun pertama sekolah, menjadi ke 7C di tahun ketiganya. Apa yang dibicarakan semua orang adalah, kemungkinan putra kepala sekolah tidak akan lulus.
Hal yang sangat menarik. Semalam Aria memang menemukan aroma-aroma mencurigakan pada gembok di pintu. Aroma besinya lebih kuat, tapi tidak bisa menyembunyikan zat lain yang menempel. Aria sangat mengenal apa aroma ini. Dia tidak mungkin salah mengira.
Ditambahkan dengan barang yang dibeli di toko swalayan. Tisu basah, parfum, sarung tangan sekali pakai. Orang mana yang akan membawa benda itu ke gudang kosong belaka.
Semua kemungkinan mengarah pada satu hal, kokain. Zat adiktif, untuk kesenangan sesaat, bagi pemuda kaya yang merasa tekanan dalam hidupnya.
Aria tersenyum ringan, sekarang dia tahu bagaimana cara untuk membalas dendam.
...----------------...
Di dalam kelas.
Aria masuk dengan suasana hati yang baik. Perjalanannya sungguh tidak sia-sia hari ini. Saat sampai di bangku nya, melihat Keira menatapnya, dia menyapa, "Pagi, Kei."
"Pa-pagi ju-ga, Aria," jawab Keira terbata-bata. Untuk sesaat dirinya linglung.
"Boleh beri aku jalan."
"Ya-ya, maaf aku lupa," Keira segera menyingkir.
Aria hanya tersenyum, dan duduk dibangkunya. Pelajaran pertama adalah pendidikan bahasa. Saat semua orang menaruh kamus dimeja mereka. Dia satu-satunya yang tidak melakukannya.
Selama bersama guru, hal yang paling menarik untuk dilakukan adalah membaca buku. Kakaknya pasti akan terkejut jika mengetahui, bocah yang dulunya selalu sembunyi jika diminta membaca, sekarang memiliki hobi membaca.
Guru mengumpulkan banyak buku, dari mulai yang dia ketahui bahasanya, hingga bahasa kuno yang tidak dikenal. Entah bagaimana guru bisa mendapatkan buku-buku itu. Aria pernah bertanya, namun tidak pernah mendapatkan jawabannya.
Aria menghelas nafas pelan, saat kematian guru, sebelum dia turun gunung, guru memerintahkan untuk menghancurkan semua buku itu. Jika dipikirkan lagi, sayang sekali, mungkin dia akan menghasilkan banyak uang, jika menjualnya.
"Aria," panggil Keira hati-hati.
Aria seketika menoleh, mengangkat alis, seolah bertanya kenapa memanggil dirinya.