Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pangeran Mahkota dari Dinasti Tang.
"Kau tidak berbakat? Omong kosong apa itu?" Xiao Ning mengernyitkan kening, bingung. Jika Luo Yan saja menganggap dirinya tidak berbakat, lantas bagaimana dengan dirinya?
Tidak ada kata yang muncul sebagai balasan. Sebenarnya tidak ada yang salah dari pernyataan Xiao Ning, tapi jika ia melihat ke dirinya di masa lalu, mungkin ia akan menarik kembali perkataannya.
“Tuan Pangeran Mahkota tiba!”
“Tundukkan kepala kalian pada Pangeran Mahkota!”
Pangeran Mahkota? Apa yang terjadi? Kenapa ada Pangeran Mahkota di sini? pikir Luo Yan kebingungan. Seingatnya, hal ini tidak pernah terjadi di masa lalu. Mengapa pangeran bisa tiba-tiba datang ke tempat ini?
“Apa? Pangeran Mahkota datang?” Xiao Ning tampak tidak peduli, seolah berita tersebut adalah hal sepele.
Sekumpulan penjaga muncul, diiringi sosok yang berpakaian mewah dari ujung kaki hingga kepala. Orang itu mengenakan jubah keemasan yang melambai-lambai, dengan suara gemerisik aksesoris yang mengikuti tiap langkahnya.
Cahaya yang memancar dari sosok itu membuat Luo Yan kesulitan untuk menangkap gambaran wajah Pangeran Mahkota. Setelah melihat lebih dekat, Luo Yan menyadari bahwa sinar yang menyilaukan itu berasal dari emas yang melingkar di tubuhnya.
Pria itu memiliki wajah yang rupawan dan rambut berwarna emas. Pembawaannya begitu anggun, menjadikannya sosok calon raja yang sangat mengesankan bagi Luo Yan.
“Salam kepada Pangeran Mahkota. Perkenalkan nama—”
“Pangeran Mahkota, Anda ke sini?” Xiao Ning memotong ucapan tersebut dengan antusias.
“Xiao Ning!” Pangeran Mahkota langsung berlari menghampiri Xiao Ning, seakan tidak memperhatikan Luo Yan yang berdiri di sampingnya.
“Sudah lama kita tidak berjumpa, bagaimana kabarmu?”
Luo Yan merasa seperti orangan sawah—tak dianggap dan terlupakan. Namun di dalam hatinya, dia merasa terkejut mengetahui hubungan antara Xiao Ning dan Pangeran Mahkota.
Apa mereka teman? pikir Luo Yan, mengamati bagaimana Pangeran Mahkota bersikap hangat kepada Xiao Ning yang membuatnya merasa terasingkan.
Keduanya saling mengobrol asyik kemudian meninggalkan Luo Yan yang terdiam di antara para penjaga kerajaan.
Tang Zihan, Pangeran Mahkota dari Dinasti Tang, adalah anak sulung dari istri sah Kaisar Tang. Usianya tidak jauh berbeda dengan Luo Yan dan Xiao Ning. Pada tahun ini, Tang Zihan akan berumur delapan belas.
“Ah! Pangeran Mahkota, aku memiliki seseorang yang menarik di sisiku. Biar kuperkenalkan badut- Oh tidak, dia ini adalah Luo Yan!” seru Xiao Ning seraya menarik kerah pakaian Luo Yan agar lebih dekat.
Saat Luo Yan berusaha memperkenalkan dirinya dengan sopan kepada Pangeran Mahkota, tiba-tiba wajah Pangeran Mahkota berubah masam dalam sekejap.
Luo Yan yang terkejut dengan perubahan drastis itu dengan cepat menyadari bahwa Tang Zihan sepertinya memiliki perasaan terhadap Xiao Ning.
“Hehe. Bagaimana, Pangeran Mahkota? Orang ini sangat menarik, bukan?” Xiao Ning bersikap ceria, menunjuk Luo Yan dengan senyuman jenaka. Ekspresi Pangeran Mahkota semakin gelap mendengar kata-kata itu.
“Jangan bilang bahwa kalian hanya berdua di sini?” tanya Pangeran Mahkota dengan nada serius.
"Yup. Itu cukup menyenangkan, hanya berdua saja dengan Luo Yan!" jawab Xiao Ning dengan santai.
Cukup! Berhenti memancing kemarahan Pangeran Mahkota! Luo Yan ingin berteriak dari kedalaman hatinya. Ia berharap Xiao Ning tidak menaburkan lebih banyak garam di luka Pangeran Mahkota.
Beruntung, situasi itu tetap berakhir damai tanpa ada yang terluka. Jika Pangeran Mahkota kehilangan kendali, riwayat Luo Yan bisa saja berakhir di sana.
Setelah mencoba mengajak Xiao Ning untuk pergi bersamanya dan ditolak, Tang Zihan akhirnya pamit.
“Eh, tunggu dulu, bukankah ini malah semakin gawat?” Pikiran Luo Yan menjadi tak karuan, ketegangan semakin terasa.