Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah paham
Jhon memutuskan untuk pulang pada pukul dini hari, ia merasa kurang nyaman jika harus menginap dan yang jelas tak bisa menahan hasrat nya jika berdekatan dengan Jessica. Sekitar pukul 7 pagi suara alarm yang terpasang di ponsel nya berbunyi, ia meraba-raba atas nakas nya untuk mematikan dering alarm yang begitu keras.
Sebelum nya ia telah izin kepada Glenn untuk datang terlambat ke kantor karena menemani Jessica dirumah sakit, dan Glenn pun menyetujuinya. Tak semata-mata untuk menemani Jessica saja tapi juga menjaga Jen yang masih terbaring lemah.
Jhon beranjak dari tempat tidur, menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Ia berjalan menuju bilik mandi, dan langsung mengguyur tubuhnya di bawah keran shower. Wajah gadis yang semalam ia jumpai kembali melintas dalam ingatan nya seorang wanita yang pernah menghiasi hari-hari walau hanya sebentar.
Sementara di kantor Glenn baru saja mendapat sebuah undangan dari ketua klan untuk mengadakan pertemuan di sebuah klub malam milik organisasi The Piece. Pertemuan rutin yang memang di adakan setahun dua kali.
"Sebenarnya aku malas untuk menghadiri acara ini" ujar Glenn sambil melemparkan undangan tersebut ke atas meja kerja nya.
Tak lama setelah itu, ponsel nya berdering tanda panggilan masuk. Ia menatap malas saat melihat nama pada layar.
"Ya, Mom?"
"Nanti malam kau ada acara?"
"Kenapa?"
"Aku mendapat undangan makan malam untuk menyambut kepulangan Camila dari rumah sakit"
"Aku tidak bisa ikut"
"Kau ikut dengan ku, atau gadis itu taruhan nya"
Panggilan telepon dimatikan, Glenn mengepalkan tangan nya saat mendengar ancaman Lily.
"Awas saja kalau sampai kau berani menyentuhnya".
Di rumah sakit Jessica tengah membersihkan tubuh Jen dengan kain lap yang telah dibasahi air. Jen tidak betah dengan tubuh nya yang terasa lengket karena terus berbaring di atas tempat tidur. Kondisi nya juga semakin membaik dan ia telah bertemu Faye tadi yang telah pulih lebih dulu.
Sebuah notifikasi ponsel masuk ke ponsel Jessica, ia tersenyum ketika membuka isi pesan tersebut. Jen berdeham melihat mimik wajah adiknya yang terlihat berbunga-bunga. Selesai membalas pesan dari si pengirim Jessica kembali melanjutkan menyeka tubuh Jen.
"Wajah mu terlihat bahagia sekali" goda Jen. Kini ia tidak lagi merasakan sakit saat bicara, karena wajah nya yang semula bengkak telah mengempis.
Jessica hanya senyum-senyum membalas nya wajah nya terlihat merona.
"Oh iya semalam, aku mendengar kau berbicara dengan seorang laki-laki, siapa?" tanya Jen penasaran. Ia memang tahu jika adiknya tak sendiri pada malam itu, namun ia memutuskan untuk tidur.
"Jhon"
"Hah?" Jen terkejut sampai mata mulutnya terbuka lebar..
Jessica terkekeh, ia menyimpan handuk dan baskom bekas menyeka tubuh Jen ke kolong tempat tidur.
"Maksud mu Jhon teman nya Glenn?"
"Teman atau anak buahnya?" tanya Jessica yang membuat nya terkesiap, pasalnya ia tidak pernah menyebut jika Jhon adalah bawahan dari seorang ketua mafia.
"Maksud mu?"
"Aku sudah tahu semuanya dari mulut Jhon"
"Aku harap kau tidak menceritakan nya kepada siapapun"
"Tentu saja aku sudah berjanji pada diriku sendiri".
Setelah membersihkan tubuh Jen, ia segera mengambil makanan yang telah dibawakan oleh petugas rumah sakit. Namun Jen menutup mulutnya saat Jessica akan menyuapi makanan itu.
"Kenapa?"
"Aku tidak mau makan itu, rasanya tidak enak".
Jessica mendengkus, "Padahal kau seorang perawat, bagaimana ini".
Ya! Karena jeniffer seorang perawat ia tahu rasa makanan rumah sakit tidak akan pernah pada lidah siapapun. Karena mereka akan menghindari yang namanya penyedap rasa, dan tambahan MSG lainnya, jadi wajar saja jika terasa hambar.
"Oh iya aku hampir saja lupa, semalam Kak Glenn memberiku ini". Ucap Jessica sambil menunjukan benda pipih berwarna hitam di tangan nya.
"Untuk apa dia memberikan benda itu?"
Jessica menepuk kening nya. "Ya tentu saja untuk membeli kebutuhan mu selama di rumah sakit".
"Berikan padaku, aku akan memberikan nya lagi padanya".
Jessica dengan berat hati memberikan nya, ia sedikit merasa kesal dengan sifat Jeniffer yang tidak pernah mau menerima pemberian dari orang lain.
"Kenapa kau cemberut?"
"Jujur aku iri padamu, kau dicintai oleh seorang pria tampan dan kaya raya. Kapan aku bisa seperti mu".
Jeniffer menggeleng, ada sedikit benarnya ucapan Jessica tadi. Tapi bagi Jen uang bukanlah segalanya selagi ia mampu memberi barang dan kebutuhan nya sendiri kenapa harus bergantung pada laki-laki.
Jen memang berbeda dari wanita yang Glenn temui sebelumnya, kebanyakan mereka hanya menginginkan harta nya dan kagum pada wajah tampan nya. Tak ada yang namanya kasih sayang dan juga cinta. Begitupun sebaliknya Glenn hanya memanfaatkan mereka sebagai pemuas nya saja di kala suntuk.
Namun semenjak hadir nya Jen ia tak pernah lagi kelihatan bermain wanita, meski keinginan untuk menuntaskan hasrat nya tetaplah ada. Hanya saja ia tak ingin mengkhianati Jen dengan bermain wanita di luar sana. Ia akan menunggu waktu yang tepat sampai Jen sendiri yang akan menyerahkan dirinya.
Glenn memutuskan untuk datang ke rumah sakit mumpung Camila telah pulang, ia juga membelikan satu bucket bunga dan cokelat berbentuk love untuk Jen.
Sesampainya di pintu masuk rumah sakit, Glenn segera melangkah menuju pintu lift tapi langkah nya harus terhenti saat melihat seorang Pria paruh baya tengah menangis sambil memohon kepada seorang dokter.
"Aku mohon Dokter, tolong selamatkan nyawa anak ku"
"Maaf Tuan, tapi anda harus menyelesaikan dulu biaya administrasi nya".
Pria tua itu terdiam, saat melihat selembar kertas mengenai biaya yang harus ia bayar. Nominal yang tidak sedikit, bahkan gaji nya sebagai petugas pemadam kebakaran saja tidak cukup untuk membayar biaya rumah sakit.
Pria tua itu melenggang pergi dengan rasa kecewa nya, Glenn segera memberi perintah kepada Daniel untuk bicara pada pria tua tersebut sementara Glenn duluan masuk lift, karena tidak sabar untuk bertemu sang pujaan hati.
Daniel berjalan ke arah Pria itu lalu memegang bahu nya. "Permisi Tuan, bisa saya bicara sebentar?"
Pria itu menelisik penampilan Daniel dari atas hingga bawah, begitu tampan dengan sorot mata yang tajam dan mimik wajah yang tak banyak menampilkan senyum
"Kau siapa?"
"Perkenalkan aku Daniel" ucapnya sambil mengulurkan tangan, dan pria itu membalasnya.
"Aku hendrik"
"Bisa kita bicara sebentar?"
Hendrik mengangguk, lalu keduanya mengarah pada kursi panjang yang diperuntukkan para pasien untuk menunggu.
Daniel kemudian menjelaskan maksud dan tujuan nya memanggil, wajah yang tadinya begitu frustasi dan putus asa kini menjadi tangis bahagia. Hendrik terharu ada seseorang yang akan menolong putri nya dengan membayarkan biaya pengobatan.
"Terimakasih Tuan, kalian sangat mulia. Sampaikan pada beliau kalau aku sangat-sangat berterimakasih" . Hendrik mengatakan nya dengan mata berkaca-kaca, terharu akan sikap dermawan dari Glenn yang ingin membantu walaupun tidak kenal.
"Sama-sama Tuan, setelah ini aku akan urus semuanya kau tidak perlu khawatir. Oh iya ngomong-ngomong siapa nama anak mu?"
Hendrik terdiam, pasalnya ia tidak tahu siapa nama anak yang ditemuinya di gedung kosong saat ditugaskan untuk memadamkan api.
"Aku mendaftarkan namanya dengan nama Brenda Wilson seorang wanita cantik yang tahan akan api". Terang Hendrik yang membuat Daniel sedikit heran.
"Baiklah". Daniel segera beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke bagian loket administrasi.
Sementara di ruang rawat inap Jen begitu senang saat Glenn datang menjenguk nya. satu buket bunga yang cantik dan cokelat berbentuk love.
"Terimakasih sayang, aku sayang menyukai nya". puji Jen sambil menghirup aroma dari bunga-bunga tersebut. Tanpa malu Glenn mengelus puncak kepala Jen lalu mengecup nya. "Rambut ku bau jangan mencium nya" ucap Jen yang tampak tidak nyaman saat Glenn mencium puncak kepalanya.
"Tidak apa-apa sayang, aku tetap menyukai nya".
Jessica yang menyaksikan keduanya bermesraan, hanya bisa diam sambil menggelengkan kepalanya. Tak ingin menjadi nyamuk ia pun memutuskan untuk keluar dan menunggu di luar.
Jen memainkan tablet nya, ia kembali melanjutkan pekerjaan remote yang tertunda. Untung saja hari ini tugas nya tidak begitu banyak, hingga ia bisa sedikit lebih santai saat mengerjakannya.
Denting lift berbunyi, mengantarkan sosok pria yang tak disukai Jen di dalamnya. Daniel telah selesai mengurus tugas yang diperintah oleh Glenn, lalu kembali menyusul ke ruangan Jen, namun saat ia keluar dari lift ia melihat Jessica sedang duduk di luar.
Itu tanda nya sang majikan sedang ingin berdua dengan Jen di dalam. Daniel yang paham akan hal itu memutuskan untuk menunggu di luar, sampai boss nya keluar dari ruangan.
"Manusia robot ini lagi" gumam Jen dalam hati. Meski telah saling kenal namun keduanya jarang melakukan interaksi, kecuali jika memang itu penting untuk dibicarakan.
Lagi-lagi Jen dan Daniel hanya diam tanpa kata seperti waktu itu. Keduanya pun duduk dengan jarak yang berjauhan.
"Aduh". Jessica meremas perutnya dengan kedua tangan, tiba-tiba saja ia merasakan keram yang tak tertahankan. Ia pun dari duduknya lalu pergi ke toilet yang tersedia di area tersebut sambil berlari tergopoh-gopoh.
Daniel memperhatikan Jessica yang mengeluh akan perut nya, namun ia mencoba bersikap biasa saja seakan tak peduli.
Jessica terus memeras kedua perutnya dengan kencang, keringat dingin keluar dari pori-pori dahi nya. "Ini pasti karena aku belum makan".
Padahal sebelumnya Jen telah mengingatkan adiknya untuk makan, Jhon juga telah mengirimkan makanan kesukaan nya tadi pagi. Sebuah makanan yang dipesan dari restoran cepat saji saat mereka berdua pulang dari bioskop. Namun Jessica enggan untuk memakan nya karena diet ketat yang telah dijalani, di satu sisi juga ia tidak mau membuat Jhon kecewa dengan menolak pemberian darinya.
Sudah hampir satu jam Jessica belum juga keluar dari dalam toilet, membuat Daniel penasaran apa yang tengah dilakukan oleh wanita itu. Glenn juga seperti nya belum puas berduaan dengan Jen di dalam, pria itu juga belum terlihat keluar dari ruangan.
Daniel bangun dari duduknya, menaruh kembali majalah yang sempat dibaca pada tempatnya. Ia bergegas menuju toilet, namun langkah nya terhenti karena tidak mungkin ia masuk ke dalam toilet perempuan.
Daniel berdecak, merasa kesal karena tidak satupun yang lewat. Satu lantai diruangan itu memang sengaja disewa oleh Camila pada saat di rawat. Ia rela merogoh kocek cukup dalam untuk mendapatkan perawatan yang intensif.
Karena terlalu lama menunggu bantuan, Daniel pun memutuskan untuk masuk ke dalam. Ia tidak peduli jika nanti ada yang melihatnya. Dari 3 pintu toilet yang tersedia di dalam, hanya satu pintu yang tertutup.
Daniel pintu pada salah satu toilet yang tertutup, namun tidak ada jawaban. "Jessica" seru Daniel, ia pun mencoba untuk memberanikan diri. Semakin cemas ia dibuatnya entah kenapa ia merasa jika Jessica tidak sedang baik-baik saja.
Daniel menurunkan tubuhnya lalu berjongkok kemudian tiarap. "Astaga, Jessica!!" Daniel segera berdiri lalu mendobrak dengan kuat pintu tersebut. Tak lama pintu terbuka Jessica telah tergeletak di lantai, Daniel segera membopong nya keluar dari sana lalu membawa nya ke dalam ruangan.
Jen dan Glenn yang tengah menyatukan bibir, terkejut saat mendengar suara pintu ditendang.
"Astaga! Jessica" seru Jen. Ia ingin turun dari tempat tidur nya namun badan nya masih terasa lemas.
"Tetap diam di tempat tidur Sayang" ucap Glenn.
Daniel segera membaringkan Jessica di atas tempat tidur tempat untuk yang menunggu pasien beristirahat. Ia segera membuka kancing baju Jessica lalu mengelap keringat nya.
"Nona, apa ada minyak aromaterapi?" tanya Daniel dengan nafas terengah-engah.
"Ada, di laci" ujar Jen sambil menunjuk ke arah nakas.
Daniel segera membuka laci nakas tersebut dan mengambil botol kecil dengan bahan kaca. Ia kembali masuk ke dalam, lalu mengoleskan minyak tersebut ke hidung Jessica.
Tak lama kemudian ia bangun, lalu kembali memegangi perutnya. Ia terkesiap saat Pria lain ada di depan matanya. Jessica segera bangun lalu mundur beberapa langkah, ia juga baru menyadari jika kancing baju terbuka.
"Berengsek! Apa yang kau lakukan padaku" teriak Jessica.
"Tenanglah, tadi kau pingsan di dalam toilet" ujar Daniel yang sedikit kesal pada gadis yang sudah di tolong nya ini. Jika bukan karena dia wanita dan adik dari Jen mungkin sudah ia tampar karena bersikap tidak tahu diri meski sudah di tolong.
"Apa yang kau lakukan padaku saat ku tak sadarkan diri?" ucap Jessica sambil terisak.
"Aku tidak melakukan apapun, sungguh!" terang Daniel sambil mengangkat dua jari nya ke atas.
Glenn segera menghampiri saat mendengar teriakan dari membuat telinga nya sakit dari mulut Jessica.
"Apa yang terjadi Daniel?"
"Aku tadi menolong nya saat dia ditemukan pingsan di toilet, namun dia beranggapan bahwa aku melakukan sesuatu padanya".
Glenn menghela napas, sifat adik dan kakak tidak jauh beda. Situasi ini membuat nya de javu saat menolong Jeniffer yang pingsan saat menyaksikan dirinya menghabisi Baron.
"Jessica tenanglah, aku berani jamin Daniel tidak akan melakukan sesuatu padamu" ucap Glenn. Jessica yang tengah terisak sambil menutup wajah nya dengan tangan terdiam.
Suara ponsel berdering, Glenn merogoh saku jas nya. Ia berdecak kesal saat melihat nama pada layar ponsel.
"Hallo, mom"
"Kau dimana? Kenapa belum sampai dirumah?" ucap Lily dari sebrang telepon.
"Iya, aku akan segera pulang".
Glenn mematikan sambungan telepon nya, ia kembali menemui Jen untuk berpamitan. Kedua mata sayu Jen menatap Glenn dengan penuh arti.
"Kenapa Sayang?" tanya Jen.
"Maaf sayang aku harus pulang, mom meminta ku untuk menemani nya makan malam".
Jeniffer mengangguk, "Iya sayang, cepatlah pulang agar mommy mu tidak kecewa".
Glenn mendekat ke arah Jen, ia meraih tengkuk leher lalu kembali melakukan ciuman bibir selama beberapa saat. Daniel yang menyaksikan itu segera memalingkan wajahnya ke arah lain, meski dalam hati ia mengumpat, bisa-bisanya Glenn melakukan itu di depan anak buah nya yang berstatus single.
Setelah puas melakukan permainan bibir, Glenn melepaskan tangan nya. "Aku pulang ya sayang, lekas sembuh". Kecupan kening Jen dapatkan, sebagai penutup sebelum ia keluar.
Glenn memberi kode pada Daniel, untuk bergegas pulang. dan Daniel pun mengiyakan. Jessica segera turun dari tempat tidurnya, berjalan ke sebuah meja untuk mengambil makanan yang telah diberikan Jhon.
Jen sampai terheran-heran melihat adiknya makan seperti orang kesurupan, tangan kiri dan kanan nya menggenggam makanan.
"Makan nya pelan-pelan nanti kau bisa tersedak". ucap Jen.
"Aku sangat lapar, aku belum makan dari tadi pagi". Sahut Jessica dengan mulut sambil mengunyah makanan.
"Kau pasti melakukan diet ketat lagi" ujar Jessica.
Yang ditanya hanya mengangguk sambil nyengir, lalu lanjut menghabisi makanan pemberian sang kekasih
Sesampainya di rumah Glenn segera membersihkan diri, selain untuk menghadiri acara makan malam ia juga harus menghadiri undangan dari ketua klan The Piece.
Suara air di dalam toilet' tak membuat nya mendengar jika ada seseorang masuk, hingga ia kaget saat beres mandi dan keluar dengan tubuhnya ya polos.
"Mom!!! Apa yang kau lakukan" seru Glenn yang langsung melilit bagian bawahnya dengan handuk.
"Kau tidak usah merasa malu, bahkan aku sudah lebih dulu melihat nya". Ucap Lily sambil membawa baju yang harus dipakai oleh putra nya itu.
Glenn mengumpat dalam hati, bisa-bisanya sang ibu masuk ketika ia sedang keadaan tak pakai apapun.
"Mom beri waktu 10 menit, jangan berlama-lama. Aku tidak mau membuat mereka kecewa". Ucap Lily sambil keluar menutup pintu.
Seperti waktu yang telah ditentukan oleh Lily, Glenn selesai berpakaian dan langsung segera kebawah untuk menemui sang ibu. Kali ini Daniel tidak ikut karena ini acara keluarga hanya Glenn, Lily, Mr Lee dan para pengawal Lily.
Ketiga nya masuk ke dalam mobil dengan seorang sopir yang membukakan pintu untuk mereka. Setelah itu mobil segera melaju dengan kecepatan sedang.
Selama berada dalam perjalanan ibu dan anak itu tidak banyak berbicara, Glenn juga fokus pada ponsel nya. "Ah sial! Aku lupa memberikan ponsel nya" gumam Glenn yang bisa di dengar oleh Lily.
Mobil limosin berwarna hitam metalik itu telah sampai di sebuah rumah yang tak kalah megah dan mewah nya seperti kediaman Lily dan Glenn. Kedatangan mereka telah di tunggu dan di sambut hangat oleh Tuan rumah.
Lily juga telah mempersiapkan buket bunga cantik yang ia perintahkan untuk diberikan kepada Camila.
"Bunga yang cantik untuk gadis yang cantik" puji Lily sambil menyerahkan bunga tersebut.
"Oh Nyonya, terimakasih" sahut Camila sambil menghirup aroma dari bunga-bunga itu
"Ayo silahkan masuk". Anna mempersilahkan tamu nya untuk segera masuk.