Setelah mati secara tiba-tiba, Kazuma Hiroshi, seorang programmer jenius, terlahir kembali di dunia lain sebagai seorang World Breaker, kelas terkuat dengan kekuatan yang tak terbatas. Dilengkapi dengan kemampuan manipulasi mana dan sistem yang bisa ia kendalikan layaknya sebuah game, Kazuma segera menyadari bahwa kekuatannya tidak hanya luar biasa, tetapi juga berbahaya. Dalam dunia penuh monster, sihir, dan ancaman dari Reincarnator lain, Kazuma harus belajar memanfaatkan kekuatannya dengan bijak dan menghadapi musuh yang mengincar kehancuran dunia barunya. Petualangan epik ini menguji batas kekuatan, strategi, dan kemanusiaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Di Balik Bayangan
Setelah perjalanan panjang dan melelahkan, Kazuma dan Sylvia akhirnya tiba di desa tersembunyi. Kazuma merasakan kelegaan membanjiri tubuhnya begitu mereka melintasi gerbang kayu yang sederhana namun kokoh, dijaga oleh dua pria tua bersenjata tombak. Meski desa ini tampak damai, aura kewaspadaan tidak pernah hilang dari mata penduduknya. Mereka memandangi Kazuma dengan tatapan curiga, tetapi tidak mengatakan apa-apa ketika Sylvia melangkah di sampingnya.
“Kau kenal orang-orang di sini?” Kazuma bertanya pelan sambil menatap rumah-rumah kecil yang tersebar di sepanjang lembah.
“Sedikit,” jawab Sylvia tanpa menjelaskan lebih jauh. “Mereka tidak banyak bicara pada orang asing, tapi mereka akan menghargai kekuatanmu.”
Kazuma mengangguk, walaupun hatinya masih terasa berat. Setiap tempat di dunia ini menyimpan rahasia, dan desa kecil ini tidak terkecuali. Setelah melewati pertempuran sengit melawan kera raksasa, dia bisa merasakan bahaya yang lebih besar masih mengintai. Dan desa ini mungkin menjadi kunci untuk membuka lebih banyak misteri tentang Penjaga Keseimbangan.
Mereka tiba di rumah paling besar di tengah desa, sebuah bangunan yang terbuat dari batu dan kayu dengan dinding tinggi dan pintu besar. Sylvia mengetuk pintu tiga kali, dan beberapa detik kemudian, seorang pria tua dengan janggut putih panjang membukakan pintu.
“Aku sudah menduga kalian akan datang,” kata pria tua itu dengan suara parau, mengangguk pelan ke arah Sylvia. “Masuklah. Kita harus bicara.”
Kazuma dan Sylvia mengikuti pria tua itu masuk ke dalam rumah. Interiornya jauh lebih sederhana dibandingkan yang Kazuma bayangkan, hanya ada beberapa kursi kayu, meja besar, dan tumpukan buku yang tersebar di sudut ruangan. Pria itu mempersilakan mereka duduk, lalu menutup pintu dengan suara lembut.
“Namaku Tuan Rahn,” katanya memperkenalkan diri. “Aku adalah pemimpin desa ini. Kami sudah lama menunggu seorang reinkarnasi seperti dirimu, Kazuma.”
Kazuma terkejut. “Kau tahu tentang aku?”
Tuan Rahn tersenyum tipis. “Kabar tentang reinkarnasi menyebar cepat, terutama bagi mereka yang tahu cara mendengarkan. Dunia ini bukan seperti yang terlihat. Ada banyak kekuatan yang bergerak di balik bayangan, dan reinkarnasi seperti dirimu adalah bagian dari perubahan besar yang akan datang.”
Kazuma merasakan bulu kuduknya berdiri mendengar kata-kata itu. “Apa kau tahu tentang Penjaga Keseimbangan?” tanyanya, berharap mendapatkan jawaban yang selama ini dia cari.
Tuan Rahn mengangguk, ekspresinya berubah menjadi serius. “Penjaga Keseimbangan bukanlah pelindung dunia ini seperti yang mereka klaim. Mereka adalah kekuatan yang menjaga status quo, mengatur agar tidak ada yang terlalu kuat atau terlalu lemah. Tapi kekuatan itu korup. Mereka telah memanipulasi dunia ini selama berabad-abad, memastikan tidak ada yang dapat menantang kekuasaan mereka.”
“Jadi itulah kenapa mereka mengejarku?” tanya Kazuma, semakin mengerti situasinya. “Mereka tahu bahwa aku bisa menjadi ancaman bagi mereka?”
“Benar,” jawab Rahn. “Kekuatan yang kau miliki berasal dari Kitab Reinkarnasi, sebuah artefak kuno yang dirancang untuk melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Penjaga. Mereka takut pada potensi kekuatan itu.”
Kazuma merenungkan kata-kata Tuan Rahn. Di dalam Kitab Reinkarnasi yang dia pegang, tersimpan lebih dari sekadar mantra dan kekuatan. Ini adalah kunci untuk mengubah seluruh tatanan dunia. Tetapi itu juga berarti dia menjadi target bagi kekuatan besar yang tidak ingin melihat perubahan itu terjadi.
“Kau harus berhati-hati, Kazuma,” lanjut Tuan Rahn. “Penjaga Keseimbangan punya mata dan telinga di mana-mana. Mereka akan terus memburumu, dan semakin dekat kau pada tujuanmu, semakin berbahaya situasimu.”
Kazuma menggigit bibirnya. “Aku sudah bertarung melawan mereka, dan aku akan terus bertarung jika diperlukan. Tapi, aku masih tidak mengerti seluruh kebenaran tentang Kitab Reinkarnasi. Apa sebenarnya artefak ini, dan kenapa aku yang dipilih?”
Tuan Rahn menghela napas panjang sebelum menjawab. “Itu adalah pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mudah. Ada banyak misteri yang melingkupi Kitab itu, bahkan bagi orang-orang seperti kami yang telah lama mempelajarinya. Tapi satu hal yang pasti, hanya mereka yang memiliki jiwa yang kuat—yang mampu menyeimbangkan kebaikan dan kehancuran—yang bisa memegang kekuatan itu.”
Kazuma terdiam. Dia merasa beban di pundaknya semakin berat. Apa dia benar-benar layak memegang tanggung jawab sebesar ini? Sejak datang ke dunia ini, dia hanya mencoba bertahan hidup, tetapi sekarang dia menyadari bahwa dia memiliki peran yang jauh lebih besar dalam perjalanan ini.
Sebelum Kazuma sempat merenungkan lebih jauh, Sylvia tiba-tiba berdiri, seakan merasakan sesuatu yang tidak biasa. “Kita harus segera pergi,” katanya cepat.
Kazuma bingung. “Apa maksudmu?”
“Kita tidak aman di sini,” jawab Sylvia dengan nada mendesak. “Aku merasakan kehadiran yang aneh. Mereka sudah tahu kita di sini.”
Tuan Rahn mengerutkan kening. “Ini lebih cepat dari yang aku kira. Penjaga Keseimbangan telah menemukan jejakmu.”
Kazuma merasakan dadanya sesak. Mereka bahkan belum sempat beristirahat, dan ancaman baru sudah datang. “Apa yang harus kita lakukan?”
“Kau harus melarikan diri ke tempat yang lebih aman,” kata Tuan Rahn tegas. “Aku akan mengalihkan perhatian mereka sementara kau kabur. Ada jalan keluar rahasia di belakang rumah ini yang akan membawamu keluar desa dengan cepat.”
Kazuma melihat Sylvia yang sudah bersiap. Meskipun tubuhnya masih terasa lelah, dia tahu mereka tidak punya pilihan lain. Mereka harus pergi sekarang.
“Aku berterima kasih, Tuan Rahn,” kata Kazuma sambil berdiri. “Aku akan ingat kebaikanmu.”
Tuan Rahn mengangguk dengan senyum lemah. “Semoga kita bertemu lagi di masa depan, Kazuma. Dan semoga kekuatanmu akan membawa perubahan yang selama ini dunia ini butuhkan.”
Kazuma dan Sylvia segera keluar dari rumah, mengikuti jalan rahasia yang ditunjukkan oleh Tuan Rahn. Di luar, mereka berlari menembus pepohonan, meninggalkan desa yang kini berada dalam ancaman besar.
Di belakang mereka, Kazuma bisa mendengar suara gemuruh dan bentrokan senjata, tanda bahwa Penjaga Keseimbangan telah menyerang. Tetapi dia tidak bisa berhenti. Mereka harus terus bergerak, mencari tempat di mana mereka bisa berlindung dan mempersiapkan diri untuk pertarungan yang lebih besar yang pasti akan datang.
Sementara mereka berlari, pikiran Kazuma terus berkutat pada satu hal—kekuatan Kitab Reinkarnasi dan tanggung jawab yang kini ada di tangannya. Apakah dia benar-benar siap menghadapi semuanya? Atau justru kekuatan itu akan menjadi beban yang terlalu berat untuk dipikul?
Hanya waktu yang bisa menjawab. Tapi satu hal yang pasti, Kazuma tidak akan menyerah.