Lilyana Belvania, gadis kecil berusia 7 tahun, memiliki persahabatan erat dengan Melisa, tetangganya. Sering bermain bersama di rumah Melisa, Lily diam-diam kagum pada Ezra, kakak Melisa yang lebih tua. Ketika keluarga Melisa pindah ke luar pulau, Lily sedih kehilangan sahabat dan Ezra. Bertahun-tahun kemudian, saat Lily pindah ke Jakarta untuk kuliah, ia bertemu kembali dengan Melisa di tempat yang tak terduga. Pertemuan ini membangkitkan kenangan lama apakah Lily juga akan dipertemukan kembali dengan Ezra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Kuliah
Saat tiba waktunya untuk berangkat, Lily dan Melisa terpaksa harus berpisah lebih awal di depan gerbang rumah mereka. Melisa harus lebih dulu ke kampus karena jadwal kelasnya lebih pagi, sementara Lily punya waktu lebih lama untuk bersiap-siap.
“Jaga diri ya, Lil. Nanti kita ketemu di kampus!” teriak Melisa saat menaiki motor milik kakaknya, Ezra, yang akan mengantarnya. Lily melambai dengan senyum, meski di dalam hati merasa agak kesepian karena harus berangkat sendiri.
Setelah Melisa pergi, Lily kembali masuk ke dalam rumah dan menyelesaikan persiapannya. Radit sempat mengiriminya pesan, menanyakan kabar dan memberi semangat untuk hari pertama kuliahnya. Hal itu cukup menghibur Lily, membuatnya tersenyum kecil.
Tak lama kemudian, setelah semuanya siap, Lily berangkat menuju kampus dengan perasaan campur aduk. Ini adalah awal yang baru—kuliah, lingkungan baru, dan mungkin pertemanan baru. Meski begitu, ia tetap berharap bisa sering bertemu dengan Melisa meskipun tidak berada di kelas yang sama.
***
Ketika Lily tiba di kampus, suasana ramai menyambutnya. Mahasiswa-mahasiswa baru terlihat bertebaran di sekitar gedung fakultas, banyak dari mereka tampak sama gugupnya seperti Lily. Lily mencari-cari ruangan kelasnya dengan cepat, merasa sedikit kewalahan oleh jumlah orang yang berseliweran. Namun, setelah beberapa saat, ia akhirnya menemukan kelas yang akan dihadirinya untuk hari pertama.
Saat masuk ke dalam kelas, Lily mencoba mencari tempat duduk yang nyaman. Ia merasa sedikit canggung tanpa Melisa di sampingnya, tapi ia tahu harus berusaha sendiri kali ini. Di tengah keramaian, Lily menemukan tempat kosong di belakang dan langsung duduk di sana.
Tak lama kemudian, beberapa mahasiswa lain mulai berdatangan. Lily merasa gugup melihat begitu banyak wajah baru, namun ia mencoba bersikap tenang. Beberapa saat kemudian, seorang gadis duduk di sebelahnya. Dia tersenyum hangat ke arah Lily.
“Hai, kamu juga baru di sini?” tanya gadis itu dengan ramah.
Lily tersenyum dan mengangguk. “Iya, hari pertama kuliah. Namaku Lily.”
Gadis itu tertawa kecil. “Aku Sonia. Senang bertemu kamu, Lily.”
Perlahan, kegugupan Lily mulai mencair. Percakapan dengan Sonia berjalan lancar, dan ia merasa lebih nyaman mengetahui bahwa tidak semua orang di kelas ini benar-benar asing. Mereka berdua berbicara tentang pengalaman ospek, kesan pertama terhadap kampus, dan mata kuliah yang akan mereka hadapi.
***
Di sisi lain, Melisa menjalani hari pertamanya dengan cara yang tak kalah menarik. Meski awalnya merasa canggung tanpa Lily di sebelahnya, Melisa dengan cepat menemukan teman-teman baru di kelasnya. Dia bertemu dengan seorang gadis bernama Dina, yang ternyata satu kelompok ospek dengannya. Dina cukup supel dan dengan cepat membantu Melisa menyesuaikan diri di kelas baru mereka.
Saat istirahat tiba, Melisa dan Lily sempat saling mengirim pesan, bercerita singkat tentang pengalaman mereka di kelas. Meski tidak bisa bersama sepanjang hari, keduanya merasa lega karena masih bisa berkomunikasi dan berbagi cerita.
Setelah jam kuliah Lily selesai, dia berjalan keluar kelas dengan rasa lega. Hari pertama kuliah tidak seburuk yang ia bayangkan. Saat berjalan ke arah gerbang kampus, tiba-tiba Radit muncul dari arah samping.
“Hei, Lil! Gimana hari pertama kuliahmu?” tanya Radit dengan senyum lebar.
Lily tersenyum dan merasa hatinya sedikit lebih ringan melihat Radit. “Lumayan baik. Rasanya masih agak gugup, tapi aku mulai terbiasa.”
Radit mengangguk, tampak bangga. “Itu bagus! Jangan khawatir, lama-lama kamu pasti terbiasa. Oh iya, kamu ada waktu sekarang? Mungkin kita bisa makan siang bareng?”
Lily berpikir sejenak. Dia sebenarnya merasa sedikit lelah, tapi tawaran Radit terdengar menyenangkan. “Boleh, Kak. Kita makan di mana?”
Radit tersenyum. “Ada tempat makan enak di dekat kampus. Ayo, aku traktir!”
Keduanya pun berjalan menuju tempat makan yang dimaksud. Meskipun hari pertama kuliah membawa banyak perubahan, Lily merasa beruntung memiliki Radit dan Melisa yang selalu ada di sisinya, siap menemani dan mendukungnya melalui setiap tantangan yang datang.
Hari itu berakhir dengan perasaan lega dan bahagia di hati Lily. Meskipun harus berpisah kelas dengan Melisa, ia merasa siap untuk menghadapi hari-hari kuliahnya dengan semangat baru.
***
Hari-hari pertama kuliah berlalu dengan cepat, dan kini Lily mulai dihadapkan pada tumpukan tugas. Sebagai mahasiswa baru, tugas-tugas ini terasa cukup menantang, apalagi jadwal kuliahnya yang padat membuatnya sering merasa lelah saat pulang ke rumah.
Suatu sore, setelah seharian berada di kampus, Lily pulang ke rumah dengan niat untuk segera mengerjakan tugas yang sudah menumpuk. Ia duduk di meja belajarnya, membuka laptop, dan mulai menatap daftar tugas yang harus diselesaikan. Namun, fokusnya tak bertahan lama ketika sebuah pesan masuk dari Radit di ponselnya.
Radit: "Hey, Lil. Lagi ngapain?"
Lily tersenyum kecil sambil mengetik balasan.
Lily: "Lagi mau ngerjain tugas. Kamu gimana, Kak?"
Radit: "Lagi nggak ada kerjaan nih. Kalo kamu mau, aku bisa bantuin ngerjain tugasmu. Biar lebih cepet selesai."
Lily tertawa kecil membaca pesannya. Radit selalu punya cara untuk membuatnya merasa santai, meskipun sedang sibuk dengan tugas.
Lily: "Hmmm... menarik sih, tapi bukannya Kak Radit juga punya tugas sendiri?"
Radit: "Iya, tapi ngerjain tugas bareng sama kamu lebih seru dong. Lagian, aku kan senior, jadi bisa bantu kamu lebih cepat selesai. Deal?"
Lily terdiam sejenak, menimbang tawaran Radit. Di satu sisi, ia ingin fokus dan menyelesaikan tugas sendiri. Namun, di sisi lain, ajakan Radit terasa menggoda. Tugas jadi terasa lebih ringan jika dikerjakan bersama, apalagi dengan kehadiran Radit yang bisa membuat suasana lebih menyenangkan.
Lily: "Baiklah, deal. Tapi janji ya, jangan malah bikin aku gagal fokus!"
Radit cepat-cepat membalas dengan emoji tersenyum lebar.
Radit: "Janji! Aku bakal serius kok. Kapan dan di mana kita ketemuan?"
Lily cpt move on syg, jgn brlarut larut dlm kesdihan bgkitlh fokus dgn kuliamu. aku do'akn smoga secepatnya tuhan mngirim laki" yg mncintai kmu dgn tulus. up lgi thor byk" 😍💪